Selasa, 01 Oktober 2019

18.33 -

Flp 2:6-11

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Sabtu, 14 September 2019: Pesta Salib Suci - Tahun C/I (Merah)
Bacaan: Bil 21:4-9; Mzm 78:1-2, 34-35, 36-37, 38; Flp 2:6-11; Yoh 3:13-17


Walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan (*) taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! 


Renungan


1. Ketaatan mendatangkan kemuliaan

(*) Mengapa Yesus Mau melakukan itu semua? karena Yesus mentaati perintah Allah. Mengapa Yesus mau taat? Karena Dia mengasihi Bapa.

Salib pada masa purba, berbicara mengenai sebuah alat eksekusi yang hina dan keji, karena sebelumnya terhukum yang memikul salib harus diarak keliling kota untuk dipermalukan, kemudian setelah itu di atas salib, sang terhukum digantung untuk merasakan siksaan selama berhari-hari sampai mengalami kematian.Tidak ada kematian yang lebih mengerikan daripada kematian melalui penyaliban. “Terkutuklah orang yang digantung di atas kayu salib” (Gal 3:13).

Lalu mengapa salib dipilih sebagai simbol kekristenan? Karena salib adalah inti dari kehidupan Tuhan Yesus. 

Ketika Yesus memilih jalan KETAATAN kepada kehendak Bapa, ketika Dia mau merendahkan diri turun ke bawah, maka pada saat yang sama sebetulnya Dia sedang DIANGKAT NAIK oleh Bapa sampai ke atas. Prinsipnya: Ketaatan mendatangkan kemuliaan. Salib mendatangkan kemuliaan.