Kamis, 29 Oktober 2015

Inti Pewartaan Yesus

Para nabi melihat kedatangan Allah dalam kemuliaan rajawi sebagai hari penebusan dan penyelamatan Israel (Yes 33:22; 52:7-10; Ob 21; Mi 2:12-13; Zef 3:14-20).

Orang Yahudi pada zaman Yesus menghindari penyebutan langsung Nama Allah, sebagai ganti ‘Allah meraja/Kerajaan Allah/Kerajaan Sorga’.

Walaupun pewartaan Kerajaan Allah sudah ada sebelum Yesus, bagi Yesus pewartaan Kerajaan Allah mempunyai arti yang khusus.

Yesus bukan saja berbicara tentang Kerajaan Allah, tetapi juga memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah dengan tindakan-tindakan-Nya - mengungkapkan iman dan pengharapan-Nya sendiri akan kebaikan dan cintakasih Allah. Ada kesatuan antara Sabda dan karya-Nya – tampil sebagai nabi dan tabib sehingga kebenaran perkataan Yesus itu tampak dalam perbuatan-Nya.


Kerajaan Allah artinya Allah sendiri yang tampil sebagai Raja dalam kemuliaan dan keperkasaan untuk menyelamatkan dan memberi perlindungan untuk membebaskan dunia secara total dari kuasa kejahatan, bukan untuk menghukum atau membalas (Mzm 145:11-13; Luk 10:18).



Keadaan ini terjadi bila kehendak dan perintah Allah diwujudkan. Misalnya: perintah untuk saling mengasihi, perintah untuk percaya, menciptakan perdamaian dan keadilan, dll.


Kerajaan Allah itu hadir, terpenuhi, terwujud dalam pribadi Yesus Kristus sendiri, gambaran Allah yang tidak kelihatan. Lebih-lebih sejak kebangkitan Yesus dari alam maut dan turunnya Roh Kudus atas orang-orang percaya kepada-Nya, Allah mulai meraja di bumi ini – pemerintahan Allah semakin meluas, sebab setiap langkah yang diambil oleh Yesus (kini melalui Gereja-Nya) menawarkan keselamatan kepada mereka yang dijumpai-Nya.

Dengan demikian terbukalah jalan bagi pemerintahan Allah di dunia ini, sehingga kita dapat pula melihat daftar peristiwa-peristiwa cerah yang membawa banyak harapan.

Hanya mereka yang memiliki iman dapat melihat kehadiran kerajaan yang kasat mata dan tersembunyi

Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu; bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Luk 17:20-21; Rm 14:17).

Maka sabda Yesus tertuju kepada orang yang menderita (Sabda Bahagia – Luk 6:20-23). Pewartaan Yesus bukan hanya janji-janji saja.

Dalam diri Yesus, Allah telah datang (Luk 11:20). Waktu kedatangan-Nya tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, Anak pun tidak, hanya Bapa saja (Mrk 13:32).

Waktunya telah genap; 
Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobatlah percayalah kepada Injil!
Tuhan dekat 
pada setiap orang yang berseru kepada-Nya ... 
dalam kesetiaan
 (Mrk 1:15; Mzm 145:18)

Adakah dengan kedelapan Sabda Bahagia-Nya Yesus mau menganjurkan dan mempertahankan kemiskinan, kelaparan, pengangguran, dan penderitaan di bumi ini? Jelas tidak.

Yesus mau mengatakan bahwa kekayaan dan kekuatan kita hanya terletak pada Allah. Dengan bersandar pada kekuatan Allah itu, kita harus berjuang menyingkirkan semua penderitaan di dunia ini.

Dalam diri Yesus, Allah yang menjadi manusia, Allah mulai mengubah sejarah umat manusia menjadi lebih sejahtera.

Tanda-tanda mujizat ‘menyembuhkan orang sakit, melegakan orang cemas dan gelisah, membebaskan orang yang tertekan jiwa raganya, bahkan membangkitkan orang mati, dsbnya’ yang dikerjakan Yesus itu memperlihatkan bahwa dalam diri Yesus genaplah nubuat para nabi tentang Mesias yang kedatangan-Nya telah dijanjikan kepada leluhur Israel.

Dengan mengerjakan mujizat, dengan ‘menjadikan segalanya baik (Mrk 7:37), Yesus menjelmakan pemerintahan Allah dan menghentikan pemerintahan setan. Bilamana Yesus muncul, si jahat menarik diri.

(Sumber: Warta KPI TL No. 34/II/2007; Inti Pewartaan Yesus, Iman Katolik KWI).