Minggu, 30 Oktober 2016

Penuhilah panggilan pelayananmu

Sesudah dibaptis, kita semua diutus untuk mewartakan firman sesuai dengan kehendak-Nya.

Marilah kita belajar dari 2 Tim 4: 1-8:



Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati 

» pesan pertama Paulus.

Beritakanlah firman 

» pesan kedua Paulus. Tugas ini bukan hanya tanggungjawab pewarta mimbar saja. Tetapi semua dari kita dipanggil untuk mewartakan firman Tuhan dengan kesaksian hidup kita masing-masing (pewartaan firman yang sangat efektif). 

siap sedialah baik atau tidak baik waktunya 

» ada banyak orang yang mau melayani ketika waktunya baik. Jika kita tetap pergi melayani meskipun waktunya tidak baik, maka kita akan mendapat upah dari sorga. 

nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran 

» hal ini tidak mudah kita lakukan, karena kita suka di zona yang nyaman. Jika kita mau menegor orang, kita perlu discerment dulu “benarkah tegoranku itu hanya karena aku mengasihi dia, bukan karena ada motivasi lain.” 

Jika kita yang ditegor, kita refleksi, duduk, diam dan melihat diri kita sendiri (ini tidak gampang, karena kita selalu melihat diri kita baik).

Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya 


» Ajaran (perkataan) sehat yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus (1 Tim 6:3). Orang lebih senang mendengar teologi kemakmuran daripada teologi salib.



Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membuka bagi dongeng

» nantinya akan banyak orang memakai nama Yesus tapi itu aspal (asli tapi palsu), itu manusiawi.


Kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

» Kita semua punya pelayanan yang berbeda-beda. Banyak sekali tantangan yang pahit dalam pelayanan, sehingga kita merasa berat untuk menjadi pelaku firman. Tetapi ketika kita menghadirkan Kristus, tantangan yang pahit itu akan diubah-Nya menjadi manis (berKat).

… saat kematianku sudah dekat

» Paulus tahu bahwa sudah waktunya pulang. Itulah salah satu ciri orang yang sungguh beriman.

Ada lima tahapan yang umumnya dialami oleh orang-orang yang menghadapi kematian, baik kematian atas dirinya sendiri ataupun orang yang dikasihinya (Dr. Elizabeth Kubler-Ross, seorang ahli jiwa):

1. Tahap penolakan dan isolasi (denial and isolation)

Tahap penolakan atau penyangkalan ini terjadi saat awal seseorang mengetahui dirinya atau orang yang dikasihinya menderita penyakit yang berat atau sulit disembuhkan. Ini adalah reaksi pertahanan diri untuk mengatasi goncangan jiwa.

Pada tahap ini, biasanya dibarengi dengan sikap lebih senang mengisolasi diri karena menitik beratkan pada pencarian jawab.

2. Tahap kemarahan (anger)

Tahap untuk menerima kenyataan menghadapi situasi yang buruk. Dalam taraf ini, perasaan takut dan bingung bercampur aduk, tidak pelak lagi penyangkalan yang lebih keras dalam wujud kemarahanpun muncul.

Ekspresi dari kemarahan ini bisa berupa kerewelan atau mencari-cari kesalahan pihak lain untuk melampiaskan kemarahannya. Bahkan tidak jarang melakukan protes kepada Tuhan.

3. Tahap tawar-menawar (bargaining)

Pada tahap ini, orang akan sedikit lebih sabar, berusaha menerima kenyataan yang tak terhindarkan, berusaha mengontrol diri. Mengharap orang lain lebih mengasihinya, bagi yang beriman Kristiani, mulai menawar kepada Tuhan untuk mengurangi penderitaannya dan terhindar dari kematian.

Pada tahap ini ada banyak orang yang bernazar: “Kalau Engkau menyembuhkanku, maka aku akan melakukan ...”

4. Tahap depresi (depression)

Tahapan putus asa, masa depan yang sulit diraih lagi. Sekalipun bagi orang percaya yang sudah mengenal Firdaus. Namun, kesangsian akan lawatan Tuhan tidak terhindarkan, buktinya penyakitnya semakin berat.

5. Tahap menerima (acceptance)

Tahap ketika penderita sudah nampak bisa menerima kenyataan bahwa kematian tidak terhindarkan. Biasanya diikuti dengan penurunan gairah keduniawian, mulai jarang mau diajak berkomunikasi, acuh terhadap peristiwa di sekitarnya.

Pada tahap bisa menerima kenyataan, penderita mulai terbuka terhadap kunjungan orang lain, meskipun hanya terbuka untuk menerima individu-individu yang dirasakannya bisa memberikan pengayoman dan dukungan.

Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman

» Banyak orang sering mencurahkan pikiran dan energi mereka untuk mengatur segala sesuatu tetapi kehabisan tenaga ketika tiba saatnya untuk membereskan segala sesuatu yang mereka telah lakukan.

Untuk dapat mengakhiri pertandingan yang baik dibutuhkan investasi seumur hidup (lih. Warta No. 80/XII/2010 – Bagaimana menyelesaikan hidup dengan baik).

(Sumber: Warta KPI TL No. 84/IV/2011 » Renungan KPI TL tgl 18 November 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).