Jumat, 05 Juli 2019

18.53 -

Mat 9:14-17

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Sabtu, 6 Juli 2019: Hari Biasa XIII - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kej 27:1-5, 15-29; Mzm 135:1-2, 3-4, 5-6; Mat 9:14-17


Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: (*) "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?"

Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa..."


Renungan


1. Firman Tuhan - ukuran kesempurnaan hidup kita

(*) Yesus tidak setuju dengan pertanyaan ini. Dengan bertanya demikian, mereka telah jatuh dalam prinsip mengukur diri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.

Akhirnya Yesus menjelaskan bahwa, Ia adalah tolak ukur moral hidup para murid-Nya. Bukan puasa yang menjadi barometer kesucian para murid-Nya, melainkan kerelaan para murid untuk hidup menurut perintah-perintah-Nya. Itulah yang menjadi ukuran bagi mutu hidup para murid-Nya.

Kita sering, tanpa pikir panjang menjadikan hidup orang lain sebagai ukuran bagi kesempurnaan hidup kita. Ini jelas salah. Yang harus menjadi ukuran kesempurnaan hidup kita adalah firman Tuhan. Di dalam firman Tuhan terkandung kebenaran yang menuntun hidup kita menuju keselamatan dan kebahagiaan hidup.

Jadi, firman Tuhan adalah pelita bagi langkah kita. Kalau firman Tuhan menjadi pelita yang bercahaya, maka kita tentu tidak akan tersandung dan jatuh dalam ziarah hidup yang penuh dengan banyak tantangan dan persoalan.