Jumat, 05 Juli 2019

19.05 -

Yoh 3:14-21

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Minggu, 11 Maret 2018: Hari Minggu Pekan IV Prapaskah - Tahun B/II (Ungu)
Bacaan: 2 Taw 36:14-16, 19-23; Mzm 137:1-2, 3, 4-5, 6; Ef 2:4-10; Yoh 3:14-21


(*) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.

Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.

Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."


Renungan


1. Kasih Allah nyata

(*) Sadarkah kita bahwa kita dikasihi oleh Allah? Kita tak perlu mencari hal yang menghebohkan; yang istimewa, hanya untuk mencari kasih Allah yang dapat kita alami.

Kasih Allah itu nyata melalui kehadiran Kristus sebagai manusia di dunia ini. Ia hadir sebagai terang yang menuntun kita kepada "sukacita" bersama Allah Bapa. Kasih Allah itu kita alami setiap hari dalam peristiwa-peristiwa sederhana. Kasih-Nya tetap sama, baik kemarin maupun hari ini sampai selama-lamanya (Ibr 13:8).

Kita diberi kebebasan penuh untuk mencintai Allah. Namun terkadang dosa yang menarik hati kita kepada sebuah kegelapan. Terang yang diberikan oleh Yesus kita tolak.

Sesungguhnya kita dimampukan oleh Allah untuk lepas dari kuasa kegelapan, atas bimbingan Roh Kudus. Oleh karena itu jangan sekali-kali bermegah dengan yang kita miliki, karena itu semua adalah sebuah pemberian dari Alllah (Ef 2:8).

Allah menghendaki supaya kita melakukan pemulihan dengan wujud pemberian diri bagi sesama. “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya” (Mzm.50:23).

Pemberian diri dapat diwujudnyatakan melalui pelaksanaan tugas yang kita emban sehari-hari dengan penuh semangat, dan mengucap terimakasih kepada sesama yang berbuat baik kepada kita. Selain itu, kita dapat menolong sesama yang kita jumpai sehari-hari.

Marilah kita membalas kasih murni yang Allah beri melalui pemberian diri kita bagi sesama. Kita berbuat kasih kepada sesama, sebagai ungkapan kasih kita kepada Allah.