Rabu, 24 Februari 2016

17.12 -

Pohon Keluarga

Penyembuhan pohon keluarga menjadi sesuatu yang kontroversial. Beberapa keuskupan – termasuk Keuskupan Agung Jakarta – telah melarang penyelenggaraan retret pohon keluarga, seperti yang telah dijelaskan di SURAT VIKEP KAJ tentang Pembaharuan Karismatik Katolik-KAJ: Jakarta, 27 Agustus 2003. 

Jadi kalau pihak keuskupan sudah melarang, sebaiknya kita mengikuti keputusan mereka, karena pasti ada alasan-alasan yang berguna untuk perkembangan iman umatnya. 

Marilah kita lihat bersama-sama. Apakah yang dilakukan dalam penyembuhan pohon keluarga:

1) Mereka percaya bahwa dosa yang dilakukan oleh nenek moyang mereka diturunkan kepada generasi berikutnya

Sebagai contoh, kalau orang tua, atau nenek moyang mereka berjudi, punya kecenderungan untuk bunuh diri, dan hal-hal negatif yang lain, maka ini akan diturunkan kepada keturunannya, sehingga dosa ini perlu diputuskan

Dan pemutusan ini dengan cara doa dengan formula tertentu atau juga kadang berlangsung di misa.

2) Biasanya orang yang ingin disembuhkan dari pengaruh buruk pohon keluarga akan membawa grafik yang menunjukkan garis keturunan dan kemudian menuliskan pengaruh buruk yang dibawa dari setiap generasi.

3) Dasar dari penyembuhan pohon keluarga adalah: “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku“(Kel 20:5; Kel 34:6-7).

Dari konsep ini, maka ada beberapa hal yang secara teologi kurang dapat diterima:

1) Pada saat kita dibaptis, sebenarnya imam telah melakukan doa eksorsisme, untuk mengusir roh-roh yang jahat dan untuk keluar dari orang yang akan dibaptis dan memohon agar Yesus membuka telinga kita untuk mendengar Sabda-Nya dan mulut kita untuk menyampaikan kebenaran, memuji dan memuliakan Allah.

Jadi pada saat kita dibaptis, kita telah dibersihkan dari dosa asal, dan juga dari pengaruh-pengaruh jahat yang telah diusir dalam proses eksorsisme di upacara pembaptisan

Kalau kita berpendapat bahwa masih ada dosa yang diturunkan dari nenek moyang kita, maka kita tidak percaya akan hakekat dari Sakramen Baptis.

2. Kalau kita percaya bahwa kita melakukan dosa karena pengaruh dari nenek moyang kita, maka dengan gampang sekali kita akan menimpakan kesalahan kepada nasib kita yang terlahir dari keturunan yang kurang baik

Padahal setiap orang bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, karena setiap orang punya “keinginan bebas”.

3. Bagaimana untuk menjawab Keluaran 20:5; 34:6-7 di atas? Ada banyak ayat yang mendukung bahwa setiap orang bertanggungjawab akan dosa yang dibuatnya sendiri, seperti ayat-ayat berikut ini: 

Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri (Ul 24:16; Yer 31:30). 

Atau Yehezkiel mengatakan “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya (Yeh 18:20). 

Bacalah Yehezkiel bab 18, disitu jelas sekali bahwa kalau anak yang bertobat akan diselamatkan walaupun orang tuanya berbuat dosa.

Mungkin ada yang berkata, bahwa saya ingin bertobat, namun seolah-olah saya tidak mempunyai kekuatan untuk bertobat karena ikatan pohon keluarga atau dosa dari nenek moyang saya. 

Dalam hal ini, mari kita percaya bahwa Yesus telah memberikan berkat yang cukup untuk semua orang, sehingga setiap orang dapat mengikuti Yesus, berjalan sesuai dengan perintah-Nya, dan bersatu dengan-Nya di dalam kerajaan sorga. 

Dan berkat-berkat ini mengalir tanpa henti dalam setiap perjamuan Suci/Ekaristi Kudus. Dan Tuhan sendiri telah memberikan Sakramen Pengakuan Dosa, sehingga umat beriman mendapatkan kekuatan untuk menolak perbuatan dosa dengan bantuan rahmat Tuhan

Bagaimana dengan orang-orang yang telah mengalami kesembuhan dan kelepasan setelah didoakan dalam kesembuhan pohon keluarga? Ini suatu misteri, karena karya Tuhan tidak dapat dibatasi oleh liturgi (Sacrosanctum Concilium, 12). 

Namun dapat kita lihat bahwa Tuhan melihat hati, karena hati menjadi tempat yang yang kudus dimana setiap orang bertemu dengan Tuhan. 

Orang yang datang di dalam retret kesembuhan pohon keluarga mungkin membawa hati yang remuk redam dan siap untuk bertobat, yang merupakan sikap yang paling berkenan di hadapan Tuhan (Mzm 51:18). 

Kalau kita membawa sikap pertobatan dan kerinduan yang sama, dan bertumbuh dalam Ekaristi dan Sakramen Pengampunan Dosa, juga dibantu dengan spiritual director, maka kita juga akan mengalami kesembuhan. 

Jadi bagaimana kesimpulannya? Dengan dasar-dasar di atas, maka Gereja mempunyai alasan yang kuat untuk menolak penyembuhan pohon keluarga

Mari kita menerima dengan besar hati dan mengikuti kebijaksanaan Gereja. Dan Gereja juga telah memberikan sarana agar kita bertumbuh di dalam iman dan hidup dalam kekudusan.

(Sumber: Tanya jawab tentang Mengapa retret pohon keluarga dilarang?, katolisitas.org).