04.09 -
SP Yohanes
Yoh 19:31-37
Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Jumat, 8 Juni 2018: Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Hos 11:1, 3-4, 8c-9; MT Yes 11:2-3, 4bcd, 5-6; Ef 3:8-12, 14-19; Yoh 19:31-37
Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib sebab Sabat itu adalah hari yang besar maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.
Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara (1) prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.
Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." Dan ada pula nas yang mengatakan: (2) "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."
Renungan
1. Peristiwa salib - pengalaman kasih
(1) Peristiwa ini hendak menunjukkan bahwa pengalaman salib Yesus adalah pengalaman kasih. Ia mengurbankan seluruh Diri-Nya untuk manusia. Tak hanya itu, makna dari mengalirnya darah dan air ialah mengalirnya kerahiman dari dalam hati-Nya. Inilah kasih yang sempurna.
(2) Memandang Kristus berarti memandang Sang Kasih. Dengan memandang-Nya, kita diselamatkan. Artinya, kasih-Nya mengalir dalam seluruh hidup kita. Saat itu, kita belajar menjadi penyalur kasih bagi sesama.
Ada banyak ajaran yang diberikan Yesus kepada kita. Namun semua ajaran tersebut dirangkum dalam satu kata, yaitu kasih. Kasih itu adalah Diri-Nya sendiri. Sang Kasih yang tergantung di atas Salib.
Dari puncak Golgota dan Salib, Yesus hendak mengajarkan kepada kita arti kasih yang sesungguhnya. Yesus hendak mengatakan bahwa jika kita mencintai, mencintailah dengan segenap hati, dengan seluruh totalitas diri kita.
Marilah kita memandang Salib dengan iman, karena yang tersalib ialah Sang Kasih. Dengan memandang-Nya, kita belajar mencintai seperti Dia mencintai.