Senin, 05 September 2016

20.13 -

Kisah empat lilin

Ada empat lilin yang menyala, sedikit demi sedikit habis melelehSuasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.

Yang pertama berkata: “Aku adalah damai. Namun manusia tak mampu menjagaku, maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”  Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.


Yang kedua berkata: “Aku adalah iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku. Jadi tak ada lagi gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran lilin ketiga bicara: “Aku adalah cinta. Aku tak mampu lagi untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah lilin ketiga.

Tanpa terduga...

Seorang anak kecil masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Eh apa yang terjadi?! Kalian harus tetap menyala, aku takut akan kegelapan!” Lalu ia menangis tersedu-sedu.

Dengan terharu lilin keempat berkata: “Jangan takut. Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga lilin lainnya. Akulah harapan.”

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil lilin harapan, lalu menyalakan kembali ketiga lilin lainnya.

Berdasarkan survey, 
Orang tidak makan dapat bertahan 20 hari. 
Orang tidak minum dapat bertahan 7 hari. 
Orang tidak menghirup udara dapat bertahan 7 menit. 
Orang tidak punya harapan dapat bertahan 4 detik (naik kursi, pasang tali, tali di pasang di leher, meloncat – langsung mati). 

Di dalam situasi seberat/sesulit apa pun, yang namanya harapan tidak boleh mati. Misalnya: suami/istri/anak-anak/sahabat tidak mengerti kita; suami pergi tidak pulang-pulang, mengancam cerai; anak yang tidak menghormati orang tua; anak semakin...

Dengan harapan itu kita yakin ada sesuatu yang berubah menjadi baik kembali.

Inilah kekuatan iman dan doa – percaya ada tangan Tuhan yang bekerja.

Masing-masing kita adalah alat, seperti anak kecil tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali budaya organisasi yang penuh iman, damai, cinta dan harapan.

Tugas kita adalah tetap memberi cahaya, sekecil apapun dengan memberikan teladan hidup dalam segala hal seperti lilin-lilin kecil.

(Sumber: Warta KPI TL No. 57/I/2009 » Renungan KPI TL tgl 11 Desember 2008, Romo Lulus Widodo Pr.)