Minggu, 30 Juni 2019

2 Kor 6:1-10

Sarapan Pagi 
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Senin, 17 Juni 2019: Hari Biasa XI - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 2 Kor 6:1-10, Mzm 98:1, 2-3ab, 3cd-4; Mat 5:38-42


Sebagai teman-teman sekerja, kami (1B) menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.

Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu. 

Dalam hal apa pun kami tidak memberi sebab (1C) orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah (1A) pelayan Allah, yaitu: 

(2) dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; 

(3) dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.


Renungan


1. Menghidupi anugerah Allah

(1ABC) Sebagai pelayan Tuhan, Paulus telah menghidupi anugerah Allah. Ia berusaha keras menjaga diri agar tidak menjadi penyebab orang lain tersandung, ia menjaga diri agar pelayanan yang sudah dirintisnya tidak dicela orang.

(2) Menunjukkan kualitas seorang pelayan yang rela menanggung risiko ketika melayani.

(3) Paulus tetap sama, ia menunjukkan integritas seorang pelayan di berbagai situasi dan kondisi. 

Paulus mengalami semua kepedihan secara manusiawi, namun hal itu tidak lantas membuat ia dan pelayanannya hancur, sebaliknya justru makin memantapkan Paulus untuk setia menjaga anugerah yang Allah sudah berikan.