Kamis, 07 November 2019

14.17 -

Bagaimana seharusnya manusia memperlakukan binatang dan sesama ciptaan lainnya?

Manusia harus menghormati Sang Pencipta dalam ciptaan-ciptaan lain. Peduli dan memperlakukan mereka dengan penuh tanggung jawab. Manusia, hewan-hewan, dan tumbuh-tumbuhan memiliki Pencipta yang sama, yang memanggil mereka menjadi makhluk hidup, atas dasar cinta kasih. Oleh karena itu, cinta kasih pada hewan adalah hal yang manusiawi. 

Meskipun manusia diperbolehkan untuk menggunakan dan memakan tumbuh-tumbuhan serta hewan, manusia tidak diizinkan untuk menyiksa hewan atau memeliharanya dalam kondisi yang tidak manusiawi. Hal itu melawan martabat penciptaan sama seperti eksploitasi bumi secara serampangan atas dasar keserakahan. 

(Sumber: Youcat 57). 

14.07 -

Apa alasan orang Kristen menghargai martabat manusia?

Setiap manusia, sejak awal kehidupannya di dalam rahim, memiliki martabat yang tidak dapat dirusak karena sejak kekal Allah menghendaki, mencintai, dan menebus. Manusia ditentukan untuk kebahagiaan kekal (KGK 1699-1715). 

Jika martabat manusia hanya dilihat berdasarkan keberhasilan dan prestasi pribadi, mereka yang lemah, sakit, atau tak berdaya tidak memiliki martabat. Orang Kristen percaya bahwa martabat manusia merupakan anugerah Allah sejak awal. Allah melihat pada setiap manusia dan mengasihinya seolah-olah dia adalah satu-satunya makhluk di dunia. Karena Allah memandang, bahkan hingga anak Adam yang paling kecil sekalipun memiliki nilai tak terbatas, yang dapat dirusak manusia lain. 

(Sumber: Youcat 280). 

Senin, 04 November 2019

Orang pintar atau orang bijak




Orang pintar selalu tahu apa yang diucapkannya. Dia bisa mencerna informasi dan bisa meresponnya kembali dengan sangat cepat. Ucapannya lugas dan juga tajam.

Orang Bijak akan hati-hati dengan ucapannya. Dia akan memikirkan terlebih dahulu "Apakah ucapannya itu bermanfaat? Apakah akan menyinggung perasaan orang lain? Apakah itu perlu untuk diucapkan?". Karena orang bijak tahu betul bahwa kata-kata lebih tajam dari pada pedang, Sekali melukai hati seseorang akan sulit untuk menyembuhkannya, meskipun lewat kata maaf.

Orang pintar punya kemampuan dan kelebihan yang begitu besar. Dan dia sadar punya kemampuan itu. Itulah yang membuat dia percaya diri, bahkan terlihat sedikit sombong dan angkuh.

Orang bijak juga punya kemampuan dan kelebihan yang besar. Tapi dia juga sadar bahwa dia tidak sempurna dan memiliki kekurangan. Itulah yang membuat orang bijak tetap rendah hati dan terus belajar.

Orang pintar mengandalkan logika, mengandalkan pengetahuannya dalam berpikir dan mengambil keputusan.

Orang bijak berpikir bukan hanya dengan logika saja tapi juga menggunakan perasaan dan intuisinya. Dia akan mempertimbangkan berbagai kemungkinan sebelum mengambil keputusan

Orang pintar merasa selalu benar. Dia sulit menerima pemikiran orang lain yang berbeda. Seringkali terlibat dalam argumen dan bahkan kadang memaksa orang lain untuk menerima pola pikirnya.

Sedangkan orang bijak bisa menerima perbedaan antara orang lain dan dirinya. Orang bijak punya toleransi yang tinggi karena dia sadar bahwa setiap orang berbeda. Kalau ada pemikiran orang lain yang menurutnya lebih benar, dia tidak akan sungkan untuk menerima pemikiran tersebut.

Orang pintar minta maaf ketika dirinya berbuat salah. Orang bijak bisa minta maaf walaupun dia tidak salah.

Orang pintar banyak berbicara, sedikit mendengarkan. Orang bijak lebih banyak mendengarkan dan berbicara ketika diperlukan.

Orang pintar tahu banyak tentang banyak orang. Orang bijak tahu banyak tentang dirinya sendiri.

Orang pintar tahu apa yang harus diucapkan. Orang bijak tahu apakah hal tersebut harus diucapkan atau tidak.

Orang pintar menyelesaikan masalah yang terjadi. Orang bijak mencegah terjadinya masalah.

Orang pintar mampu membela diri supaya tidak terlihat salah. Tapi orang bijak mampu merendahkan hati dan mengakui bahwa dia salah.

Memang tidak mudah menjadi orang yang bijaksana, karena kita semua tidak ada yang sempurna. Tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Hidup adalah tempatnya untuk belajar. Di sinilah kita saling belajar dan mengingatkan satu sama lain. Jadilah bukan hanya orang pintar tapi juga orang bijak (Merry Riana).

20.44 -

Siapakah yang mendirikan gereja?



Secara historis, Yesus tidak mendirikan Gereja. Yang dilakukan Yesus adalah mengumpulkan pria dan wanita, mengikutsertakan mereka dalam pelayanan-Nya, menunjuk dua belas orang menjadi rasul, memberi tahu mereka untuk meneruskan apa yang diajarkan-Nya serta memberi kuasa untuk melengkapi karya kerasulannya.

Pentakosta menjadi peristiwa penting bagi lahirnya Gereja. dalam Pentakosta, para murid Yesus berkumpul, menerima Roh Kudus dan kemudian dengan penuh keberanian mewartakan iman akan Yesus Kristus. Pewartaan para rasul membawa buah yang ditandai dengan banyaknya orang yang memberikan diri dibaptis.

Dengan perkembangan jumlah orang yang dibaptis, jemaat itu tahap demi tahap mengembangkan struktur kelembagaan dan pelayanan yang akan menjamin kesetiannya kepada asal usul dan perutusannya. Semua itu dibawah bimbingan Roh yang dicurahkan oleh Yesus yang sudah bangkit.

Jadi walaupun secara historis tidak mendirikan Gereja, tetapi secara tidak langsung Yesus mendirikan Gereja, sebab seluruh sabda, karya dan Pribadi-Nya mengarah kepada terbentuknya Gereja, terbentuknya umat Allah yang baru yang menggantikan Umat Allah yang lama, yaitu bangsa Israel. Secara langsung, Gereja terbentuk sejak hari Pentakosta, saat turunnya Roh Kudus.


Minggu, 03 November 2019

13.50 -

Luk 4:24-30

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Senin, 5 Maret 2018: Hari Biasa Pekan III Prapaskah - Tahun B/II (Ungu)
Bacaan: 2 Raj 5:1-15a; Mzm 42:2, 3; 43:3, 4; Luk 4:24-30


Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar:

Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.

Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."

Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu (*) menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.


Renungan


1. Sikap berterima kasih dan bersyukur

(*) Orang-orang yang telah kenal Yesus pada masa kecil-Nya tidak percaya bahwa Yesus adalah Penyelamat Dunia yang mereka dambakan kedatangan-Nya, bahkan ketika Ia tampil di bait Allah untuk menyatakan Jati Diri-Nya, mereka berkata “Bukankah Ia ini anak Yusuf”, dan kemudian mengusir-Nya

Pengalaman berterima kasih dan bersyukur dalam keluarga akan menjadi modal dan kekuatan yang handal untuk senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada siapapun dan dimanapun.

Barangsiapa tidak mampu mengasihi, menghormati dan menghargai mereka yang setiap hari hidup atau bekerja bersama, maka sikap terhadap yang lain dan jauh pasti akan menindas atau melecehkan.

Sebaliknya barangsiapa mampu mengasihi, menghormati dan menghargai mereka yang setiap hari hidup atau bekerja bersama, maka terhadap yang lain/jauh pasti akan melayani, membahagiakan dan menyelamatkan

Masing-masing dari kita dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya pada saat ini karena jasa, kebaikan dan kasih mereka yang setiap hari hidup atau bekerja bersama dengan kita.

Maka hendaknya dengan mereka yang setiap hari hidup atau bekerja bersama, kita senantiasa bersikap ‘berterima kasih dan bersyukur’, sehingga dalam hidup atau bekerja bersama kita dapat saling melayani, membahagiakan dan menyelamatkan.


Santo Martin de Porres, Pengaku Iman



Santo Martin de Porres dilahirkan di Lima, Peru pada tanggal 9 November 1579 sebagai anak diluar nikah dari Juan de Porres, seorang Bangsawan Spanyol dari Alcantara, dengan Anna Velasquez, seorang budak Mulatto (peranakan Negro dan kulit putih) dari Panama yang telah merdeka. Martin mewarisi profil dan kulit gelap ibunya, sehingga menyedihkan hati ayahnya. 

Karena itu ayahnya meninggalkan Martin, ibunya dan saudarinya. Sang Ibu Anna Velasquez membesarkan putera dan puterinya dalam kemiskinan yang amat menyedihkan. Selain itu Martin dan saudarinya juga harus banyak menderita atas hinaan dan cemoohan orang-orang karena mereka terlahir sekaligus sebagai Mulatto dan anak haram.


Kehidupan doa Martin sungguh mendalam sejak masih muda usianya. Ia memiliki devosi yang kuat kepada Ekaristi Kudus dan Sengsara Tuhan kita. Martin terus berdoa untuk mengetahui apa yang dapat ia lakukan sebagai ungkapan syukur terima kasih yang luar biasa atas anugerah penebusan.

Bahkan sejalan dengan perkembangannya, ia sudah mulai menyadari bahwa orang yang berkenan kepada Allah bukanlah yang berkulit putih melainkan yang berjiwa putih

Ia menjalankan devosi khusus kepada Santa Perawan Maria sehingga beberapa kali ia mengalami penampakan Bunda Maria. 

Mendengar tentang perkembangan Martin yang luar biasa itu, ayahnya kembali hidup bersama ibunya dan mengakui Martin sebagai anaknya

Ketika Martin berumur 12 tahun, ia menyekolahkan Martin. Karena Martin bercita-cita menjadi dokter, maka ia memperkenankan Martin bekerja sebagai tukang cukur sambil belajar pada seorang ahli bedah. 

Agar lebih banyak memusatkan perhatian pada kepentingan sesama. Pada usia 15 tahun, Martin ingin masuk biara. Tapi karena ia beranggapan bahwa kerinduannya untuk menjadi seorang bruder adalah sesuatu yang terlalu muluk dan mustahil; maka ia kemudian memohon untuk menjadi seorangpelayan” di Biara Rosario Dominikan di Lima tanpa menerima gaji. Di sana ia menjadi anggota dari Ordo Ketiga Dominikan. 

Menjadi sebagai pelayan, Martin dengan suka hati melakukan tugas-tugas yang paling rendah dan berat di biara. Ia melayani berbagai tugas - sebagai tukang cukur, perawat di rumah sakit, pengawas pakaian - juga tukang kebun dan penasehat. Ia merawat saudara-saudara Dominikannya yang sakit dengan penuh kasih dan perhatian yang besar, yang dilakukannya dalam kesahajaan.

Reputasi Martin sebagai seorang yang pandai menyembuhkan penyakit segera tersebar luas. Ia merawat juga orang-orang sakit di kota, termasuk mereka yang terjangkit wabah, tanpa membedakan ras. 

Martin menyembuhkan orang-orang sakit melalui doa-doanya dan melalui pengetahuannya mengenai ilmu pengobatan. Tak terhitung banyaknya orang yang disembuhkan olehnya, termasuk seorang imam yang nyaris meninggal karena infeksi pada kakinya, dan seorang frater yang jari-jarinya terluka amat parah dalam suatu kecelakaan hingga nyaris pupus harapannya untuk ditahbiskan sebagai imam.

Setelah sembilan tahun mengabdi sebagai pelayan di Biara, akhirnya para superior memperkenankan Martin untuk menerima jubah bruder (sesuatu yang pernah dianggap mustahil baginya) dan ia pun mengucapkan kaulnya.

Sebagai seorang Bruder Dominikan, Belas kasih Martin de Porres tak mengenal batas. Ia membagi-bagikan makanan dari biara (yang terkadang bertambah jumlahnya secara ajaib) kepada orang-orang miskin papa. 


Bagi anak-anak yang kurang mampu, Martin mendirikan rumah yatim piatu, rumah sakit kanak-kanak, juga lembaga pendidikan bagi mereka di mana mereka mendapatkan pendidikan yang layak dan belajar ketrampilan. Ia membangun suatu taman besar dengan pepohonan ara di dalamnya yang terbuka bagi semua orang yang membutuhkannya. Secara istimewa Martin melayani serta melindungi para budak yang didatangkan dari Afrika.

Martin tak pernah ragu membagi bilik kecilnya di biara bersama mereka yang terlantar. Hal ini tampaknya menimbulkan masalah antara dirinya dengan para superior biara yang segera melihat biara mereka dipenuhi oleh orang-orang terbuang, yang seringkali bertingkah “aneh”. 

Tetapi, bagi Martin, belas kasihan jauh lebih penting nilainya daripada apapun dan ia tak pernah menolak untuk mengulurkan tangan bagi mereka yang membutuhkan. Saat ia ditegur karena membiarkan seorang yang amat dekil kotor tidur di atas pembaringannya, Martin menjawab, “Belas kasihan lebih penting daripada kebersihan. Dengan sedikit sabun aku dapat membersihkan tempat tidurku; tetapi renungkanlah betapa banyak airmata yang harus aku cucurkan guna membasuh bersih jiwaku dari noda keacuhan terhadap sesama.”

Bruder Martin terkenal karena kerendahan hatinya dan usahanya yang gigih untuk memperhatikan dan membela orang-orang Indian dan Negro. Hal ini ditentang keras oleh para bangsawan Spanyol di Peru. Karena perjuangannya itu, ia sering dihina dan dicerca sebagai anak tidak sah dan berdarah campur. Meskipun demikian, ia sama sekali tidak merasa terhina, karena ia percaya bahwa semua yang dilakukannya berkenan pada Allah. Prinsipnya ialah semua manusia diciptakan Allah dan sama di hadapan Allah

Bruder Martin melewatkan malam-malamnya dalam doa dan meditasi, matiraga dan puasa yang terus-menerus; ia dianugerahi penglihatan-penglihatan dan ekstasi. Di samping karunia-karunia ini, Martin juga dianugerahi karunia bilokasi, orang-orang yang mengenalnya dengan baik melihatnya di Meksiko, di Amerika Tengah dan bahkan di Jepang, sementara ia sendiri, secara jasmani, setelah masuk biara tidak pernah keluar dari Lima. 

Suatu ketika Martin bersama para novis sedang berpiknik penuh sukacita hingga lupa waktu. Tiba-tiba, mereka menjadi panik begitu menyadari bahwa mereka akan terlambat untuk doa. Martin meminta mereka berdoa dengan mata tertutup sambil mengatupkan kedua tangan mereka di dada. Sebelum mereka sadar akan apa yang terjadi, ketika membuka mata, mereka semua telah berdiri di halaman biara, tanpa mampu menjelaskan bagaimana mereka dapat menempuh perjalanan beberapa puluh mil jauhnya hanya dalam waktu beberapa detik saja.


Martin menembus pintu-pintu yang terkunci dengan cara yang hanya diketahui dirinya sendiri dan Tuhan. Ia bisa berada pada dua tempat dalam waktu yang bersamaan. Ia bisa berada dalam biara tapi pada saat bersamaan ia juga sekonyong-konyong muncul di sisi pembaringan mereka yang sakit tanpa diminta dan senantiasa menenangkan mereka yang sakit jika ia tidak menyembuhkan mereka sepenuhnya.


Bahkan binatang-binatang yang sakit datang kepadanya agar disembuhkan. Martin menunjukkan kendali yang luar biasa atas binatang-binatang itu; ia merawat dan memelihara mereka - memelihara dengan cara yang tampaknya tak dapat dipahami oleh orang-orang sekitarnya - sebab ia bahkan menaruh belas kasih kepada tikus-tikus juga, yang dibiarkannya mengorek-ngorek tanah ketika mereka lapar. Ia membuat rumah penampungan bagi banyak kucing dan anjing liar di rumah saudarinya. Martin memiliki cinta kasih yang luar biasa kepada segenap ciptaan

Ia merupakan inspirasi bagi mereka semua yang berkomitmen untuk melindungi ciptaan dan membela kehidupan dalam segala bentuknya.

Walau begitu banyak hal mengagumkan dalam dirinya, tetapi mungkin yang paling diingat orang tentang St. Martin de Porres adalah kisahnya dengan para tikus. 

Dikisahkan bahwa kepala biara, seorang yang bijaksana, tidak suka pada makhluk-makhluk pengerat itu. Ia memerintahkan Martin untuk meracuni mereka. 

Martin taat, tetapi ia bersedih hati karena tikus-tikus itu. Maka, ia pergi ke kebun dan memanggil mereka dengan lembut - dan datanglah tikus-tikus itu. Martin menegur mereka karena perilaku mereka yang buruk; ia memberitahukan perihal racun itu kepada mereka. Lalu, ia meyakinkan mereka bahwa ia akan memberi mereka makanan di taman setiap hari, jika mereka tidak lagi mengganggu kepala biara. Para tikus setuju. Maka, Martin melepaskan makhluk-makhluk pengerat itu dan sesudahnya para tikus tak pernah lagi mengganggu biara.

Anak didiknya, Juan Vasquez Parra, menggambarkan Martin sebagai seorang yang cakap dan praktis. Ia sungguh pandai dalam mengelola sumbangan amal kasih, baik dana maupun barang-barang, yang dipergunakannya dengan cermat dan sistematis. Orang-orang terhormat di Lima datang untuk mohon bimbingan dan nasehatnya dalam masalah-masalah yang sulit.

Termasuk di antara para sahabatnya adalah St. Rosa da Lima dan Beato Yohanes Masssias, yang juga adalah seorang bruder di Biara Dominikan St.Maria Magdalena di Lima. Walau Bruder Martin menyebut dirinya sendiri sebagai “Anjing mulatto,” masyarakat menyebutnya sebagai “Bapa belas kasih.” Mereka begitu menghormatinya hingga mereka mohon bimbingan rohani darinya, walau ia hanya seorang broeder.

Selama menjalani kehidupan membiara, Martin tidak pernah meminta jubah baru. Ia hanya mempunyai satu jubah yang diberikan kepadanya ketika ia resmi menjadi seorang anggota di biara itu. 

Ketika ajalnya mendekat, ia dengan rendah hati meminta sehelai jubah baru. Katanya: "Inilah jubah kuburku yang akan kupakai untuk menghadap takhta pengadilan Allah." Tak lama berselang, bruder saleh ini menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 3 Nopember 1639, dalam usia 59 tahun. 

Raja muda Spanyol, bangsawan dari Chinchón, datang berlutut di sisi pembaringannya memohon berkat darinya (sesuatu yang sangat luar biasa pada masa itu; seorang Bangsawan tinggi berlutut dihadapan seorang Mulatto Kulit Hitam). Para pejabat gereja dan para bangsawan Spanyol di Peru menghantar jenazahnya ke pemakaman.

Jenazahnya dipikul ke kubur oleh dua orang uskup, wakil raja Spanyol dan seorang pegawai tinggi kerajaan. Makamnya dikunjungi banyak pejabat gereja dan pejabat Kerajaan Peru. 


Mukjizat-mukjizat menakjubkan, yang menyebabkan Martin disebut sebagai seorang santo bahkan sejak di masa hidupnya, terus berlangsung hingga hari ini melalui perantaraannya. 


Hidupnya bagaikan lantunan doa yang terus-menerus berkumandang dan matiraga keras yang tak kunjung henti. Ia dijuluki “Santo Sapu” karena ia dengan suka hati melakukan pekerjaan-pekerjaan berat maupun tugas-tugas rendahan tanpa melewatkan satu saat pun persatuan dengan Tuhan. Belas kasih, kerendahan hati dan ketaatannya sungguh luar biasa.

Santo Martin de Porres dibeatifikasi pada tahun 1873 dan dikanonisasi pada bulan Mei 1962 oleh Paus Yohanes XXIII. Ia diangkat sebagai pelindung suci bagi para pejuang karya penghapusan diskriminasi rasial.
Pestanya dirayakan pada tanggal 3 November.

(Sumber: https://katakombe.org/para-kudus/november/martin-de-porres.html dan sumber lainnya).

Kamis, 31 Oktober 2019