22.44 -
*Buah Roh*
Jangan pernah menyerah
Pada saat membaca perikop di atas, kita akan terkejut. Karena selama ini Yesus terkenal belas kasih-Nya, murah hati, bijaksana dll. Memang, Yesus pernah berbicara keras/kasar, tetapi tidak pernah mengutuk.
Misalnya: Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? (Mat 12:34); Hai kamu orang-orang munafik, kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran (Mat 23:27).
Ada problem apakah Yesus, sehingga Dia mengutuk pohon ara tersebut? Apakah pohon ara itu memang bersalah? Tidak! Memang pada saat itu bukan musimnya. Apakah karena Dia capai berjalan panjang? Tidak! Karena jarak antara Betania dan Yerusalem hanya 2 mil panjangnya (= 3 km - Yoh 11:18).
Apakah karena Dia lapar? Tidak! Yesus pernah sangat lapar selama 40 hari, tetapi Dia tidak jatuh dalam godaan (Mat 4:1-11).
Jadi problem apa sebenarnya? Yesus menginginkan setiap orang Kristen tidak hanya bangga dan sibuk dengan daun-daun saja. Meskipun daun-daun itu memang penting.
Marilah merefleksikan hidup kita:
- Kenapa banyak pohon hidup keluarga suka terkutuk sampai keakar-akarnya? Karena keluarga/perkawinan terbentuk berdasarkan faktor-faktor luaran (hanya hal-hal yang tampak), yang intinya tidak ada.
- Kenapa banyak pohon ara kehidupan manusia diketemukan tidak berbuah?
Karena memang bukan musimnya (fakta pohon kehidupan).
- Kenapa kita tidak menghasilkan apa-apa yang baik untuk Tuhan, ketika Dia memintanya? Karena kita seperti pohon yang hanya kenal musimnya. Inilah penyakit suatu organisasi/keluarga/pohon hidup karena terdiri dari mentalita orang yang musiman.
- Berapa banyak orang merana/terkutuk ekonominya (krisis) sampai sinting?
Karena mereka hanya sibuk menghasilkan daun-daun saja, ini adalah hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki. Mata/hati/pikirannya hanya memikirkan hal-hal duniawi saja dari ujung rambut sampai ujung kaki, dari bangun tidur pagi sampai tidur malam. Memang uang itu penting, tetapi itu bukan kehendak Tuhan yang utama.
Syarat-syarat agar pohon ara hidup kita tidak terkutuk (Mrk 11:22-25):
1. Percayalah kepada Allah – kepercayaan yang dapat memindahkan gunung.
2. Percaya bahwa telah menerimanya – mempunyai harapan dalam doa.
3. Adanya pengampunan.
Setiap hari Kamis kita berkumpul untuk mendalami/mempertegas apa-apa yang Tuhan mau dalam diri kita, supaya kita tidak terkutuk tapi berkembang/bertumbuh dengan berkat-Nya.
Kita sudah dipilih Tuhan, dan di letakkan di taman KPI TL. Apakah pohon kita sudah menghasilkan buah dan buah itu sifatnya tetap, bukan hanya musiman (Yoh 15:16)?
Jika saat ini pohon kita hanya menghasilkan daun-daun, maka kita tidak akan menemukan Allah yang ada disekitar kita (Mat 25:40).
Marilah kita tinggal pada pokok anggur yang benar sehingga kita berbuah banyak dan memperoleh janji-Nya (Yoh 15:1-17).
(Sumber: Warta No. 60/IV/2009 » Renungan KPI TL tgl 16 April 2009, Romo Joseph Pontoan, MSC).
Pohon ara
Pohon Ara tingginya bisa mencapai 12 meter dan di tanah berbatu-batu pun dapat tumbuh subur. Gagal menanam pohon yang tumbuhnya lambat ini, menunggu panjang sabar bertahun-tahun (Luk 13:7).
Pohon ini juga mampu berbuah pada segala musim: musim dingin, musim semi, musim panas ataupun musim gugur. Ia berbuah selama sepuluh bulan, atau hampir setahun penuh. Kadang-kadang, buahnya lebih dulu muncul daripada daunnya.
Pohon ara memberi tiga macam buah berurutan:
1. Buah ara musim kemarau atau buah paling akhir (Yer 8:13; 29:17), yang merupakan tuaian pertama dari bulan Agustus sampai musim dingin.
2. Buah ara hijau atau buah musim dingin (Kid 2:13; Why 6:13), tidak mempunyai cukup waktu untuk masak sebelum musim dingin tiba, tetap di dahannya dan menjadi kemerah-merahan pada hari-hari pertama musim semi, tapi tetap tinggal kecil dan mudah gugur ditiup angin. Yang tidak gugur masak pada musim panas bulan Juni dan bulan berikutnya.
3. Buah ara bungaran yang masak sebelum musim kemarau (Yes 28:4; Yer 24:2; Hos 9:10; Mi 7:1; Nah 3:12), paling digemari karena segar dan enak.
Pohon ara paling banyak menyerap zat-zat penting dari dalam tanah, sehingga jika dibiarkan tanpa menghasilkan buah, ini hanya akan merugikan tanaman-tanaman lain yang ada di sekitarnya. Jadi, janganlah kita menjadi pohon ara yang hanya bisa menyerap yang baik dari Tuhan, tetapi tidak menghasilkan buah.
(Sumber: Warta No. 60/IV/2009 » Ensiklopedi Alkitab Masa Kini).