Minggu, 30 Juni 2019

2 Kor 11:18, 21b-30

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Jumat, 21 Juni 2019: PW St. Aloisius Gonzaga, Biarawan - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: 2 Kor 11:18, 21b-30; Mzm 34:2-3, 4-5, 6-7; Mat 6:19-23; RUybs.


Karena banyak orang yang bermegah secara duniawi, aku mau bermegah juga. Jika orang-orang lain berani membanggakan sesuatu, maka aku pun — aku berkata dalam kebodohan — berani juga!

(1) Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham!

Apakah mereka pelayan Kristus? — aku berkata seperti orang gila — aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; (3) lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. 

(4) Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. 

(5) Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. 

(6) Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. 

Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? (7) Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita? Jika aku harus bermegah, maka (2) aku akan bermegah atas kelemahanku.


Renungan


1. Bermegah karena kelemahan

Jemaat Korintus memiliki pandangan yang keliru bahkan terkesan sangsi akan kualitas kerasulan Paulus. Namun hal ini tidak terlalu dirisaukan oleh Paulus. Sebetulnya bisa saja Paulus membanggakan garis keturunannya, pengalaman pertobatan (Kis. 22:6-15), atau latar belakang teologisnya (1)

Paulus memaknai semua itu sebagai kelemahan yang membuat dirinya semakin dikuatkan dalam Kristus (2; 2 Kor 12:9-10 》aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku).

Kelemahan yang menjadi kemegahan rasul Paulus, yakni (3) penderitaan karena penggembalaan. (4) penganiayaan fisik (5) bahaya dalam perjalanan (6) kelelahan fisik, minimnya akomodasi (7) penderitaan dalam memberitakan Injil.

Dalam hal apakah kita memegahkan diri? Dalam hal seperti tampilan, gaya berpakaian, atau kefasihan bicara? Hendaknya kita bermegah dalam pengorbanan, penderitaan demi pelayanan Injil dan karena mengikuti teladan Kristus.