Selasa, 15 Januari 2019

18.01 -

Senantiasa berjaga dalam harapan



Harapan adalah kebajikan ilahi yang olehnya kita rindukan Kerajaan surga dan kehidupan abadi sebagai kebahagiaan kita, dengan berharap kepada janji-janji Kristus dan tidak mengandalkan kekuatan kita, tetapi bantuan rahmat Roh Kudus. "Marilah kita berpegang teguh kepada pengakuan tentang harapan kita, sebab Ia yang menjanjikannya, setia" (Ibr 10:23). Allah telah "melimpahkan Roh Kudus kepada kita melalui Yesus Kristus, Juru Selamat kita, supaya kita, sebagai oranng yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima kehidupan abadi, sesuai dengan pengharapan kita" (Tit 3:6-7) (KGK 1817).

Kebajikan harapan itu sejalan dengan kerinduan akan kebahagiaan yang telah Allah letakkan di dalam hati setiap manusia. Ia merangkum harapan, yang menjiwai perbuatan manusia: ia memurnikannya, supaya mengarahkannya kepada Kerajaan surga; ia melindunginya terhadap kekecewaan; ia memberi kemantapan dalam kesepian; ia membuka hati lebar-lebar dalam menantikan kebahagiaan abadi. Semangat yang harapan berikan, membebaskan dari egoisme dan mengantar kepada kebahagiaan cinta kasih Kristen (KGK 1818). 

Ketika kita dibaptis, sebelum air baptis dicurahkan, kepada kita diajukan pertanyaan: apakah yang saudara minta dari Gereja Allah? Kita menjawab: kami minta iman. Selanjutnya ditanya: Apakah yang saudara harapkan dari iman? Kita menjawab: kami mengharapkan kehidupan kekal

Menjadi sangat jelas bahwa harapan, kerinduan, impian kita sebagai orang beriman adalah hidup kekal. Melalui baptis yang telah kita terima, kita ini diangkat menjadi putra-putri Allah yang disatukan dalam Gereja Tubuh Kristus. Sebagai putra-putri Allah, kita dianugerahi kehidupan kekal. Kita memiliki kerinduan untuk memperoleh hidup kekal bersama Allah. Dengan bantuan rahmat Allah, kita berjuang dari hari ke hari untuk mewujudkan kerinduan atau harapan itu. Kerinduan atau harapan itu menjadi terang yang menyinari perjuangan kita melintasi hidup sehari-hari menuju kepenuhan harapan, yaitu hidup kekal bersama Allah. 

Jadi, iman tidak dapat dilepaskan dari harapan. Apakah yang kita harapkan dari iman? Kehidupan kekal. Harapan akan memperoleh hidup kekal inilah yang menjadi sinar ilahi yang menerangi setiap langkah hidup orang beriman agar senantiasa mengarah ke tujuan yang sebenarnya. 

Tanpa harapan orang akan kehilangan arah tujuan hidupnya. Orang yang putus asa, semangat hidupnya akan melemah dan aneka perilaku hidupnya menjadi tanpa makna. Jika orang memiliki harapan yang kuat, maka harapan itu juga membentuk kesungguhan dalam berjuang

Dengan demikian, jika dalam melintasi kehidupan kita, ada pikiran, perkataan, perbuatan, dan kelalaian yang tidak selaras dengan kerinduan akan hidup kekal, kita diajak untuk memperbaikinya. Itulah yang kita sebut pertobatan atau pembaharuan hidup. Pertobatan atau pembaharuan hidup merupakan langkah untuk kembali mengarahkan hidup pada kerinduan akan hidup kekal

Jika langkah hidup kita sudah terarah pada kerinduan hidup kekal, maka pertobatan berarti lebih mempertegas langkah menuju hidup kekal. Atau dengan kata lain, lebih meningkatkan apa yang sudah baik menjadi lebih baik lagi, lebih berkenan kepada Allah, lebih murni dan kudus di hadapan Allah. 

Jadi, orang beriman yang memiliki kerinduan atau harapan akan hidup kekal tentu terus-menerus merefleksikan hidupnya setiap hari: apakah masih di jalan menuju hidup kekal, atau sudah menyimpang, atau bahkan sudah berbalik arah dari tujuan yang dikejar. 

Kita dapat belajar dari para petani. Semua petani pastilah mengharapkan hasil panennya melimpah. Untuk memperoleh hasil panen yang melimpah, tentu para petani tidak diam saja. Mereka bekerja keras: menggemburkan tanah, membuat dan mengawasi aliran air, menyiapkan dan memelihara benih yang ditanam, bahkan menjaga benih tumbuh siang dan malam, memberi pupuk, menjaga tanamannya dari ancaman hama, dan masih banyak lagi. Singkat kata, banyak hal dilakukan demi harapan akan hasil panen yang melimpah. 

Marilah kita belajar dari Lukas 3:10-18

[10-14] Orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?" Jawabnya: "Barangsiapa (1) mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian." 

Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru, apakah yang harus kami perbuat?" Jawabnya: (2) "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu." 

Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: (3) "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." 

» Bertobat, pertama-tama adalah berbagi, kita hidup bukan untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Jadi, berkat Allah apapun bentuknya, hendaknya dibagikan kepada orang lain

Oleh pekerjaan Roh Kudus, seruan ini mengena di hati orang-orang yang mendengarnya (Yoh 16:8). Dalam pertobatan, setiap orang dituntut untuk melaksanakan keadilan, kebenaran dan beramal kasih

(1-3) Contoh pertobatan yang radikal. Pertobatan sejati dimulai dari hati dan mewujud pada tindakan nyata. Jadi, karya kasih diungkapkan dalam bentuk tindakan. 

[15-16] Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias. Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: (4) "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. 

» (4) Contoh kebajikan kerendahan hati. 

Sebagai persekutuan murid-murid Kristus yang sedang menantikan kedatangan Tuhan dengan penuh iman dan harapan, marilah kita selalu memperbaharui diri agar hidup kita tetap terarah pada tujuan hidup kekal. Apa saja yang tidak mengarahkan hidup kita ke tujuan dan menghambat serta membelokan langkah kita menuju hidup kekal, dengan rahmat Allah, hendaknya kita berani memangkasnya. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 165/I/2019 » Renungan KPI TL Tgl 13 Desember 2018, Dra Yovita Baskoro, MM).