Rabu, 07 September 2016

03.37 -

Buah bibir

Di sebuah pesta perpisahan dengan seorang direktur yang akan pensiun, diadakan sesi penyampaian pujian dan kesan dari para karyawan. 

Di antara begitu banyak pujian dan kesan yang diberikan, panitia telah memilih dan membingkai tulisan tangan seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu. 

Direktur tersebut membacakannya untuk didengar oleh seluruh hadirin. “Yang terhormat Pak Direktur. Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata tolong, setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan maaf, saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah saya perbuat supaya saya menjadi lebih baik. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan terima kasih kepada saya atas hal-hal yang telah kerjakan untuk Bapak. Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya, sehingga saya bisa tetap bekerja dengan baik dan dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan. Sampai kapan pun Bapak adalah Pak Direktur buat saya. Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan menyertai hidup Bapak.” 

Sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, dan tak lama kemudian gema tepuk tangan yang meriah segera memenuhi ruangan tersebut. 

Diam-diam sang direktur menghapus air mata yang mengalir dari sudut matanya. Ia tak kuasa menutupi rasa haru saat membaca ungkapan tulus office boy yang setia melayani seisi kantornya. Ia tidak menyangka kalau sikap dan ucapan sederhana yang selama ini dilakukannya ternyata mampu membuat hidup si office boy berarti.


Kehadiran seorang atasan yang rendah hati selalu memberi pelajaran yang tergores dalam di hati mereka yang dipimpinnya. 

Keteladanan mampu membimbing, membina, dan mengembangkan orang yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.

Di sisi lain, buah bibir yang sederhana seperti: terima kasih, maaf dan tolong adalah kata-kata yang pendek tetapi mempunyai dampak yang sangat positif. 

Namun mengapa kata-kata positif ini sulit kita ucapkan? Perkataan kita menunjukkan siapa kita sebenarnya, karena apa yang kita keluarkan, itulah yang ada di dalam hati kita

Orang yang berjiwa kerdil akan mengeluarkan keluhan, penyesalan atau caci maki saat ia merasa tertekan

Sedangkan orang yang berjiwa besar tampak dari kata-kata positif yang dikeluarkannya, sekalipun dia berada dalam tekanan yang besar

Tentu bagi siapa pun, kita perlu membiasakan diri untuk mengucapkan kata-kata membangun seperti terima kasih, maaf dan tolong. 

Dengan menghargai orang lain berarti kita telah menghargai diri kita sendiri, karena kita sudah membangun citra diri kita yang positif di mata orang lain

(Sumber: Warta KPI TL No. 61/V/2009 » Buah Bibir, Mansor Mei 2009 No. 134 Tahun XII).

Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya (Ams 18:21).