Minggu, 30 Oktober 2016

04.54 -

Gara-gara sebuah sapaan



Pada suatu hari, sepulang sekolah, Markus melihat seseorang yang sebaya dengannya tersandung sehingga barang-barang bawaannya jatuh berhamburan ke jalan – ada jaket, tongkat bisbol, walkman, dan sebagainya. Markus tergerak hatinya untuk membantu memungutnya kembali. 

Setelah itu mereka saling menyapa dan kenalan. Nama teman baru itu Billy ... Seiring perjalanan waktu, mereka menjadi sering bertemu di seputar lingkungan sekolah. Bahkan mereka pergi ke SMA yang sama. 

Hingga suatu hari, hampir 4 tahun sejak pertemuan mereka yang pertama, Billy mengundang Markus main ke rumahnya dan ngobrol.


“Apakah kamu pernah merasa heran mengapa aku membawa begitu banyak barang pada hari itu kertika kita pertama kali ketemu?” tanya Billy saat mereka duduk bersama di teras rumah.



Markus menggeleng.

“Aku sebetulnya mau cepat pulang, supaya aku bisa mengambil beberapa obat tidur ibuku. Aku baru saja membuat keputusan bunuh diri dengan minum obat tidur sebanyak-banyaknya.”

“O ... iya?!” Markus terpana mendengar pengakuan Billy itu. “Why?” tanya Markus lebih lanjut.

Karena tak ada seorangpun yang sungguh-sungguh peduli padaku, termasuk orang tuaku sendiri. Tetapi niat itu akhirnya kubatalkan karena ternyata masih ada orang yang mau menyapaku dengan ramah

Saat itu aku merasa bahwa kita akan menjadi sahabat. Dan aku tidak akan menyia-nyiakan itu.” 

Marilah berdoa agar Yesus dapat lahir pada hari Natal, bukan dalam palungan hati kita yang dingin, melainkan dalam hati yang penuh cinta dan kerendahan hati, hati yang hangat karena mencintai sesama.

(Sumber: Warta KPI TL No. 20/XII/2005).