Selasa, 01 Oktober 2019

1 Tim 1:12-17

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Minggu, 15 September 2019: Hari Minggu Biasa XXIV - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kel 32:7-11, 13-14; Mzm 51:3-4, 12-13, 17, 19; 1 Tim 1:12-17; Luk 15:1-32


Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku - (*) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. 

Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.


Renungan


1. Belas kasih Allah sangat besar

(*) Paulus adalah seorang yang fanatik yang hendak menghabisi para murid Yesus. Ia menyetujui hukuman mati atas Stefanus (Kis 8:1) dan meminta surat kuasa dari imam agung untuk menangkap orang-oeang Kristiani di Damayik (Kis 9:1-2). Mengapa Paulus dipilih Tuhan untuk menjadi bagian dari rencana keselamatan-Nya?

Untuk memahami sikap Tuhan, perbandingan kita adalah diri Yesus Kristus. Perumpamaan tentang domba yang hilang, dirham yang hilang dan anak yang hilang, memberi gambaran sikap Tuhan terhadap orang berdosa. Yang ditekankan Tuhan bukanlah dirham, domba dan anak yang hilang, tetapi sukacita yang bertumbuh ketika domba, dirham atau anak itu ditemukan kembali.

Dengan kata lain, berdosa itu sesuatu yang wajar dan manusiawi, dapat terjadi pada diri siapapun. Jika hanya dosa yang diperhatikan, nilai sukacita karena belas kasih Tuhan justru hilang. Belas kasih inilah yang menaungi Paulus, serta semua orang berdosa yang mau bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Untuk itulah Yesus mengorbankan diri di salib.

Kita semua pernah melakukan dosa. Kita diundang untuk mengadari bahwa belas kasih Allah sangat besar, yang penting kita mau bertobat dari dosa, membaharui diri dan hidup menurut cara baru sesuai dengan kehendak Tuhan.

Proses pertobatan dan pembaharuan diri inilah yang seringkali sulit untuk kita wujudkan. Kita tidak cukup rendah hati, tidak cukup sabar, dan tidak cukup menghargai belas kasih Tuhan. Marilah kita berpaling kepada-Nya dan menimba rahmat keselamatan dari hariban-Nya.