Selasa, 04 Juni 2019

05.31 -

Mat 17:22-27

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Senin, 13 Agustus 2018: Hari Biasa XIX - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yeh 1:2-5, 24 – 2:1a; Mzm 148:1-2, 11-12ab, 12c-14a, 14bcd; Mat 17:22-27

Senin, 12 Agustus 2019: Hari Biasa XIX - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Ul 10:12-22; Mzm 147:12-13, 14-15, 19-20; Mat 17:22-27


Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" Jawabnya: "Memang membayar."

Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya.

Tetapi supaya (3) jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, (1) pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. (2) Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga."


Renungan


1. Hak dan kewajiban

(1) Membuktikan kepada kita bahwa Yesus adalah Allah yang mengerti segala sesuatu bahkan sebelum segala sesuatu terjadi.

(2) Yesus, sekalipun Dia adalah Anak Allah, menghormati apa yang diatur di dunia. Dia telah memperlihatkan bahwa “hak” dan “kewajiban” adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Orang yang punya “hak” maka konsekwensinya dia juga harus punya “kewajiban dan tanggung jawab”.

Marilah kita meneladan Yesus dengan memberi kesaksian yang baik bagi orang lain sebagai pintu masuk orang mengenal kerajaan Allah.


2. Jangan menjadi batu sandungan

(3) Sebagai orang Yahudi Yesus memberi teladan membayar pajak Bait Allah, sekalipun hal membayar bea Bait Allah tidak ada dalam Hukum Taurat. Peraturan itu adalah buatan para pemimpin agama Yahudi.

Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, maka kita tidak boleh menjadi batu sandungan bagi orang lain. Apa yang tampak di luar haruslah sama dengan yang ada dalam hati kita, apa yang kita ucapkan haruslah sama dengan apa yang kita lakukan (Mzm 26:2-3) agar kita sungguh layak menjadi Bait Allah, menjadi pelayan kasih-Nya bagi sesama.