03.38 -
SP Lukas
Luk 11:29-32
Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Rabu, 21 Februari 2018: Hari Biasa Pekan I Prapaskah - Tahun B/II (Ungu)
Bacaan: Yun 3:1-10; Mzm 51:3-4, 12-13, 18-19; Luk 11:29-32
Senin, 15 Oktober 2018: PW St. Teresa dari Avila, Perawan dan Pujangga Gereja - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Gal 4:22-24, 26-27, 31 – 5:1; Mzm 113:1-2, 3-4, 5a, 6-7; Luk 11:29-32
Senin, 14 Oktober 2019: Hari Biasa XXVIII - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Rm 1:1-7; Mzm 98:1, 2-3ab, 3cd-4; Luk 11:29-32
Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: (2A) "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. (3) Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain (1) tanda nabi Yunus.
Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah (2B) Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!
Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"
Renungan
1. Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat
(1) Pada zaman nabi Yunus, orang-orang Niniwe bertingkah tidak baik. Maka Tuhan mengutus nabi Yunus untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang Niniwe, bahwa dalam waktu empat puluh hari jika Niniwe tidak bertobat maka Niniwe akan dihancurkan. Apa yang terjadi selanjutnya, Niniwe berpuasa dan akhirnya bertobat.
(2AB) Mereka telah berulangkali melihat tindakan Yesus mulai dari membuat mujizat sampai meyembuhkan orang yang sakit. Tapi sepertinya mereka belum percaya juga karena itu.
Tuhan Yesus ingin menjadikan dirinya tanda bagi dunia bahwa kerajaan Allah sudah datang. Namun Kita seringkali menjadikan diri kita orang yang kurang percaya. Kita cenderung menuntut tanda yang dapat ditangkap oleh indra.
Mari kita mengubah sikap kita mulai dengan hal-hal kecil. Kita dapat mulai sikap percaya kita dengan percaya pada Tuhan yakni dengan cara percaya bahwa Ia senantiasa hadir dalam orang-orang disekitar kita terutama yang membutuhkan.
2. Kesombongan rohani
Orang-orang Farisi dan ahli Taurat menuntut tanda-tanda dan mukjizat untuk memuaskan keingintahuan mereka. Mereka hanya ingin menyaksikan keajaiban dan mengaguminya semata; tanpa kemauan dan kesungguhan untuk mengakui, percaya, dan berserah kepada karya Ilahi.
Mereka tidak pernah membuka mata hati mereka sehingga mukjizat sebesar apapun tidak membuat mereka bertobat. Oleh karena itu, Yesus membandingkan mereka dengan penduduk Niniwe.
Mereka yang begitu jahat saja dapat dengan mudah mengakui kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah saat mendengarkan seruan Yunus; sedangkan orang-orang Farisi dan ahli Taurat ini tidak.
Mereka adalah orang-orang yang diperbudak oleh kesombongan rohani; merasa paling benar; merasa menjadi orang-orang pilihan dan merasa lebih suci dari orang lain.
Saat seorang manusia menempatkan dirinya lebih dari sesamanya, ia dikuasai oleh dosa kesombongan. Ia merasa bahwa dirinya tidak sama dengan orang lain: entah ia merasa lebih beruntung atau lebih baik. Ia harus bertobat, menyadari dan mengakui bahwa kerahiman Allahlah yang memungkinkan ia dapat menikmati semua kelebihan itu.
3. Janji-Nya, ya dan amin
(3, 2B) Kehadiran Yesus dianggap belum menjadi tanda keselamatan bagi orang-orang sezaman-Nya. Padahal, Yesus telah memproklamirkan Kerajaan Allah, Dia telah melakukan banyak tanda dan mujizat dengan cara menyembuhkan orang sakit, menghibur orang yang menderita bahkan membangkitkan orang mati.
Tanda paling mulia dan besar bagi manusia adalah peristiwa salib dan kebangkitan-Nya. Tidak ada tanda yang lebih besar selain itu. Sekarang ini, masih banyak orang yang tidak percaya kepada Yesus karena tidak mengalami kehadiran-Nya dalam seluruh peristiwa hidup sehari-hari.
Padahal, bagi kita orang beriman, kita percaya bahwa Yesus selalu menyertai sampai akhir zaman. Jangan takut! Janji itu bukanlah janji kosong, tetapi Yesus akan selalu memeluk dan menyertai kita dalam kehidupan kita setiap saat sampai akhir zaman.