Minggu, 28 April 2019

18.07 -

Mat 1:16, 18-21, 24a

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Selasa, 19 Maret 2019: Hari Raya St. Yusuf, suami Maria - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: 2 Sam 7:4-5a, 12-14a, 16; Mzm 89:2-3, 4-5, 27, 29; Rm 4:13, 16-18, 22; Mat 1:16, 18-21, 24a atau Luk 2:41-51a


Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. 

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata (1A) ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.

Karena (3A) Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, (1B) ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, (2) malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." 

Sesudah bangun dari tidurnya, (3B) Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. 


Renungan


1. Peka terhadap tanda dan nasihat

(1AB) Yusuf mengalami kebimbangan dalam menghadapi kasus ini. 

(2) Karena Yusuf adalah pilihan Allah maka Allah membimbing dia. Allah memberikan mimpi kepada Yusuf sebagai tanda bahwa Allah sungguh menghendaki dia tetap menjadi suami Maria.

Supaya Yesus tetap mendapat garis keturunan raja Daud. Dengan demikian, genaplah janji Allah yakni seorang Mesias lahir dari keluarga Daud.

(3AB) Karena berusaha hidup benar di hadapan Tuhan, maka Yusuf peka dan tahu bahwa mimpi yang ia alami merupakan tanda dan nasihat dari Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari Allah senantiasa memberi tanda dan nasihat kepada kita entah lewat mimpi maupun lewat sapaan sesama yang hadir di sekitar kita. Apakah kita peka terhadap tanda atau nasihat yang Allah berikan lewat sarana-sarana itu?


2. Mengasah suara hati

(3B) Yusuf adalah pribadi yang mengolah suara hatinya. Ada dorongan dalam dirinya untuk menceraikan Maria secara diam-diam karena Maria tunangannya mengandung dari Roh Kudus. Namun makaikat datang kepadanya dan mengingatkannya untuk tetap mengambil Maria sebagai isterinya. Yusuf pun mengikuti suara itu.

Suara hati yang terolah akan gampang menangkap kehendak baik. Walau ada dorongan untuk berbuat tidak baik namun ia tetap akan bergerak kepada kebaikan. Suara hati menuntun langkah kakinya ke sana.

Marilah kita selalu mengasah suara hati kita agar kita makin peka menangkap kehendak-Nya. Ketajaman suara hati kita juga menghindarkan kita dalam tindakan kejahatan. Teruslah mengasah suara hati. Tanpa diasah suara hati pun bisa tumpul.