Sabtu, 06 Juli 2019

10.00 -

Mrk 11:27-33

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


 Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Sabtu, 2 Juni 2018: Hari Biasa VIII - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yud 17, 20b-25; Mzm 63:2, 3-4, 5-6; Mrk 11:27-33


Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: (1) "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?"

Jawab Yesus kepada mereka: (2) "Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!"

Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!" 

Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: (3) "Kami tidak tahu." Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."


Renungan


1. Hikmat Allah vs kelicikan manusia

(1) Berkali-kali para petinggi keagamaan Yahudi ingin menjebak dan menjatuhkan kewibawaan Yesus. Namun semuanya itu dapat dipatahkan oleh Yesus dengan hikmat Allah.

Sepertinya mereka ingin mencari informasi siapakah otak intelektual yang ada di belakang Yesus. Selain itu, mereka ingin Yesus terkena pasal penghujatan kepada Allah. Sebab sudah beberapa kali Yesus menyamakan diri-Nya dengan Allah.

(2) Umpan dari para agamawan Yahudi tidak mengenai sasaran. Bukannya menjawab, malahan Yesus mengajukan pertanyaan balasan kepada mereka. Di sini terlihat jelas bahwa Yesus memakai hikmat Allah sebagai dasar berpikir dan berbicara. Sedangkan para agamawan Yahudi hanya menggunakan akal bulus untuk kepentingan pribadi. 

Dengan hikmat Allah, pertanyaan balasan dari Yesus justru membuat mereka bungkam seribu bahasa. Karena mereka lebih takut kepada manusia daripada kebenaran Allah.

(3) Dengan jawaban ini mereka berpikir bahwa Yesus akan menerangkan kepada mereka. Ternyata Yesus sama sekali tidak mau menjawab. Dia sengaja melakukan hal itu karena kebenaran sejati tidak diperuntukan untuk mereka yang tidak tulus hati.

Kebenaran sejati tidak butuh kesepakatan manusia karena kebenaran itu milik Allah. Untuk itu, kita perlu berhati-hati dalam memakai kecerdasan kita untuk memahami kebenaran Allah dan bukan memanipulasinya demi kepentingan diri.