Jumat, 04 Oktober 2019

15.08 -

Yoh 20:1, 11-18

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Senin, 22 Juli 2019: Pesta St. Maria Magdalena - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Kid 3:1-4a atau 2 Kor 5:14-17; Mzm 63:2, 3-4, 5-6, 8-9; Yoh 20:1, 11-18


Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, (1) pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.

Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring.

Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: (2) "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." 

Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat (3A) Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" 

Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya."

(3B) Kata Yesus kepadanya: "Maria!" (3C) Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."

Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.


Renungan


1. Tuhan selalu menyertai kita

(1) Maria Magdalena hendak menunjukkan perhatian, kasihnya kepada Yesus. (2) Akan tetapi betapa sedih hatinya ketika mengetahui bahwa jenazah Yesus sudah tidak ada.

(3ABC) Sapaan Yesus yang bersifat pribadi akhirnya mampu menyadarkannya bahwa Yesuslah yang berbicara dengannya.

Pengalaman kehilangan, ditinggalkan orang yang kita sayangi tentulah membawa rasa sedih, hampa, kekosongan yang mendalam. Kita kerap larut dalam perasaan tersebut dan tidak dapat berpikir dengan jernih. Hal itu bisa berlangsung begitu lama, bahkan tidak jarang, kita kehilangan arah dalam menjalani hidup. Tidak mudah untuk segera bangkit dan pulih dari pengalaman pahit itu.

Namun ingatlah bahwa Tuhan selalu beserta kita, Dia tidak pernah membiarkan kita tetap berada dalam kondisi demikian. Allah menyapa kita melalui suara dalam hati kita dan malaikat-malaikat yang tidak bersayap, yaitu melalui perhatian dari keluarga dan kehadiran teman-teman. Dengan demikian kita kembali merasakan sukacita bersama-Nya.