00.24 -
SP Filipi
Flp 4:10-19
Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Sabtu, 10 November 2018: Pw St. Leo Agung, Paus, Pujangga - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Flp 4:10-19; Mzm 112:1-2, 5-6, 8a, 9; Luk 16:9-15
Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu.
Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab (2) aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (3) Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. (1) Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku. Kamu sendiri tahu juga, hai orang-orang Filipi; pada waktu aku baru mulai mengabarkan Injil, ketika aku berangkat dari Makedonia, tidak ada satu jemaat pun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang dengan aku selain dari pada kamu.
Karena di Tesalonika pun kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku. Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu.
Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.
Renungan
1. Lebih dari seorang pemenang
(1) Pernyataan Paulus ini sangat luar biasa, ia lebih dari seorang pemenang. Ia dapat melakukan segala perkara melalui kuasa Tuhan. Sebelum kita mengenal Tuhan, kita hidup dalam kekalahan, hidup tanpa kuasa.
Ciri orang yang bergantung pada Tuhan (2), mampu menerima situasi apa adanya. Manusia yang mencukupkan diri akan tahu bagaimana bergantung kepada Tuhan, tidak bergantung pada keadaan eksternal, sehingga di dalam hatinya akan tenang, stabil secara emosional.
Hati yang mencukupkan diri tidak muncul secara alami ketika kita lahir, tetapi harus dipelajari. Berlawanan dengan sifat alami manusia, yaitu: tamak.
(3) Tuhan menggunakan dua situasi yang berbeda ini untuk mengetahui respon kita (kemurnian hati kita). Jika kita dapat menggunakan sikap yang tepat dalam menghadapi kekurangan, maka itu akan membantu pertumbuhan kehidupan rohani kita. Jika kita tetap bergantung kepada Tuhan secara terus menerus pada saat kekurangan, hubungan kita dengan Tuhan akan semakin dalam.
Tuhan Yesus memberkati.