23.47 -
SP Lukas
Luk 5:33-39
Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Jumat, 7 September 2018: Hari Biasa XXII - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: 1 Kor 4:1-5; Mzm 37:3-4, 5-6, 27-28, 39-40; Luk 5:33-39
Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum."
Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang (1) mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa."
Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu.
Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, (2) anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.
Renungan
1. Menerima “anggur yang baru”
Puasa adalah salah satu latihan rohani, sarana bagi kita untuk mempersiapkan hati yang murni bagi Tuhan, dengan caramengendalikan diri dari keinginan-keinginan tak teratur.
Injil Allah dalam Perjanjian Baru membawa sikap pilihan beragama yang baru pula. Seluruh isi Perjanjian Lama terangkum dalam hukum kasih (Mat 22:37-40), dan Allah itu adalah kasih (1 Yoh 4:8, 16). Kasih itu menjadi manusia dalam Yesus Kristus (Yoh 1:14). Yesus adalah gambar Allah (Kol 1:15), yang sekarang kasat mata dapat dilihat, dapat dijamah (1), walau sekarang itu tidak mungkin dijamah lagi secara fisik.
(2) Anggur yang baru sebagaimana diberikan oleh Yesus adalah ajaran yang baru. Banyak orang tidak suka minum anggur yang baru, karena rasanya kurang enak dibandingkan dengan anggur yang sudah lama. Demikian pula, banyak orang yang lebih menyukai hal-hal yang lama, karena sudah terbiasa, sudah enak, sehingga jika ada yang baru sangat mengacaukan keadaan.
Untuk dapat menerima ajaran Yesus perlu adanya keterbukaan hati. Jadi, untuk menerima “anggur yang baru” diperlukan rahmat serta kerjasama.