Sabtu, 28 Desember 2019

Keb 2:23 - 3:9

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Selasa, 12 November 2019: Peringatan St. Yosafat, Uskup dan Martir - Tahun C/I (Merah)
Bacaan: Keb 2:23 - 3:9; Mzm 34:2-3, 16-17, 18-19; Luk 17:7-10; RUybs


Sebab Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan dijadikan-Nya gambar kehakekat-Nya sendiri. Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu.

Tetapi (2A) jiwa orang benar ada di tangan Allah, dan siksaan tiada menimpa mereka. Menurut pandangan orang bodoh mereka mati nampaknya, dan pulang mereka dianggap malapetaka, dan kepergiannya dari kita dipandang sebagai kehancuran, namun mereka berada dalam ketenteraman. 

Kalaupun mereka disiksa menurut pandangan manusia, namun harapan mereka penuh kebakaan. (1) Setelah disiksa sebentar mereka menerima anugerah yang besar, sebab Allah hanya menguji mereka, lalu mendapati mereka layak bagi diri-Nya. 

Laksana emas dalam dapur api diperiksalah mereka oleh-Nya lalu diterima bagaikan korban bakaran. Maka pada waktu pembalasan mereka akan bercahaya, dan laksana bunga api berlari-larian di ladang jerami. Mereka akan mengadili para bangsa dan memerintah sekalian rakyat, dan Tuhan berkenan memerintah mereka selama-lamanya. 

(2B) Orang yang telah percaya pada Allah akan memahami kebenaran, dan yang setia dalam kasih akan tinggal pada-Nya. Sebab kasih setia dan belas kasihan menjadi bagian orang-orang pilihan-Nya.


Renungan


1. Setia: menerima anugerah yang besar

Jika segala sesuatu berjalan seturut jalan yang kita tempuh, artinya oke-oke saja, maka cukup mudahlah untuk menjadi setia kepada Allah. Akan tetapi, bagaimana reaksi kita ketika terjadi yang sebaliknya?

Kalau kita sadar bahwa hal yang kita hadapi itu jauh lebih besar daripada yang kita dapat tangani sendiri, maka kita dapat berdoa tidak seperti biasanya lagi. Kita dapat mulai melihat dan kemudian mengakui berbagai tantangan dan kesulitan sebagai kesempatan untuk percaya sepenuhnya kepada sabda Allah. 

(1) Kita dapat melihat “pencobaan-pencobaan” yang kita hadapi sebagai suatu cara Allah untuk sedikit mendisiplinkan kita. Dapatkah kita cukup percaya pada kebangkitan Kristus untuk memilih logika kasih Allah di atas segala logika dunia?

(2AB) Saat-saat penuh pencobaan, kesulitan dan kematian, kesetiaan selalu diuji. Jika kita setia kepada-Nya maka kita akan memperoleh ganjaran.