23.13 -
*Hidup rohani*
Bagaimana menciptakan komunitas yang dialogis
Karena ditengarai bahwa manusia sudah lari ke arah individualis yang tinggi luar biasa, tidak peduli dengan orang lain, yang penting dirinya selamat/aman/nyaman, orang lain bodoh amat. Maka dalam masa APP 2009, gereja Katolik mengajak umatnya untuk merenungkan “Komunitas dialogis umat beriman, demi kesejahteraan umum”, agar semua umatnya mempunyai kewaspadaan sehingga mampu sampai garis akhir (Ibr 4:1-11).
Masing-masing kita adalah mosaik yang lepas, ketika mosaik-mosaik itu dipasang akan membentuk sebuah lukisan yang indah. Artinya: kita masing-masing ambil bagian menjadi mosaik dari sebuah komunitas.
Awal dari dialog adalah memberi salam dan tersenyum.
Allah adalah pembuka komunikasi lewat penciptaan (berfirmanlah Allah: “Jadilah...” - Kej 1:3, ...).
Ciri-ciri komunitas dialogis:
- Anggotanya akan berlomba-lomba untuk saling berkorban (lebih banyak memberi daripada menerima).
- Ekspresinya selalu gembira.
Di dalam komunitas yang dialogis (di dalam dialog ada unsur kasih/cinta = komunitas cinta) harus mempunyai 3 keutamaan Injil (1 Kor 13:13): iman, pengharapan dan kasih.
Cinta itu universal tidak memandang suku, agama, ras – dengan siapa saja Tuhan mau kita mengasihi.
Sekalipun aku ...tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku... (1 Kor 13:1-3):
· dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat ~ sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
· mempunyai karunia untuk bernubuat, mengetahui segala rahasia, memiliki seluruh pengetahuan dan memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung ~ sama sekali tidak berguna.
· membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar ~ sedikitpun tidak ada faedahnya.
Kalau mati, kita tidak perlu iman dan pengharapan. Tetapi kita membutuhkan kasih karunia Allah. Karena kita akan diadili berdasarkan kasih yang ada pada kita (Yoh 12:47-48; Mat 25:40, 35-36).
Karena Tuhan tidak akan menanyakan ... tetapi Ia akan bertanya ...
- Mobil apa yang kamu punyai? ~ Berapa banyak orang yang tidak berkendaraan yang kamu angkut dengan mobil itu?
- Berapa luas rumahmu? ~ Berapa banyak orang yang disambut di rumahmu?
- Di mana kamu tinggal? ~ Bagaimana kamu memperlakukan tetangga-tetanggamu itu?
- Berapa banyak baju yang tergantung di dalam lemari pakaianmu? ~ Berapa banyak orang yang tidak berbaju yang pernah kamu beri? (Luk 3:11 – perintah ini radikal uar biasa).
- Apa status sosialmu? ~ Status sosial seperti apa yang kamu perankan?
- Berapa banyak harta milikmu? ~ Apakah hidupmu dikuasai oleh harta milikmu?
- Berapa gaji terbesarmu? ~ Apakah kamu mengkompromikan untuk mendapatkannya (mendapatkan gaji besar tapi menyengsarakan orang lain)?
- Berapa kerja lembur yang pernah kamu tempuh? ~ Apakah kerja lembur itu untuk kepentingan pribadi/keluarga?
- Berapa banyak promosi yang pernah kamu terima? ~ Berapa banyak kamu sudah mempromosikan orang lain?
Seorang pemimpin yang berhasil adalah seorang pemimpin yang banyak mempromosikan orang lain/mampu mengadakan regenerasi. Misalnya: Yohanes Pembaptis (Yoh 1:36-37); Yesus (Yoh 14:12).
- Berapa banyak teman yang kamu kenal? ~ Sudah menjadi teman bagi berapa banyak orang selama ini (mempunyai empati terhadap orang lain)?
- Apakah yang kamu lakukan untuk melindungi hak pribadimu? ~ Apa yang sudah kamu lakukan untuk melindungi hak sesamamu?
Misalnya: orang kaya dan Lazarus yang miskin (Luk 16:19-31). Orang kaya itu tidak menghina/memaki-maki meskipun Lazarus berbaring dekat pintu rumahnya dan makan apa yang jatuh dari mejanya – orang kaya itu seharusnya menolong tapi dia tidak melakukan apa-apa (dosa kelalaian).
- Apakah jabatanmu? ~ Apakah kamu sudah melakukan yang terbaik ketika melakukan pekerjaan itu?
- Apa warna kulitmu? ~ Karakter apa yang kamu miliki dalam kehidupan ini?
- Gereja mana yang kamu kunjungi? ~ Apakah kamu mengasihi sesamamu dan memperlakukan mereka dengan baik?
Jika seorang hanya mendengarkan firman saja dan tidak melakukannya, Ia adalah seumpama cermin yang sedang mengamati-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi ataau ia segera lupa bagaimana rupanya (Yak 1:23-24)
Komunitas cinta ini akan berkembang kalau ada iman.
Orang yang imannya bertumbuh, selalu mengucap syukur dalam segala hal, harapannya teguh, relasinya dengan Tuhan cukup baik dan memiliki keutamaan-keutamaan yang dimiliki oleh Allah. Karena Allah sumber kasih, murah hati, bijaksana dll.
Orang yang imannya tidak bertumbuh, pelit dalam segala hal (memberi salam, senyum, waktu, tenaga, uang dll.). Karena orang tersebut pasti bermasalah dengan kasih, berarti dia juga bermasalah dengan sumber kasih (Tuhan) - relasinya dengan Tuhan tidak beres, maka relasi dengan sesamanya juga tidak beres. Misalnya: orang pintar luar biasa tapi tidak punya bahasa kasih, dia akan menjadi seorang yang kejam.
Marilah kita belajar dari semut, mempersembahan yang terbaik untuk Allah dengan ikhlas, pantas dan bebas dari motivasi. sehingga tercipta komunitas yang dialogis.
(Sumber: Warta No. 60/IV/2009 » Renungan KPI TL tgl 19 Maret 2009; 2 April 2009, Dra Yovita Baskoro, MM).
Baca juga: