Rabu, 07 September 2016

Mengikuti jejak Yesus sebagai pemimpin

Setiap orang pada dasarnya adalahpemimpin” , baik dalam memimpin diri sendiri, maupun dalam memberikan support dan pengarahan kepada orang lain

Tetapi tidak semua orang dapat memimpin diri sendiri secara benar, apalagi memimpin orang lain. Untuk itu dituntut untuk memiliki keluasan wawasan dan pengetahuanharus ada kesadaran untuk selalu maubelajar”.


Seorang pemimpin mempunyai tugas utama sebagai pemersatu. Tanpa adanya kesatuan maka arti hakiki seorang pemimpin menjadi tumbang. 

Kesalahan yang umumnya terjadi di dalam kepemimpinan seseorang:

1. Menjadi penguasa dan bukan pemimpin

Kebanyakan para pemimpin yang memegang tampuk pimpinan terjebak menjadi penguasa dan bukan pemimpin yang melayani - hanya akan menciptakan rasa tidak simpati dari bawahan.

Mereka taat hanya karena terpaksa dan sewaktu-waktu akan muncul dalam berbagai macam wujud, seperti: kemalasan di dalam kerja, mengurangi mutu kerjaan, dll.

- Mereka menjadi eksklusif dan tidak lagi membina komunikasi yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

- Mereka menjalankan kepemimpinan mereka dengan keras, dengan tangan besi, ancaman, kata-kata yang kasar dan tidak memperhatikan hak dan kepentingan orang-orang lain.

- Mereka minta dilayani dan memanfaatkan semua yang ada disekitarnya untuk kenyamanan dirinya sendiri.

2. Menjadi manager dan bukan pemimpin

Seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang lebih luas karena dituntut untuk dapat menjelaskan misi dan menjabarkan visi ke depan berupa sasaran-sasaran yang akan dicapai beserta strategi untuk mencapainya, memberikan motivasi dan menerapkan nilai-nilai yang akan diberlakukan di dalam suatu kelompok tertentu. 

Jika seorang pemimpin hanya berlaku sebagai seorang manager (mengatur dan mengarahkan tugas dari hari ke hari), maka dapat dipastikan organisasi yang dipimpinnya hanya akan berjalan di tempat, sementara organisasi lain melaju jauh ke depan.

3. Mementingkan diri sendiri dan bukan kepentingan kelompok/organisasi

Benih kehancuran segera tertabur dan bertumbuh subur menumbuhkan perpecahan manakala seorang pemimpin hanya mementingkan dirinya sendiri.

4. Mengabaikan/menghalangi kaderisasi

Para pemimpin mengabaikan kaderisai karena mereka ingin berkuasa selamanya dan tidak mau menerima kenyataan bahwa segala sesuatu di dunia ini pasti akan berakhir. 

Mereka ingin berkuasa selamanya karena tidak ingin kehilangan kenyamanan yang selama ini telah dinikmatinya sebagai seorang pemimpin. 

Mereka lupa bahwa sebagai seorang pemimpin ada tugas mulia yang berada di pundak mereka, yaitu membawa orang-orang yang berada di bawah pimpinannya ke dalam taraf yang lebih maju lagi.

Pemimpin yang baik harus mempunyai kebijakan yang tinggi, kepedulian pada “kepentingan bersama” dan di dukung oleh hati nurani yang bersih. Komitmen inilah yang akan membedakan antara pemimpin yang dicintai atau ditakuti. 

Tidak semua pemimpin memiliki kemampuan untuk berbicara dengan berapi-api. Banyak juga pemimpin yang justru lebih memberikan arti kepemimpinan melalui kesederhanaan dan kerendahan hatinya.

Mengikuti Yesus dan melanjutkan konsep kepemimpinan-Nya niscaya akan membawa kita ke suatu masa depan yang lain daripada yang dapat kita bayangkan selama ini.

Kepemimpinan Yesus memberikan nuansa yang sungguh sangat berbeda dengan konsep kepemimpinan yang pernah ada di dunia ini. Ia dengan gebrakan aktif menggugurkan berbagai konsep yang lebih mengutamakan kekuasaan daripada kepemimpinan.

Ada lima gaya kepemimpinan yang diajarkan oleh Yesus, yaitu:

1. Dilandaskan pada kasih dan bukan tangan besi

· Yesus – melihat apa yang terbaik bagi kepentingan semua orang yang dipimpin-Nya. Kepemimpinan yang didasarkan kepada kasih akan memperkuat ikatan antara pemimpin dan para pengikutnya, hal ini pada gilirannya akan meningkatkan kesehatian dan kerjasama yang baik

Melandaskan kepemimpinan kepada kasih bukan berarti tidak perlu peraturan atau semua aturan bisa dilanggar atas nama kasih ataupun kita tidak boleh berlaku dengan tegas.

Ketika Petrus menghunus pedang untuk membela Yesus saat Ia ditangkap, Yesus tidak menjadi gembira dengan pembelaan Petrus, Ia malah menenangkan murid-murid-Nya agar tidak menggunakan pedang/kekerasan (Luk 22:49-51 – Yesus berkata: ”Sudahlah itu.” Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya).

Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: ”Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”(Luk 19:45-46).

Dunia – mengandalkan kekuasaan jabatan dengan kekerasan menindas mereka yang lebih lemah dan tak berdaya (Mat 20:25).

2. Turun dari takhta dan mau melayani

Yesus melayani seperti seorang hamba (Yoh 13:15; Mat 20:26-28). Melayani artinya memberikan perhatian kepada kebutuhan orang-orangnya, baik dalam hal yang menyangkut pekerjaan maupun hal-hal kemanusiaaan lainnya.

3. Kepemimpinan yangWalk The Talk

Melakukan sendiri apa yang telah dikatakan merupakan teladan yang memperkuat ajaran lisan Yesus.

Teladan yang diberikan oleh pemimpin menjadi pendorong yang sangat kuat bagi para pengikut-Nya untuk melakukan hal yang sama.

Tindakan atau teladan nyata akan membungkam mulut-mulut yang akan menebarkan benih-benih negatif yang memecah belah (Yoh 8:45-46).

4. Mempunyai visi dan misi yang jelas

5. Team building dan kaderisasi

Dari sejak awal Yesus sudah mengerti kekuatan di dalam kerja sama kelompok dan juga pentingnya kaderisasi, itulah sebabnya Ia segera merekrut 12 orang murid dan mendorong mereka untuk terus berkembang bahkan berkembang melebihi apa yang pernah dilakukan-Nya (Mrk 6:7; Yoh 14:12). 

Kita harus menyadari bahwa keberhasilan organisasi tidak hanya ditentukan oleh tindakan dan kerja keras para pemimpinnya saja. “Sukses” hanya dapat diraih jika kita mau saling “membagi”, baik membagi tugas, tanggung jawab, keberhasilan maupun kegagalan. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 61/V/2009 » Gaya kepemimpinan alkkitabiah, Mansor Juni 2008 No. 123 Tahun XI).