Sabtu, 27 April 2019

08.17 -

Yoh 13:1-15

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 18 April 2019: Kamis Putih - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Kel 12:1-8, 11-14; Mzm 116:12-13, 15-16bc, 17-18; 1 Kor 11:23-26; Yoh 13:1-15


Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang (1A) Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 

Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.

(3) Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.

Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan (1B) mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."

Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."

Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."

Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."

Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka (2) kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab (4) Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.


Renungan


1. Mengasihi sampai akhir

(1AB) Mengungkapkan kehendak Allah untuk menunjukkan cinta-Nya sampai sehabis-habisnya.

Ini ungkapan konkrit dari kasih yang tertinggi, kasih yang diberikan kepada orang-orang yang diketahui tidak pantas, kasih yang diberikan tanpa mengharapkan balasan.

Keteladanan yang tanpa syarat telah ditunjukkan Yesus. Ia melayani semua murid-Nya tanpa terkecuali, baik murid yang akan mengkhianati Dia maupun yang akan lari meninggalkan-Nya berjuang sendiri.

(2) Kita dipanggil untuk saling melayani satu sama lain, tanpa terpengaruh oleh sikap negatif orang yang kita layani. Itulah kasih sejati yang menghadirkan kembali kasih dan pelayanan Yesus kepada umat-Nya.


2. Kita wajib saling membasuh kaki

(1A, 3) Sebelum masuk sengsara-Nya, Yesus menunjukkan kasih-Nya kepada murid-Nya termasuk Yudas. Ia dianggap belum bersih, karena pada perjamuan kasih itu ia sedang merencanakan suatu penghianatan terhadap Guru dan Tuhannya.

Ada pertentangan sikap diantara dua pribadi yang hadir dalam ruang perjamuan cinta kasih itu, yaitu sikap pelayanan dari “Yang Mencintai’ (Yesus) dan sikap penghianatan dari “yang dicintai” (Yudas).

Meskipun Yesus tahu akan semuanya, tetapi Yesus tetap mencintai mereka dengan membasuh kaki mereka dan memberikan Tubuh dan darah-Nya. Kedua tindakan ini artinya sama yaitu wujud kehendak Allah untuk menunjukkan cinta-Nya sehabis-habisnya.

(4) Yesus memanggil kita untuk menyerahkan diri seutuhnya. Ia menghendaki agar cinta kita sama utuhnya, sama sempurnanya seperti cinta-Nya sendiri. Ia menghendaki agar kita membungkuk sampai ke tanah dan pergi ke tempat-tempat yang membutuhkan pembasuhan. Ia menghendaki agar kita saling mengatakan “Makanlah dari diriku dan minumlah dari diriku pula”.

Dengan saling memberikan diri sebagai makanan dan minuman ini, Ia menghendaki agar kita menjadi satu tubuh dan satu Roh yang dipersatukan oleh cinta Allah.