Senin, 04 April 2016

18.55 -

Luk 5:12-16

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Jumat, 11 Januari 2019: Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: 1 Yoh 5:5-13; Mzm 147:12-13, 14-15, 19-20; Luk 5:12-16

Jumat, 8 Januari 2016: Hari Biasa sesudah Penampakaan Tuhan - Tahun C/II (Putih)
Bacaan: 1 Yoh 5:5-13; Mzm 147:12-13, 14-15, 19-20; Luk 5:12-16


Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."



Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu lenyaplah penyakit kustanya.



Renungan




1. Gerakan iman orang kusta



Sakit kusta menjadi momok bagi kebanyakan orang Yahudi karena merupakan tanda orang berdosa dan terkutuk. Orang kusta harus disingkirkan dari kesibukan bersama karena merupakan penyakit menular.

Kini, sakit kusta bukan menjadi momok tapi menjadi bagian dari hidup.

Ada yang sungguh sakit kusta secara fisik tetapi ada pula orang kusta batiniah karena kata-kata dan pikirannya yang membuat orang menyingkirkan dan mengabaikannya.

Marilah kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa, dengan gerakan iman kita berani mendekat kepada Yesus membuka mulut dan bermohon kepada-Nya agar disembuhkan.

Ia adalah Allah yang Maharahim, akan menunjukkan belas kasih-Nya dan melepaskan kita dari belenggu sakit.

Belas kasih-Nya nampak dalam uluran tangan sesama yang menjamah, menolong dan mengangkat kita, serta perhatian dan kasih sayang sesama untuk menyembuhkan kita dari keterasingan.

Tuhan Yesus memberkati.



2. Penyembuhan, tanda kuasa Allah

Dalam tradisi Kitab Suci, penyembuhan adalah tanda kuasa Allah. Dengan kata lain, orang yang mampu menyembuhkan dipandang sebagai orang yang dilimpahi kuasa Allah atau disertai Allah.

Penyembuhan yang dilakukan Yesus tidak hanya mengenai penyakit fisik. Ia membidik persoalan dasar yang melumpuhkan manusia, yaitu dosa atau penolakan atas kasih Allah. 

Manusia lumpuh, buta, bisu tuli dan terbelenggu tak mampu mengenali kehadiran Allah dalam hidup. Dalam situasi ini Yesus menunjukkan kuasa pembebasan dari Allah. Karena Dia adalah ”Allah sendiri yang datang untuk menyelamatkan“(Yes 35:4). 

Berbahagialah kita yang berkenan menyambut kedatangan-Nya dan menerima Dia sebagai Juruselamat. Maka kita akan menyaksikan hal–hal yang sangat menakjubkan dalam dan bersama Yesus.

Tuhan Yesus memberkati.