Selasa, 15 Januari 2019

17.58 -

Menanti dengan penuh iman



Iman adalah kebajikan ilahi, olehnya kita percaya akan Allah dan segala sesuatu yang telah Ia sampaikan dan wahyukan kepada kita dan apa yang Gereja kudus ajukan supaya dipercayai. Karena Allah adalah kebenaran itu sendiri. 

Dalam iman "manusia secara bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah" (DV 5). Karena itu, manusia beriman berikhtiar untuk mengenal dan melaksanakan kehendak Allah. "Orang benar akan hidup oleh iman" (Rm 1:17); Iman yang hidup "bekerja oleh kasih" (Gal 5:6) (KGK 1814). 

Anugerah iman tinggal di dalam dia yang tidak berdosa terhadapnya (Konsili Trente: DS 1545). Tetapi "iman tanpa perbuatan adalah mati" (Yak 2:26). Iman tanpa harapan dan kasih tidak sepenuhnya mempersatukan orang beriman dengan Kristus dan tidak menjadikannya anggota yang hidup dalam Tubuh-Nya (KGK 1815). 

Murid Kristus harus mempertahankan iman dan harus hidup darinya, harus mengakuinya, harus memberi kesaksian dengan berani dan melanjutkannya; Semua orang harus "siap-sedia mengakui Kristus di muka orang-orang, dan mengikuti-Nya menempuh jalan salib di tengah penganiayaan, yang selalu saja menimpa Gereja " (LG 42) (Bdk. DH 14). 

Pengabdian dan kesaksian untuk iman sungguh perlu bagi keselamatan: "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi barang siapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di surga" (Mat 10:32-33) (KGK 1816). 

Iman diterangi oleh Allah kepada-Nya iman itu ditujukan; namun ia sering dihayati dalam kegelapanIman dapat diuji atas cara yang berat (KGK 164).

Iman adalah awal kehidupan abadi. Iman membuat kita menikmati sebelumnya kegembiraan dan cahaya pandangan Allah yang menyelamatkan, yang adalah tujuan dari perjalanan duniawi kita (KGK 163). Iman itu perlu untuk keselamatan (Mrk 16:16) (KGK 183). 

"Beriman" adalah kegiatan manusia yang sadar dan bebas, yang sesuai dengan martabat pribadi manusiawi (KGK 180). Beriman kepada Tuhan Yesus bukanlah usaha manusia, tetapi rahmat Bapa (Yoh 6:44 - ditarik oleh Bapa). 

Iman itu pasti, lebih pasti dari setiap pengertian manusiawi, karena ia berdasarkan Sabda Allah yang tidak dapat menipu. Memang kebenaran-kebenaran yang diwahyukan dapat kelihatan gelap bagi budi dan pengalaman manusiawi, tetapi "kepastian melalui cahaya ilahi itu lebih besar daripada kepastian melalui cahaya akal budi alamiah" (Tomas Aqu., s.th. 2-2,171,5 obj.3) (KGK 157). 

Iman adalah satu anugerah rahmat yang Allah berikan kepada manusia. Kita dapat kehilangan anugerah yang tak ternilai itu (1 Tim 1:18-19). Supaya dapat hidup dalam iman, dapat tumbuh dan dapat bertahan sampai akhir, kita harus memupuknya dengan Sabda Allah dan minta kepada Tuhan supaya menumbuhkan iman itu (Mrk. 9:24; Luk 17:5; 22:32). Ia harus "bekerja oleh kasih" (Gal 5:6) (Yak 2:14-26), ditopang oleh pengharapan (Rm 15:13). dan berakar dalam iman Gereja (KGK 162). 

Iman adalah satu kegiatan akal budi yang menerima kebenaran ilahi atas perintah kehendak yang digerakkan oleh Allah dengan perantaraan rahmat (Tomas Aqu., s.th. 2-2, 2,9; KGK 155).

Dewasa dalam iman berarti semakin penuh, semakin utuh dalam beriman pada Kristus. Iman yang penuh tidak akan meremehkan dan mengabaikan perbuatan-perbuatan baik yang dikehendaki Tuhan Yesus, tidak pernah meremehkan dan mengabaikan peribadatan dan hidup doa, tidak pernah meremehkan dan mengabaikan persekutuan hidup di lingkungan, wilayah dan paroki, tidak pernah meremehkan dan mengabaikan kesetiaan dan kesaksian iman

Iman yang penuh adalah iman yang hidup: yang mewujudkan dalam perbuatan dan membentuk hidup para murid Kristus. Untuk itu, kita harus menjaga hati agar tidak dipenuhi oleh pesona hal-hal dan kepentingan duniawi. Orang yang penuh iman senantiasa terus-menerus menjaga diri dan terus-menerus berdoa menantikan kedatangan Tuhan, selalu siap menanti kedatangan Tuhan

Marilah kita belajar dari Lukas 21:25-28, 34-36

[25-28] "Dan (B) akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. 

Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. (E) Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." 

[34-36] (C) "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh (1) pesta pora dan (2) kemabukan serta (3) kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya (A) hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. (D) Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." 

» (A) Katekismus mengatakan bahwa “Berdasarkan tradisi para Rasul yang berasal mula pada hari kebangkitan Kristus sendiri, Gereja merayakan misteri Paska sekali seminggu, disebut Hari Tuhan atau Hari Minggu, hari umat Kristen. Pada hari ini Tuhan telah naik kepada Bapa sebagai pemenang” (KGK 1166). Sedangkan Rasul Paulus mengatakan bahwa “Hari Tuhan tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus” (2 Tes 2:1-2). 

(B) Hari Tuhan datang ... untuk memunahkan dari padanya orang-orang yang berdosa (Yes 13:9). Jadi, kedatangan-Nya benar-benar sangat menakutkan bagi mereka yang berdosa. 

Di kala kita masih hidup, kita diundang untuk senantiasa mempersiapkan kedatangan Tuhan. Tuhan akan datang serta menjemput kita pada hari kematian kita, dan Tuhan akan datang secara umum pada akhir zaman. Ia akan datang sebagai Hakim Agung mengadili orang hidup dan mati. 

Hari Tuhan akan tiba seperti pencuri, Anak Manusia datang pada saat yang tidak kita duga, kita tidak tahu pada hari mana Tuhan datang. Oleh karena itu waspadalah, supaya kita jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan pegangan kita yang teguh (Mat 24:42- 44; 2 Ptr 3:17). 

(CD) Berjaga-jaga tentu saja tidak sekedar membuka mata dan tidak tidur seperti petugas satpam. Berjaga-jaga dalam konteks Kristiani adalah berjaga-jaga dengan senantiasa berdoa. Hal ini akan mengakibatkan kita memiliki iman hingga akhir, karena kita mengenal pribadi Allah lebih dalam lagi. Kesabaran sambil berdoa dengan tekun merupakan salah satu dari keutamaan Kristiani. Jadi, hendaklah kita juga siap sedia menantikan semuanya ini dengan berjaga-jaga supaya kita kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya (2 Ptr 3:10, 14). 

Bagaimana caranya? Jagalah hati dengan berdoa dan membaca firman Tuhan agar kita bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan (2 Ptr 3:18). 

Doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Sebab kita berbicara dengan-Nya bila berdoa; kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi (Ambrosius, KGK 2653). 

Melalui doa dan membaca Kitab Suci, hati kita diubahkan oleh-Nya sehingga hidup kita tidak lagi menjadi serupa dengan dunia ini (Rm 12:2). 

(1) Pesta pora » lambang kegelapan, menyebabkan hati terpikat oleh hawa nafsu dengan melakukan perbuatan dosa. Di mana ada pesta pora, biasanya di situ ada juga kemabukan (Rm 13:13). 

(2) Kemabukan » berdampak tidak baik bagi kesehatan tubuh kita. Akibat mabuk dapat menimbulkan malapetaka, sebab tanpa sadar orang mabuk melakukan perbuatan tidak baik yang merugikan dirinya dan orang lain (Ef 5:18). Selain mabuk akibat minum anggur atau minuman beralkohol kadar tinggi, kita bisa juga mabuk karena pujian/kuasa/kerja/harta dll. 

Mabuk itu adalah kondisi di mana kesadaran (= alam sadar) seseorang mengalami gangguan hingga titik nadir sampai kehilangan kesadaran atau tidak dapat menguasai diri. 

(3) Kepentingan duniawi 

Manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani (1 Kor 2:14). 

Ketiga hal diatas: pesta pora, kemabukan dan kepentingan duniawi bertujuan menjerat manusia agar "tidak sadar diri" atau "lupa diri" atas jati dirinya sebagai anak-anak Allah. Si jahat membujuk manusia menukarkan hidup kekal bahagia di Surga dengan hidup bahagia di dunia yang sementara. 

(E) Bagi pengikut Kristus yang waspada dengan cara berjaga-jaga dan bertekun dalam doa, masa itu adalah masa penyelamatan. Orang yang bertobat dan percaya kepada-Nya akan diselamatkan (Yl 2:28-32). Jadi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi (Luk 18:8). 

Janji-Nya: Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. ... Bapa-Ku akan mengasihimu dan Kami akan datang kepadamu dan diam bersama-sama denganmu (Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu). Aku akan menyatakan diri-Ku kepadamu. Bapa akan memberikan seorang Penolong/Roh Kebenaran/Roh Kudus, Dia akan diam di dalam kamu menyertai kamu selama-lamanya (Yoh 14:15-27). 

Dalam segala kesesakan, Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Aku sendirilah yang menyelamatkan; Akulah yang menebus dalam kasih-Ku dan belas kasihan-Ku. Aku mengangkat dan menggendongmu selama zaman dahulu kala (Yes 63:9). 

Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan (Ibr 12:1-2). 

(Sumber: Warta KPI TL No. 165/I/2019 » Renungan KPI TL Tgl 6 Desember 2018, Dra Yovita Baskoro, MM).