Sabtu, 29 September 2018

03.55 -

Luk 9:1-6

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)

 

Penanggalan liturgi

Rabu, 26 September 2018: Hari Biasa XXV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Ams 30:5-9; Mzm 119:29, 72, 89, 101, 104, 163; Luk 9:1-6

Rabu, 25 September 2019: Hari Biasa XXV - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Ezr 9:5-9; MT Tob 13:2, 3-4a, 4bcd, 5, 8; Luk 9:1-6


Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Dan (1) Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang, kata-Nya kepada mereka: (2) "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju.

Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka." Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.


Renungan


1. Pergilah kamu diutus

(1) Perutusan ini dimaksudkan agar semakin banyak orang dapat mengenal Allah dan dapat diselamatkan

Dalam melaksanakan perutusan tersebut, para murid tidak melangkah sendirian sebab Allah menyertai mereka lewat kekuatan dan kuasa yang dianugerahkan kepada mereka.

Kehadiran Allah melalui para murid, mampu menyembuhkan orang-orang sakit dan mengusir setan-setan. Mereka memperoleh pembebasan dari segala penyakit dan kuasa setan dan memperoleh harapan hidup baru yang lebih baik.

Pada bagian terakhir dari perayaan Ekaristi, kita memperoleh perutusan “ite missa est; pergilah kamu diutus”. Kita diutus dengan misi yang jelas yakni mewartakan Kerajaan Allah melalui kata dan tindakan. Kita berperan sebagai sarana bagi Allah untuk menunjukkan diri-Nya kepada orang lain.

Kita adalah penampakan diri Allah. Melalui kita orang dapat mengenal Allah. Melalui perbuatan-perbuatan kita yang baik, kita menampilkan Allah yang Mahabaik. Dengan kehadiran dan sapaan kita kepada orang lain, mereka dapat merasakan kehadiran dan sapaan Allah yang menyembuhkan, membebaskan, memberi pengharapan dan penuh kasih. Maka, jadilah orang-orang terutus untuk menyatakan kehadiran Allah di tengah dunia.


2. Percaya penyelenggaraan ilahi

(2) Seorang utusan haruslah memiliki sikap ketergantungan total pada Allah yang telah mengutusnya. Ia yang telah mengutus, Ia pulalah yang akan menyediakan berbagai macam hal yang dibutuhkan. Dengan demikian, dari pihak para utusan, kepercayaan dan kepasrahan pada penyelenggaraan Ilahi merupakan suatu tuntutan mutlak yang harus diperhatikan. 

St. Hieronimus berkata, “Tidak mengenal Kitab Suci, berarti tidak mengenal Allah.” Jika kita tidak mengenal Allah lewat Kitab Suci, bagaimana kita mau bersandar pada penyelenggaraan-Nya?