Sabtu, 06 Juli 2019

06.15 -

Mrk 12:1-12

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Senin, 4 Juni 2018: Hari Biasa IX - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: 2 Ptr 1:1-7; Mzm 91:1-2, 14-15ab, 15c-16; Mrk 12:1-12


Lalu Yesus mulai berbicara kepada mereka dalam perumpamaan: "Adalah seorang membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka.

Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa. Kemudian ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan.

Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. Sekarang tinggal hanya satu orang anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani.

Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu.

Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain.

Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita."

Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia.


Renungan


1. Penggarap kebun anggur yang baik

Penggarap kebun anggur adalah tokoh agama dari kalangan Yahudi yakni imam kepala, ahli taurat, dan tua-tua; mewakili orang-orang beriman menyalah-gunakan pemberian kebebasan dan kepercayaan Allah untuk mengelola kebun anggur dan menghasilkan buah anggur yang manis. 

Kita selayaknya menjadi penggarap kebun anggur yang baik, hendaknya : 

1. Memberikan buah dari pelayanan dan perutusan kita namun seringkali kita mau memiliki semuanya dan tidak mau memyerahkan hasil yang merupakan bagian Allah. 

Contoh: seseorang terlibat dalam pelayanan dan dalam waktu sekian tahun pelayanannya berhasil menjangkau banyak orang dan buah pelayanannya terlihat dimana ada begitu banyak berkat dan karunia Allah terjadi sehingga namanya terkenal dan banyak orang mencari dirinya. 

Seharusnya dia membawa banyak orang kepada Yesus supaya mereka percaya dan menyerahkan hidup kepada Yesus dan ini adalah bagian dari hasil kebun anggur yang harus ia serahkan. 

2. Kita tidak boleh mencuri kemuliaan Allah demi kepentingan pribadi dan kita harus sadar bahwa kita ini hanya penggarap yang menyewa kebun anggur dan bukan pemilik kebun anggur. Artinya: apa yang ada pada kita saat ini adalah milik Allah dan ada bagian hasil yang harus kita serahkan kepada Allah. 

Contoh: saat kita memperoleh rejeki, itu berasal dari Allah yang memberkati jerih payah yang kita lakukan dan jangan pernah kita tidak mengakuinya dan mengatakan ini semua karena kemampuan saya dan bukan dari Allah. Sama saja kita seperti penggarap yang merasa semua hasil kebun anggur dari jerih payahnya padahal ada bagian Allah.

Berkat rejeki yang kita terima dari Allah, ada bagian yang harus dijadikan benih artinya tidak semuanya untuk dimakan (Bdk. 2 Kor 9:10). Apakah kita mau berbagi kepada orang lain sebagai bentuk bagian yang kita serahkan kepada Allah

Memang tak mudah menjadi penggarap kebun anggur Allah sebab dibutuhkan iman yang teguh dan kesetiaan kepada Allah sehingga kita tidak tergoda oleh dunia yang mau menarik kita untuk mencintai dunia. 

Hendaknya kita menghasilkan buah anggur yang manis dan tidak mencuri kemuliaan Allah yang berhak menerima penyembahan kita dan ketaatan kita kepada-Nya.