19.25 -
*Hukum*
Pengadilan khusus dan terakhir
Kematian mengakhiri kehidupan manusia, masa padanya, ia dapat menerima atau menolak rahmat ilahi yang diwahyukan di dalam Kristus (Bdk. 2 Tim 1:9-10).
Perjanjian Baru berbicara mengenai pengadilan, terutama dalam hubungan dengan pertemuan definitif dengan Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua.
Tetapi berulang kali ia juga mengatakan bahwa setiap orang langsung sesudah kematiannya diganjari sesuai dengan pekerjaan dan imannya.
Perumpamaan tentang Lasarus yang miskin (Bdk. Luk 16:22) dan kata-kata yang Kristus sampaikan di salib kepada penyamun yang baik (Bdk. Luk 23:43), demikian juga teks-teks lain dalam Perjanjian Baru (Bdk. 2 Kor 5:8; Flp 1:23; Ibr 9:27; 12:23), berbicara tentang nasib tetap bagi jiwa (Bdk. Mat 16:26), yang dapat berbeda-beda untuk masing-masing manusia (KGK 1021).
Pada saat kematian setiap manusia menerima ganjaran abadi dalam jiwanya yang tidak dapat mati. Ini berlangsung dalam satu pengadilan khusus, yang menghubungkan kehidupannya dengan Kristus: (1) entah masuk ke dalam kebahagiaan surgawi melalui suatu penyucian (Bdk. Konsili Lyon: DS 857-858; Konsili Firense: DS 1304-1306; Konsili Trente: DS 1820., atau (2) langsung masuk ke dalam kebahagiaan surgawi Bdk. Benediktus XII: DS 1000-1001; Yohanes XXII: DS 990) ataupun (3) mengutuki diri untuk selama-lamanya (Bdk. Benediktus XII: DS 1002).
"Pada malam kehidupan kita, kita akan diadili sesuai dengan cinta kita" (Yohanes dari Salib, dichos 64) (KGK 1022).
Pengadilan terakhir
Sesudah kebangkitan semua orang mati "baik orang yang benar maupun yang tidak benar" (Kis 24:15), menyusullah pengadilan terakhir.
Itulah saatnya, di mana "semua orang yang di dalam kubur akan mendengar suara-Nya. Dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum" (Yoh 5:28-29).
Lalu, "Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia. ... Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing. Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. ... Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup kekal" (Mat 25:31.32-33.46) (KGK 1038).
Di depan Kristus, yang adalah kebenaran, akan nyata secara definitif hubungan setiap manusia dengan Allah yang sebenarnya (Bdk. Yoh 12:49).
Pengadilan terakhir akan membuka sampai ke akibat-akibat yang paling jauh, kebaikan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh setiap orang selama hidupnya di dunia ini.
"Segala sesuatu yang jahat, yang dilakukan orang-orang durhaka dicatat - dan mereka tidak mengetahuinya. Pada hari, di mana Allah tidak akan berdiam Diri (Mzm 50:3)... [Ia akan berpaling kepada orang-orang durhaka] dan berkata kepada mereka: Aku sudah menempatkan bagi kamu orang-orang kecil-Ku di atas bumi. Aku, Kepala mereka, bertakhta di surga di sebelah kanan Bapa - tetapi di bumi anggota-anggota-Ku menderita lapar. Andai kata kalian memberi makan kepada anggota-anggota-Ku, anugerahmu akan sampai kepada Kepala. Ketika Aku menunjukkan kepada orang-orang kecil-Ku satu tempat di atas dunia, Aku mengangkat mereka sebagai utusan supaya membawa pekerjaan-pekerjaanmu yang baik ke dalam perbendaharaan-Ku. Kamu tidak meletakkan apa pun ke dalam tangan mereka, karena itu kamu tidak mempunyai sesuatu apa pun pada tempat-Ku ini" (Agustinus, serm. 18,4,4) (KGK 1039).
Pengadilan terakhir akan berlangsung pada kedatangan kembali Kristus yang mulia. Hanya Bapa yang mengetahui hari dan jam, Ia sendiri menentukan, kapan itu akan terjadi.
Lalu, melalui Putera-Nya Yesus Kristus Ia akan menilai secara definitif seluruh sejarah. Kita akan memahami arti yang terdalam dari seluruh karya ciptaan dan seluruh tata keselamatan dan akan mengerti jalan-jalan-Nya yang mengagumkan, yang di atasnya penyelenggaraan ilahi telah membawa segala sesuatu menuju tujuannya yang terakhir.
Pengadilan terakhir akan membuktikan bahwa keadilan Allah akan menang atas segala ketidak-adilan yang dilakukan oleh makhluk ciptaan-Nya, dan bahwa cinta-Nya lebih besar dari kematian (Bdk. Kid 8:6). (KGK 1040).
Kabar mengenai pengadilan terakhir mengajak manusia supaya bertobat, selama Allah masih memberi kepada mereka "waktu rahmat", satu "hari penyelamatan" (2 Kor 6:2).
Kabar itu membangkitkan ketakutan suci akan Allah dan mewajibkan orang melakukan keadilan Kerajaan Allah. Ia mengumumkan "pengharapan yang penuh bahagia" (Tit 2:13) akan parusia (?) Tuhan yang akan datang, "untuk dimuliakan di antara orang kudus-Nya, dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya" (2 Tes 1:10) (KGK 1041) .
Pada akhir zaman Kerajaan Allah akan diselesaikan. Sesudah pengadilan umum, semua orang yang benar, yang dimuliakan dengan jiwa dan badannya, akan memerintah bersama Kristus sampai selama-lamanya, dan semesta alam akan dibaharui.
"Gereja itu baru akan mencapai kepenuhannya dalam kemuliaan di surga, bila akan tiba saatnya segala sesuatu diperbaharui, dan bila bersama dengan umat manusia dunia semesta pun, yang berhubungan erat dengan manusia dan bergerak ke arah tujuannya melalui manusia, akan diperbaharui secara sempurna dalam Kristus" (LG 48) (KGK 1042).
Kitab Suci melukiskan pembaharuan yang penuh rahasia itu, yang akan mengubah umat manusia dan dunia, sebagai "langit yang baru dan bumi yang baru" (2 Ptr 3:13) (Bdk. Why 21:1). Pada waktu itu keputusan Allah, untuk "mempersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu, baik yang di surga maupun yang di bumi" (Ef 1:10), akan dilaksanakan secara definitif (KGK 1043). .
Kalau Allah menjadikan "semuanya baru" (Why 21:5) dalam Yerusalem surgawi, Ia akan mempunyai tempat tinggal-Nya di antara manusia. "Ia akan menghapuskan segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita. Sebab segala sesuatu yang lama itu sudah berlalu" (Why 21:4) (Bdk. Why 21:27) (KGK 1044).
Bagi manusia, penyempurnaan ini akan menjadi perwujudan akhir kesatuan bangsa manusia, yang dikehendaki Allah sejak penciptaan dan yang diragakan Gereja musafir dalam bentuk "sakramen" (LG 1).
Mereka yang disatukan dengan Kristus akan membentuk satu persekutuan orang-orang tertebus, "kota suci Allah" (Why 21:2), "mempelai Anak Domba" (Why 21:9).
Persekutuan ini tidak akan menderita lagi karena dosa, ketidak-murnian (Bdk. Why 21:27), cinta diri, yang merusakkan persekutuan manusia di dunia ini atau melukainya.
Pandangan yang membahagiakan, di mana Allah membuka Diri kepada orang-orang pilihan secara tidak terbatas, akan merupakan sumber kebahagiaan, perdamaian, dan persekutuan, yang tidak pernah kering (KGK 1045).
Sejauh menyangkut kosmos, maka menurut wahyu, akan terdapat satu persekutuan nasib yang mendalam antara dunia material dan manusia:
"Dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. ... Bersama itu juga Allah memberi mereka pengharapan: juga ciptaan akan dibebaskan dari perhambaan dan kebinasaan. ... Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita" (Rm 8:19-23) (KGK 1046).
Maka alam semesta yang tampak, juga ditentukan untuk dibaharui, "supaya dunia, setelah dikembalikan kepada keadaannya yang semula, tanpa halangan apa pun dapat melayani orang-orang benar" (Ireneus, haer. 5,32, 1) dan dengan demikian mengambil bagian dalam pemuliaan mereka di dalam Yesus Kristus yang bangkit (KGK 1047).
"Kita tidak mengetahui, bilamana dunia dan umat manusia akan mencapai kesudahannya; tidak tahu pula, bagaimana alam semesta akan diubah. Dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan telah rusak akibat dosa, akan berlalu. Tetapi kita terima ajaran bahwa Allah menyiapkan tempat tinggal baru dan bumi yang baru, kediaman keadilan, yang kebahagiaannya akan memenuhi dan melampaui segala kerinduan akan kedamaian, yang timbul dalam hati manusia" (GS 39, 1) (KGK 1048).
"Akan tetapi janganlah karena mendambakan dunia baru orang lalu menjadi lemah perhatiannya untuk mengolah dunia ini. Justru harus tumbuhlah perhatian itu, sehingga berkembanglah Tubuh keluarga manusia yang baru, yang sudah mampu memberi suatu bayangan tentang zaman baru. Maka dari itu, sungguhpun kemajuan duniawi harus dengan cermat dibedakan dari pertumbuhan Kerajaan Kristus, tetapi kemajuan itu sangat penting bagi Kerajaan Allah, sejauh dapat membantu untuk mengatur masyarakat manusia secara lebih baik" (GS 39,2) (KGK 1049).
"Sebab nilai-nilai martabat manusia, persekutuan persaudaraan dan kebebasan, dengan kata lain: semua buah hasil yang baik, yang bersumber pada kodrat maupun usaha kita, sesudah kita sebar-luaskan di dunia dalam Roh Tuhan dan menurut perintah-Nya, kemudian akan kita temukan kembali, tetapi dalam keadaan dibersihkan dari segala cacat-celah, diterangi dan diubah, bila Kristus mengembalikan kepada Bapa Kerajaan abadi dan universal" (GS 39,3) (Bdk. LG 2). Lalu, di dalam kehidupan abadi "Allah menjadi semua di dalam semua" (1 Kor 15:28).
"Bapa, sesuai dengan hakikat-Nya dan sesungguhnya, adalah kehidupan. Ia mencurahkan anugerah-anugerah surgawi-Nya ke atas segala sesuatu oleh Putera-Nya dan di dalam Roh Kudus. Tetapi dalam keramahan-Nya terhadap manusia, Ia telah menjanjikan kehidupan abadi secara pasti kepada kita manusia" (Sirilus dari Yerusalem, catech. ill. 18,29) (KGK 1050).
Teks-teks singkat
Di dalam jiwanya yang tidak dapat mati setiap manusia menerima ganjarannya yang abadi, dalam satu pengadilan khusus langsung sesudah kematian, dari Kristus, Hakim atas orang hidup dan mati (KGK 1051).
"Kita percaya bahwa jiwa semua orang yang mati dalam rahmat Kristus... membentuk Umat Allah sesudah kematian, yang akan dikalahkan secara definitif pada hari kebangkitan, ketika jiwa mereka disatukan kembali dengan tubuhnya " (SPF 28) (KGK 1052).
"Kita percaya, kawanan besar orang yang disatukan dengan Yesus dan Maria dalam firdaus, membentuk Gereja surgawi. Mereka memandang Allah seperti ada-Nya dalam kebahagiaan abadi. Mereka, berbeda dalam tingkat dan cara, mengambil bagian dalam kekuasaan ilahi, yang dilakukan Kristus dalam kemuliaan bersama para malaikat kudus. Mereka mendoakan kita dan membantu kita dalam kelemahan kita oleh perhatiannya sebagai saudara" (SPF 29) (KGK 1053).
Mereka yang mati dalam rahmat dan persahabatan Allah, tetapi belum suci seluruhnya, merasa pasti akan keselamatan abadi, namun masih harus disucikan sesudah kematian, supaya sampai kepada kekudusan yang perlu, untuk masuk ke dalam kegembiraan Allah (KGK 1054).
Berkat "persekutuan para kudus" Gereja menyerahkan orang-orang mati kepada belas kasihan Allah dan berdoa untuk mereka, terutama mempersembahkan kurban Ekaristi suci (KGK 1055).
Sambil mengikuti contoh Kristus, Gereja mengingatkan para beriman akan "kenyataan kematian kekal yang menyedihkan dan memilukan" (DCG 69), yang orang namakan "neraka" (KGK 1056).
Siksa neraka yang paling buruk ialah perpisahan abadi dengan Allah. Hanya di dalam Allah, manusia dapat menemukan kehidupan dan kebahagiaan. Untuk itulah ia diciptakan dan itulah juga kerinduannya (KGK 1057).
Karena itu Gereja berdoa, agar tidak seorang pun hilang: "Tuhan, jangan biarkan aku berpisah dari-Mu ". Memang, tidak seorangpun dapat meluputkan diri sendiri, tetapi Allah "mau, bahwa semua orang diselamatkan" (1 Tim 2:4), dan untuk Dia, "segalanya mungkin" (Mat 19:26) (KGK 1058).
"Gereja Roma yang suci percaya teguh dan menjelaskan dengan tegas bahwa... pada hari pengadilan semua manusia akan tampil dalam tubuhnya di depan takhta pengadilan Kristus, supaya mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka" (DS 859) Bdk. DS 1549) (KGK 1059).
Pada akhir zaman Kerajaan Allah akan sampai pada kesempurnaannya. Lalu orang-orang benar akan dimuliakan dengan jiwa dan badan, akan memerintah bersama Kristus sampai selama-lamanya, dan alam semesta material akan diubah. Lalu dalam kemuliaan itu Allah akan "menjadi semua di dalam semua" (1 Kor 15:28) (KGK 1060).
(Sumber: KGK 1021-1022, 1038-1041, 1060).
Harapan akan surga baru dan bumi baru
Pada akhir zaman Kerajaan Allah akan diselesaikan. Sesudah pengadilan umum, semua orang yang benar, yang dimuliakan dengan jiwa dan badannya, akan memerintah bersama Kristus sampai selama-lamanya, dan semesta alam akan dibaharui.
"Gereja itu baru akan mencapai kepenuhannya dalam kemuliaan di surga, bila akan tiba saatnya segala sesuatu diperbaharui, dan bila bersama dengan umat manusia dunia semesta pun, yang berhubungan erat dengan manusia dan bergerak ke arah tujuannya melalui manusia, akan diperbaharui secara sempurna dalam Kristus" (LG 48) (KGK 1042).
Kitab Suci melukiskan pembaharuan yang penuh rahasia itu, yang akan mengubah umat manusia dan dunia, sebagai "langit yang baru dan bumi yang baru" (2 Ptr 3:13) (Bdk. Why 21:1). Pada waktu itu keputusan Allah, untuk "mempersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu, baik yang di surga maupun yang di bumi" (Ef 1:10), akan dilaksanakan secara definitif (KGK 1043). .
Kalau Allah menjadikan "semuanya baru" (Why 21:5) dalam Yerusalem surgawi, Ia akan mempunyai tempat tinggal-Nya di antara manusia. "Ia akan menghapuskan segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita. Sebab segala sesuatu yang lama itu sudah berlalu" (Why 21:4) (Bdk. Why 21:27) (KGK 1044).
Bagi manusia, penyempurnaan ini akan menjadi perwujudan akhir kesatuan bangsa manusia, yang dikehendaki Allah sejak penciptaan dan yang diragakan Gereja musafir dalam bentuk "sakramen" (LG 1).
Mereka yang disatukan dengan Kristus akan membentuk satu persekutuan orang-orang tertebus, "kota suci Allah" (Why 21:2), "mempelai Anak Domba" (Why 21:9).
Persekutuan ini tidak akan menderita lagi karena dosa, ketidak-murnian (Bdk. Why 21:27), cinta diri, yang merusakkan persekutuan manusia di dunia ini atau melukainya.
Pandangan yang membahagiakan, di mana Allah membuka Diri kepada orang-orang pilihan secara tidak terbatas, akan merupakan sumber kebahagiaan, perdamaian, dan persekutuan, yang tidak pernah kering (KGK 1045).
Sejauh menyangkut kosmos, maka menurut wahyu, akan terdapat satu persekutuan nasib yang mendalam antara dunia material dan manusia:
"Dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. ... Bersama itu juga Allah memberi mereka pengharapan: juga ciptaan akan dibebaskan dari perhambaan dan kebinasaan. ... Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita" (Rm 8:19-23) (KGK 1046).
Maka alam semesta yang tampak, juga ditentukan untuk dibaharui, "supaya dunia, setelah dikembalikan kepada keadaannya yang semula, tanpa halangan apa pun dapat melayani orang-orang benar" (Ireneus, haer. 5,32, 1) dan dengan demikian mengambil bagian dalam pemuliaan mereka di dalam Yesus Kristus yang bangkit (KGK 1047).
"Kita tidak mengetahui, bilamana dunia dan umat manusia akan mencapai kesudahannya; tidak tahu pula, bagaimana alam semesta akan diubah. Dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan telah rusak akibat dosa, akan berlalu. Tetapi kita terima ajaran bahwa Allah menyiapkan tempat tinggal baru dan bumi yang baru, kediaman keadilan, yang kebahagiaannya akan memenuhi dan melampaui segala kerinduan akan kedamaian, yang timbul dalam hati manusia" (GS 39, 1) (KGK 1048).
"Akan tetapi janganlah karena mendambakan dunia baru orang lalu menjadi lemah perhatiannya untuk mengolah dunia ini. Justru harus tumbuhlah perhatian itu, sehingga berkembanglah Tubuh keluarga manusia yang baru, yang sudah mampu memberi suatu bayangan tentang zaman baru. Maka dari itu, sungguhpun kemajuan duniawi harus dengan cermat dibedakan dari pertumbuhan Kerajaan Kristus, tetapi kemajuan itu sangat penting bagi Kerajaan Allah, sejauh dapat membantu untuk mengatur masyarakat manusia secara lebih baik" (GS 39,2) (KGK 1049).
"Sebab nilai-nilai martabat manusia, persekutuan persaudaraan dan kebebasan, dengan kata lain: semua buah hasil yang baik, yang bersumber pada kodrat maupun usaha kita, sesudah kita sebar-luaskan di dunia dalam Roh Tuhan dan menurut perintah-Nya, kemudian akan kita temukan kembali, tetapi dalam keadaan dibersihkan dari segala cacat-celah, diterangi dan diubah, bila Kristus mengembalikan kepada Bapa Kerajaan abadi dan universal" (GS 39,3) (Bdk. LG 2). Lalu, di dalam kehidupan abadi "Allah menjadi semua di dalam semua" (1 Kor 15:28).
"Bapa, sesuai dengan hakikat-Nya dan sesungguhnya, adalah kehidupan. Ia mencurahkan anugerah-anugerah surgawi-Nya ke atas segala sesuatu oleh Putera-Nya dan di dalam Roh Kudus. Tetapi dalam keramahan-Nya terhadap manusia, Ia telah menjanjikan kehidupan abadi secara pasti kepada kita manusia" (Sirilus dari Yerusalem, catech. ill. 18,29) (KGK 1050).
Teks-teks singkat
Di dalam jiwanya yang tidak dapat mati setiap manusia menerima ganjarannya yang abadi, dalam satu pengadilan khusus langsung sesudah kematian, dari Kristus, Hakim atas orang hidup dan mati (KGK 1051).
"Kita percaya bahwa jiwa semua orang yang mati dalam rahmat Kristus... membentuk Umat Allah sesudah kematian, yang akan dikalahkan secara definitif pada hari kebangkitan, ketika jiwa mereka disatukan kembali dengan tubuhnya " (SPF 28) (KGK 1052).
"Kita percaya, kawanan besar orang yang disatukan dengan Yesus dan Maria dalam firdaus, membentuk Gereja surgawi. Mereka memandang Allah seperti ada-Nya dalam kebahagiaan abadi. Mereka, berbeda dalam tingkat dan cara, mengambil bagian dalam kekuasaan ilahi, yang dilakukan Kristus dalam kemuliaan bersama para malaikat kudus. Mereka mendoakan kita dan membantu kita dalam kelemahan kita oleh perhatiannya sebagai saudara" (SPF 29) (KGK 1053).
Mereka yang mati dalam rahmat dan persahabatan Allah, tetapi belum suci seluruhnya, merasa pasti akan keselamatan abadi, namun masih harus disucikan sesudah kematian, supaya sampai kepada kekudusan yang perlu, untuk masuk ke dalam kegembiraan Allah (KGK 1054).
Berkat "persekutuan para kudus" Gereja menyerahkan orang-orang mati kepada belas kasihan Allah dan berdoa untuk mereka, terutama mempersembahkan kurban Ekaristi suci (KGK 1055).
Sambil mengikuti contoh Kristus, Gereja mengingatkan para beriman akan "kenyataan kematian kekal yang menyedihkan dan memilukan" (DCG 69), yang orang namakan "neraka" (KGK 1056).
Siksa neraka yang paling buruk ialah perpisahan abadi dengan Allah. Hanya di dalam Allah, manusia dapat menemukan kehidupan dan kebahagiaan. Untuk itulah ia diciptakan dan itulah juga kerinduannya (KGK 1057).
Karena itu Gereja berdoa, agar tidak seorang pun hilang: "Tuhan, jangan biarkan aku berpisah dari-Mu ". Memang, tidak seorangpun dapat meluputkan diri sendiri, tetapi Allah "mau, bahwa semua orang diselamatkan" (1 Tim 2:4), dan untuk Dia, "segalanya mungkin" (Mat 19:26) (KGK 1058).
"Gereja Roma yang suci percaya teguh dan menjelaskan dengan tegas bahwa... pada hari pengadilan semua manusia akan tampil dalam tubuhnya di depan takhta pengadilan Kristus, supaya mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka" (DS 859) Bdk. DS 1549) (KGK 1059).
Pada akhir zaman Kerajaan Allah akan sampai pada kesempurnaannya. Lalu orang-orang benar akan dimuliakan dengan jiwa dan badan, akan memerintah bersama Kristus sampai selama-lamanya, dan alam semesta material akan diubah. Lalu dalam kemuliaan itu Allah akan "menjadi semua di dalam semua" (1 Kor 15:28) (KGK 1060).
(Sumber: KGK 1021-1022, 1038-1041, 1060).