Jumat, 03 Januari 2020

04.25 -

Mrk 15:1-39

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Minggu, 25 Maret 2018: Hari Minggu Palma, Mengenang Sengsara Yesus - Tahun B/II (Merah)
Bacaan Perarakan: Mrk 11:1-10 atau Yoh 12:12-16; Yes 59:4-7; Mzm 22:8-9, 17-18a, 19-29, 23-24; Flp 2:6-11; Mrk 14:1 - 15:47 (Mrk 15:1-39)


Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus.

Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia.

Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!" Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran.

Telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu menurut permintaan orang banyak. Dan pada waktu itu adalah seorang yang bernama (2) Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa orang pemberontak lainnya. Mereka telah melakukan pembunuhan dalam pemberontakan.

Maka datanglah orang banyak dan meminta supaya sekarang kebiasaan itu diikuti juga. Pilatus menjawab mereka dan bertanya: "Apakah kamu menghendaki supaya kubebaskan raja orang Yahudi ini?" Ia memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena (3B) dengki.

Tetapi imam-imam kepala (3A) menghasut orang banyak untuk meminta supaya Barabaslah yang dibebaskannya bagi mereka. Pilatus sekali lagi menjawab dan bertanya kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan orang yang kamu sebut raja orang Yahudi ini?" Maka mereka berteriak lagi, katanya: "Salibkanlah Dia!"

Lalu Pilatus berkata kepada mereka: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Salibkanlah Dia!" Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.

Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh pasukan berkumpul. Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.

Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya.

Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian Yesus dibawa ke luar untuk disalibkan.

Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus.

Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya.

Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing.

Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan. Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: "Raja orang Yahudi". Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya.

Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!"

Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat (3C) mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.

Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Lihat, Ia memanggil Elia." Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia."

Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: (1) "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"

Sekalipun kepala pasukan bukanlah seorang beriman tapi ketika ia mengamati gerak-gerik Yesus, hati dan intuisinya yang jernih sebagai manusia membuatnya mampu menemukan kehadiran Allah dalam diri Yesus. Pengakuannya: "(1)."


Renungan


1. Berkat kejernihan hati

Sebuah pengakuan yang sangat menggetarkan dan istimewa; istimewa karena keluar dari mulut seorang yang tidak mengenal Allah. Kematian Kristus telah mengantarnya pada iman akan Allah. Ini hanya mungkin terjadi berkat kejernihan hati.

Hal yang sebaliknya terjadi pada (3ABC) para imam kepala, ahli Taurat dan orang Farisi. Iri dan dengki telah membutakan hati mereka sehingga kebaikan apa pun yang telah dilakukan oleh Yesus sama sekali tidak menyentuh hati mereka. Jadi, hati mereka telah dikuasai oleh penyakit batin ini, yang membuat mereka tidak mampu melihat kehadiran Allah dalam diri Yesus.

Dengan meminta pembebasan Barabas yang adalah seorang penjahat (2), secara alam bawah sadar mereka mengakui bahwa mereka adalah satu golongan dengan Barabas.

Untuk itu, marilah kita membersihkan hati kita dari segala penyakit iri dan dengki sehingga misteri kematian Yesus boleh mengantar kita untuk melihat kehadiran Allah dalam setiap peristiwa dalam diri sesama.