Selasa, 04 Juni 2019

06.03 -

Mat 5:38-42

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Senin, 18 Juni 2018: Hari Biasa XI - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: 1 Raj 21:1-16; Mzm 5:2-3, 5-6, 7; Mat 5:38-42


Kamu telah mendengar firman: (1) Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: (2) Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.


Renungan


1. Jangan membalas

(1) Hukum Taurat tentang keadilan (Kel 21:24, Im. 24:20, Ul 19:21). Pada prinsipnya, seseorang harus mendapat perlakuan setimpal dengan pelanggaran yang dia sudah lakukan.

(2) Membalas hanya akan melipatgandakan kejahatan. Menghukum mungkin bisa membereskan kejahatan, tetapi itu hanya solusi sementara. 

Janganlah kita sendiri menuntut pembalasan. Pembalasan itu adalah hak Tuhan, lakukanlah apa yang baik bagi semua orang (Rm 12:17-20). Mengampuni, bahkan mengasihi musuh kita, adalah kehendak Tuhan bagi kita. Karena hanya kasih-lah yang mampu mengobati luka hati kita dan mampu mengubah orang yang sudah mencelakai kita.

Ajaran Yesus untuk jangan membalas menantang kita untuk introspeksi diri dengan bertanya: hal apa yang sebenarnya paling berharga buat saya? Apakah kehormatan atau martabat kita, seperti ilustrasi tamparan pipi? Apakah hak kita, seperti ilustrasi baju? Apakah waktu dan usaha kita, seperti ilustrasi kerja paksa? Apakah harta dan uang kita, seperti ilustrasi memberi? Atau apakah yang paling berharga buat kita adalah Tuhan dan Kerajaan Allah? Perintah Yesus disini mustahil dilakukan, bahkan tidak akan dicoba, kalau kita masih mementingkan hal-hal lain diatas Tuhan.