Selasa, 02 Juli 2019

Tujuan penderitaan - untuk mendatangkan kebaikan bagi kita



Penderitaan merobek jiwa (Ams 27:9). Ketika kita mengalami penderitaan, ada beraneka ragam pertanyaan dalam pikiran: “Mengapa sejak menjadi orang Kristen, hidupku justru lebih sering mengalami penderitaan? Jika Allah mengasihi aku, mengapa Dia membiarkan semua ini terjadi? Apakah Allah tidak peduli padaku?” 

Marilah kita belajar dari Ibr 12:4-11

(B1) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah. Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena (B2) Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." 

Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, (B5) jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. 

Selanjutnya: (A) dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada (B) Bapa segala roh, (1) supaya kita boleh hidup? Sebab mereka (A1) mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi (B4) Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, (2) supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya

Memang (B3) tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian (3) ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. 

» (A, A1) Adakalanya orangtua harus bertindak tegas, dan kalau perlu mendidik anaknya bila mereka mulai memberontak atau keluar jalur. Orangtua yang mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya (Ams 13:24) agar ia memiliki karakter yang baik seperti yang mereka harapkan. Tongkat didikan akan mengusir kebodohan dan menyelamatkan nyawanya (Ams 22:15; 23:13-14). 

(B, B1-5) Begitu pula dalam kehidupan rohani, apabila melakukan kesalahan atau dosa, sebagai anak-anak-Nya yang dikasihi-Nya, kita pun harus mau ditegor dan dihajar (Why 3:19). 

Sebelum kita menerima katekese, kita menjadi lemah dan putus asa ketika menghadapi penderitaan. Namun, setelah kita menerima katekese, diterangi oleh Roh (KGK 1216) maka kita tahu bahwa “perjalanan iman seorang Kristiani diawali lewat penerimaan Sakramen Baptis. Melalui Sakramen ini, menyanggupkan kita hidup dan bekerja di bawah dorongan Roh Kudus; menyanggupkan kita percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan mencintai-Nya (mempunyai kebajikan ilahi: iman, harapan dan kasih – 1 Kor 13:13) (KGK 1266). Jadi, pembaptisan memberikan kehidupan rahmat Kristus (KGK 405). 

St. Yohanes Salib menerangkan jika Allah menerangi kita dengan Terang-Nya seperti ruangan tanpa lampu yang menyala tetap dalam keadaan gelap dan mengira ruangan tersebut “bersih” tetapi setelah lampu dinyalakan maka kelihatan seluruh keadaan ruangan dengan kotoran-kotorannya, debu-debu dan sebagainya. Jika Allah mencurahkan rahmat-Nya ke dalam hati kita melalui pengalaman kasih Allah itu sekaligus menunjukkan kedosaan kita, itulah sebabnya pengalaman Allah dalam Pencurahan Roh Kudus membawa orang kepada pertobatan. Dari satu pihak melalui pengalaman kasih itu disadarkan akan dosa-dosa yang besar dan banyak sehingga bertobat dan mengalami kasih Allah yang melampaui segala pengertiannya

Jika kita berjalan dengan Yesus, terang dunia (Yoh 8:12), maka kita akan merasa mual melihat diri kita sendiri, karena kelakuan jahat dan perbuatan-perbuatan tidak baik kita (Yeh 36:31). 

Pertobatan mendorong pendosa untuk menerima segala sesuatu dengan rela hati: di dalam hatinya ada penyesalan, di mulutnya ada pengakuan, di dalam tindakannya ada kerendahan hati yang mendalam atau penitensi yang menghasilkan buah" (Catech. R. 2,5,21) (Bdk. Konsili Trente: DS 1673) (KGK 1450). 

Sesudah kita menerima terang, kita banyak menderita. Kita dapat bertahan dalam perjuangan yang berat karena kita tahu bahwa kita memiliki harta yang indah, harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya, yaitu Roh Kudus yang diam di dalam kita. Oleh karena Roh Kudus, kita bisa menerima penderitaan dengan sukacita (Ibr 10:32, 34; 2 Tim 1:14; Rm 14:17). 

Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan. Oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! "Tuhan adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya (Rat 3:21-26). 

Jadi, Penderitaan adalah rahmat yang besar. Melalui penderitaan jiwa menyatukan diri dengan Penyelamat. Dalam penderitaan cinta mengkristal. Makin besar penderitaan, cinta semakin bersih. Dan jiwa yang disucikan oleh kesulitan menjadi rendah hati (Santa Faustina). 

Tuhan akan mendidik kita sedemikian rupa agar kita dapat tetap berada di dalam rencana-Nya. Dia akan terus-menerus mendisiplinkan kita bukan hanya berdasarkan apa yang Dia pandang baik, melainkan juga apa yang mendatangkan kebaikan bagi kita (Rm 8:28). 

Apa saja kebaikan yang Tuhan pikirkan pada saat Dia mendidik kita

(1) Hidup » mempunyai kualitas kehidupan kekal (Yoh 17:3 » mengenal Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang diutus-Nya) sehingga kita dapat memikirkan perkara yang di atas, dan mengumpulkan harta di sorga (Kol 3:2; Mat 6:20). 

(2Beroleh bagian kekudusan-Nya » Tujuan Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya (Yes 43:7; Rm 11:36). Ketika kita telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, bersama Roh Kudus, kita dimampukan untuk melakukan segala sesuatu demi kemuliaan-Nya (1 Kor 10:31; Kol 3:17, 23) sehingga kehidupan kita dapat menggenapi rencana-Nya, yaitu kehidupan kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya (Kol 3:9-10; 2 Kor 3:18).

(3) Menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai » Firman itu adalah Allah (Yoh 1:1); Allah dan segala firman-Nya adalah kebenaran (2 Sam 7:28; Yoh 17:17). Damai sejahtera yang diberikan-Nya tidak seperti yang diberikan oleh dunia (Yoh 14:27). Ketika kita menjadi pelaku firman, kebenaran itu akan memelihara hati dan pikiran kita sehingga akan tumbuh damai sejahtera-Nya yang melampaui segala akal (Yak 1:22; Flp 4:7; Yes 32:17). 

Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia (Yak 1:12). Jadi, janganlah kita melepas kepercayaan kita, supaya sesudah kita melakukan kehendak Allah, kita memperoleh apa yang dijanjikan itu (Ibr 10:35-36).