Tampilkan postingan dengan label *Kemurnian*. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label *Kemurnian*. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 November 2018

06.14 -

Kemurnian dan homoseksualitas



Homoseksualitas adalah hubungan antara para pria atau wanita, yang merasa diri tertarik dalam hubungan seksual, semata-mata atau terutama, kepada orang sejenis kelamin

Homoseksualitas muncul dalam berbagai waktu dan kebudayaan dalam bentuk yang sangat bervariasi. Asal-usul psikisnya masih belum jelas sama sekali. 

Berdasarkan Kitab Suci yang melukiskannya sebagai penyelewengan besar (Bdk Kej 19:1-29; Rm 1:24-27; 1 Kor 6:10; 1 Tim 1:10), tradisi Gereja selalu menjelaskan, bahwa "perbuatan homoseksual itu tidak baik" (CDF, Perny. "Persona humana" 8). 

Perbuatan itu melawan hukum kodrat, karena kelanjutan kehidupan tidak mungkin terjadi waktu persetubuhan. Perbuatan itu tidak berasal dari satu kebutuhan benar untuk saling melengkapi secara afektif dan seksual. Bagaimanapun perbuatan itu tidak dapat dibenarkan (KGK 2357) .

Tidak sedikit pria dan wanita mempunyai kecenderungan homoseksual. Mereka sendiri tidak memilih kecenderungan ini; untuk kebanyakan dari mereka homoseksualitas itu merupakan satu percobaan. Mereka harus dilayani dengan hormat, dengan kasih sayang dan dengan biiaksana. Orang jangan memojokkan mereka dengan salah satu cara yang tidak adil. 

Juga mereka ini dipanggil, supaya memenuhi kehendak Allah dalam kehidupannya dan, kalau mereka itu orang Kristen, supaya mereka mempersatukan kesulitan-kesulitan yang dapat tumbuh dari kecenderungan mereka, dengan kurban salib Tuhan (KGK 2358).

Manusia homoseksual dipanggil untuk hidup murni. Melalui kebajikan pengendalian diri, yang mendidik menuju kemerdekaan batin, mereka dapat dan harus - mungkin juga dengan bantuan persahabatan tanpa pamrih - mendekatkan diri melalui doa dan rahmat sakramental setapak demi setapak, tetapi pasti, menuju kesempurnaan Kristen (KGK 2359).

(Sumber: KGK 2357-2359).

Sabtu, 03 November 2018

03.00 -

Kebajikan kemurnian



Kebajikan kemurnian berada di bawah pengaruh kebajikan pokok penguasaan diri, supaya meresapi hawa nafsu dan keinginan inderawi manusia dengan akal budi. 

Memperoleh pengendalian diri adalah satu tugas yang membutuhkan waktu. Kita tidak boleh berpendapat bahwa kita telah memperolehnya untuk selama-lamanya. Kita harus selalu berusaha terus-menerus dalam segala situasi kehidupan (Bdk. Tit 2:1-6). Dalam bagian kehidupan tertentu, di mana kepribadian dibentuk, ia menuntut satu usaha khusus, misalnya dalam masa kanak-kanak dan dalam masa muda. 

Kemurnian mengikuti hukum pertumbuhan: ia melewati beberapa tahap, di mana ia masih tidak sempurna dan mudah untuk berdosa. Manusia yang berkebajikan dan murni adalah "suatu makhluk dalam sejarah, yang dari hari ke hari membentuk diri melalui sekian banyak keputusannya yang bebas; karena itu ia mengenal, mencintai dan melaksanakan kebaikan moral juga secara bertahap" (FC 34). 

Kemurnian adalah satu tugas pribadi; tetapi ia menuntut juga satu usaha kultural, karena "pertumbuhan pribadi manusia dan perkembangan masyarakat sendiri saling tergantung" (GS 25,1). Kemurnian mengandaikan penghormatan kepada hak-hak manusia, terutama sekali hak atas pembinaan dan pendidikan, yang memperhatikan dimensi susila dan rohani kehidupan manusia. 

Kemurnian adalah satu kebajikan susila. Ia juga merupakan anugerah Allah, satu rahmat, satu buah roh (Bdk. Gal 5:22). Roh Kudus yang menganugerahkan kekuatan untuk mengikuti kemurnian Kristus (Bdk. 1 Yoh 3:3). kepada mereka yang dilahirkan kembali dalam air Pembaptisan. 

Kasih adalah bentuk semua kebajikan. Di bawah pengaruhnya, kemurnian tampak sebagai latihan penyerahan diri. Pengendalian diri diarahkan kepada penyerahan diri. Kemurnian menjadikan orang yang hidup sesuai dengannya, seorang saksi bagi sesamanya tentang kesetiaan dan kasih Allah yang lemah lembut. 

Kebajikan kemurnian berkembang di dalam persahabatan. Ia membuat murid Kristus mengetahui, bagaimana ia dapat mengikuti Yesus dan dapat menjadi serupa dengan-Nya. Yesus telah memilih kita menjadi sahabat-sahabat-Nya (Bdk. Yoh 15:15), telah menyerahkan Diri seutuhnya untuk kita dan membuat kita mengambil bagian dalam ke-Allah-an-Nya. Kemurnian menjanjikan keabadian

Kemurnian menyatakan diri terutama dalam persahabatan dengan sesama. Persahabatan antara manusia yang sama atau berbeda jenis kelamin adalah sesuatu yang sangat bernilai bagi semua orang. Ia mengantar menuju persekutuan dalam roh

Tiap orang yang telah dibaptis dipanggil untuk hidup murni. Seorang Kristen "telah mengenakan Kristus [sebagai busana]" (Gal 3:27). Dia adalah contoh setiap kemurnian. Semua orang yang percaya kepada Kristus dipanggil untuk hidup secara murni sesuai dengan status kehidupan masing-masing. Waktu Pembaptisan seorang Kristen telah mewajibkan diri, supaya murni dalam kehidupan cita rasanya. 

Kemurnian "harus menghiasi manusia dalam aneka ragam status kehidupan: yang satu dalam status keperawanan atau dalam hidup wadat yang ditahbiskan kepada Allah, satu cara yang menonjol, supaya dapat menyerahkan diri hanya kepada Allah dengan hati yang tidak terbagi; yang lain, dengan cara yang ditentukan oleh hukum kesusilaan bagi semua orang, apakah mereka itu telah menikah atau belum menikah" (CDF, Perny. "Persona humana" 11). Mereka yang telah menikah dipanggil supaya hidup murni sebagai suami isteri; yang lain hidup murni, kalau mereka berpantang. 

"Ada tiga bentuk kebajikan kemurnian: yang satu adalah untuk mereka yang telah menikah, yang lain untuk mereka yang telah janda, yang ketiga untuk mereka yang hidup dalam keperawanan. Kita tidak memuji yang satu dengan mengecualikan yang lain. Hal ini merupakan kekayaan disiplin Gereja" (Ambrosias, vid. 23). 

(Sumber: Warta KPI TL No. 162/X/2018 » Katekismus Gereja Katolik No. 2341-2349). 

Minggu, 29 Januari 2017

20.37 -

Pornografi dan pornoaksi

Kehangatan dan aktualitas persoalan “Pornografi dan Pornoaksi” dimunculkan di negara kita karena adanya perkembangan teknologi yang canggih, baik itu dalam bidang komputer maupun handphone. Seiring dengan perkembangan yang pesat di bidang teknologi, bidang internet pun mengalami perkembangan yang pesat. 

Melalui internet inilah banyak orang tergoda untuk mengakses situs-situs porno yang dapat mengganggu dan membangkitkan hawa nafsu seksual manusia. 

Dengan melihat besarnya pengaruh fatal dari hal-hal yang berbau pornografi ini, khususnya bagi kaum muda maka kita perlu mengetahui bagaimana pandangan iman kristiani kita.

Pornografi adalah penyajian seks secara terisolir dalam tulisan, gambar, foto, film, pertunjukan atau pementasan dengan tujuan komersil. Mereka yang ingin menonton seksual ini harus mengeluarkan sejumlah uang.

Ciri-ciri pornografi:

1. Pornografi itu adalah perbuatan seks yang dilakukan demi seks itu sendiri, artinya: pementasan/pertunjukan hal-hal seksual itu terlepas dari nilai-nilai personal manusiawi seperti cintakasih dan kemesraan. 

Tandanya yakni pemusatan perhatian pada tubuh melulu, terutama pada penggunaan alat kelamin terlepas dari arti personal dan sosial seksualitas. 

Biasanya manusia hanya dipakai sebagai sarana dan obyek pemuas penonton atau dijadikan alat hiburan. Terutama dalam hal ini kaum hawa yang selalu dilukiskan sebagai kenikmatan yang tersedia.

2. Adanya rangsangan nafsu birahi dari penonton. Hal ini dilakukan secara ofensif dan agresif, artinya: bahwa birahi si penonton itu diserang sedemikian rupa oleh rangsangan-rangsangan dari perbuatan-perbuatan porno yang dilakukan dengan sengaja.

3. Adanya peningkatan daya rangsangan secara otomatis secara tidak terbatas. Karena para pelaku pornografi ini dapat menggunakan segala cara bahkan sampai menjurus ke hal-hal yang bersifat brutal yang dapat disebut sebagai teror jiwa.

4. Adanya usaha untuk membawa penonton memasuki dunia khayal, artinya, para pembuat pornografi tidak hanya bermaksud merangsang penonton, melainkan juga membawa penonton pada dunia khayalan tentang kenikmatan yang tidak terbatas.

Akibat-akibat pornografi:

1. Pornografi dapat mempengaruhi kesadaran umum masyarakat karena pornografi mengandung suatu gagasan/amanat tertentu tentang seksualitas yang bertentangan dengan iman kristiani. 

Misalnya: karena berbagai pola hubungan seksual yang ditunjukkan oleh pornografi, orang dapat diyakinkan bahwa pola kelakuan seksual tertentu adalah normal. Bahkan mereka dapat menganggap bahwa hal itu lazim dilakukan dan juga sesuai dengan norma moral. Misalnya: hubungan seks antara sesama homo/lesbian, hubungan seks antara manusia dan hewan.

2. Terjadinya penghancuran gagasan cintakasih dan kemesraan/keintiman dalam hubungan cinta kasih karena munculnya brutalisme (memadukan antara seks dan kekerasan) demi untuk mencari kenikmatan seksual.

3. Akibat berantai dari brutalisme adalah menumpulkan perasaan manusia terhadap penderitaan pribadi manusia yang lain.

4. Pornografi menimbulkan frustasi bagi orang yang menjadi mangsa dunia khayal dari kenikmatan yang tiada habis-habisnya. 

Orang dapat mengkhayalkan kenikmatan yang luar biasa, padahal dalam kenyataannya kehidupan seksual mereka sendiri hanya biasa-biasa saja, tidak mungkin bisa mencapai taraf seperti yang digambarkan dalam pornografi.

5. Pornografi dengan pertunjukkan seksual dan erotik itu berusaha untuk merangsang penonton secara paksa, sehingga dia didesak untuk mengidentifikasikan dirinya dengan apa yang dipamerkan dalam pornografi. 

Karena didesak terus-menerus secara paksa maka ada bahaya bahwa si penonton itu akan menyalurkan desakan erotis itu ke jalan yang menyimpang. 

6. Pornografi dapat mengganggu perkembangan seksual anak-anak dan remaja atau kaum muda, perkembangan seksualitas mereka tidak mengarah kepada seksualitas yang komunikatif dan kristiani atau didasari cinta kasih antara pria dan wanita.

Allah menciptakan manusia untuk memuliakan-Nya semenjak di dunia ini. Allah menghendaki agar tubuh manusia itu suci. Maka perlu dijaga dan dirawat agar tetap dalam keadaan suci dan sehat.

Keadaan dunia dewasa ini sungguh mengerikan karena hampir sebagian besar manusia di bumi ini tidak menghormati tubuh orang lain dan tubuhnya sendiri

Untuk itu manusia perlu disadarkan akan adanya realitas ini. Manusia harus peka terhadap gejala zaman yang menghancurkan masa depan kaum muda. Maka diperlukan adanya pertobatan universal bagi manusia. 

Jadi, persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah.

Gereja selalu tegas dalam ajaran iman dan tetap berpegang pada prinsip moral yang sehat serta mengajak kaum beriman untuk menghayati dan membangun kehidupan moral Kristiani yang sehat.

Tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan (1 Kor 6:13)

(Sumber: Warta KPI TL No.106/II/2013 » Pornografi & Pornoaksi, HDR Maret-April 2006 Tahun X).