03.01 -
*Sukacita*
Dukacita diubah Yesus menjadi sukacita
Anugerah yang diberikan pada setiap gereja berbeda-beda. Di Gereja Katolik diberikan anugerah dalam Sakramen Ekaristi. Pada saat perayaan Ekaristi: roti yang tak beragi diubah menjadi Tubuh Kristus dan anggur diubah menjadi Darah Kristus.
Jadi, pada saat perayaan Ekaristi janganlah kita menganggap hal itu sebagai rutinitas saja, tetapi bukalah pintu gerbang hati sehingga Tuhan dapat menjamah hati kita. Karena Tubuh Kristus (daging) mampu membangkitkan orang mati dan Darah-Nya mampu menahirkan kenajisan dosa-dosa kita.
Jika kita mengimani dengan sungguh-sungguh pada saat perayaan Ekaristi, maka Tuhan mampu mengubah kehidupan kita, kita akan dipulihkan-Nya dari kekecewaan dan keputus-asaan, baik dari sakit-penyakit kita, pekerjaan kita maupun yang lainnya.
Sehingga kehidupan kita akan diubahkan-Nya menjadi kudus dan penuh pengharapan (semua persoalan ada jalan keluar/dipulihkan). Dan akhirnya ... sukacita selalu mengalir tiada hentinya.
Jika kita menyumbat aliran sukacita dengan berkata: “Tak mungkin hal ini terjadi/Mengapa begini, tidak begitu Tuhan? dll” Maka sukacita itu tidak dapat berbuah sukacita.
Marilah kita belajar dari Luk 7:11-17
Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Naim. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.
» Kota Naim artinya adalah sukacita yang mengalir; sebuah desa yang letaknya ± 10 km dari Nazaret, merupakan kota perbatasan antara Galilea dan Samaria.
Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
» Ada dua rombongan yang sangat berbeda:
1. Rombongan Yesus memasuki kota Naim dengan penuh semangat dan sukacita. Karena mereka banyak menyaksikan mujizat (orang sakit, orang lumpuh disembuhkan dll.), mereka melihat itu sebagai suatu pertolongan Tuhan.
2. Rombongan Janda ke luar dari kota Naim dengan dukacita. Rombongan ini menuju ke kuburan, menuju maut.
Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis.”
» Mengapa Tuhan tergerak hati-Nya? Tuhan tidak tahan melihat kesedihan janda ini. Karena adat istiadat orang Yahudi: jika seorang janda kehilangan anaknya, maka harta peninggalan suaminya harus diwariskan kepada saudara laki-laki dari suaminya (kehilangan anak dan harta bendanya).
Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan ketika para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang ... memuliakan Allah... Allah telah melawat umat-Nya.
» Adat istiadat orang Yahudi: jika berpapasan dengan jenazah, rombongan lain harus berhenti untuk memberi jalan bagi rombongan jenazah; mereka tidak boleh menyentuh jenazah, karena hal itu itu akan membuatnya najis.
Yesus justru melanggar hukum Taurat (Im 19:16), Dia menyentuh jenazah itu. Hal ini tidak najis bagi-Nya, karena Dia adalah Allah yang Mahakudus, justru dengan sentuhan-Nya, semuanya ditahirkan/menjadi kudus.
Dalam perjumpaan ini, Yesus mengubah air mata dukacita menjadi sukacita.
Peristiwa di Naim ini masih berlangsung sampai saat ini, jika kita mau membuka pintu gerbang hati kita untuk dijamah-Nya. Yesus yang sama juga mampu membangkitkan kita saat ini. Dia akan memberi jalan ke luar setiap permasalahan yang kita hadapi sehingga sukacita selalu mengalir dan mengalir.
(Sumber: Warta KPI TL No. 70/II/2010 » Renungan KPI TL Tgl 4 Februari 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).