Minggu, 05 Agustus 2018

Santo Laurentius dari Brindisi



Roh nasihat mengantarnya sebagai Pujangga Gereja

Laurentius adalah salah seorang santo terbesar pada permulaan abad 17 yang menghiasi Ordo Kapusin

Dia dilahirkan pada tahun 1559 di Brindisi dalam kerajaan Napoli. Sejak muda diperkaya dengan bakat-bakat alami dan rahmat yang langka

Dalam memperingati Kanak-kanak Yesus di Bait Allah, ada tradisi seorang anak diijinkan berkotbah di depan umum jika sudah berusia 12 tahun. 

Ketika Laurentius berkotbah di Katedral, dia baru berumur enam tahun. Namun kotbahnya penuh kekuatan dan menghunjam pada masalah sehingga para pendengar terpesona

Orang tuanya, William dan Elizabeth Russo memberinya nama Julius Caesar, Kaisare dalam bahasa Italia. 

Setelah kematian orang tuanya, ia dididik oleh pamannya di Kolese Santo Markus, Venesia. Laurentius masuk Ordo Fransiskan Kapusin di Venesia, Verona ketika berusia 16 tahun

Ia menyelesaikan studinya tentang filsafat dan teologi di Universitas Padua dan ditahbiskan sebagai imam pada usia 23 tahun

Sejak permulaan dia menonjol dalam kesempurnaan, termasuk fasih dalam bahasa Perancis, Spanyol, Jerman, Yunani dan Ibrani

Setelah ditahbiskan sebagai imam, Pater Laurentius memulai hidup misionarisnya yang membawa banyak buah. Mula-mula dia berkotbah di Venetia, Pavia, Verona, Padua, dan Napoli. Di kota-kota ini karyanya dianugerahi dengan keberhasilan yang menakjubkan. Kemudian dipanggil ke Roma dengan tugas mempertobatkan orang-orang Yahudi. Kefasihannya dalam bahasa Ibrani membuatnya sangat dihormati di kalangan para Rabbi dan tingkah lakunya yang lembut menghantar banyak orang Yahudi menjadi pengikut Kristus. 

Pada tahun 1598, Pater Laurentius dikirim ke Jerman bersama dengan sebelas orang Saudara Dina yang lain, untuk mendirikan biara Kapusin di sana dan untuk melawan kesesatan Luther, yang pada waktu itu memperoleh pijakan di Austria. 

Kaisar Rudolph II mempercayakan kepada Laurentius suatu tugas untuk mengorganisasi perang salib melawan orang-orang Turki yang sedang mengancam kekristenan Barat. 

Laurentius, yang mencintai hidup tersembunyi, sekarang harus mengunjungi kota-kota utama Jerman, untuk merundingkan masalah ini dengan sejumlah pangeran, dan mengkotbahkan hal itu kepada umat. Berkat kebijaksanaan dan kekudusannya, yang telah Tuhan ijinkan, usahanya memuaskan. 

Sementara merayakan Ekaristi Kudus di Munchen dalam kapel pangeran Bavaria, sesudah konsekrasi, Tuhan Yesus menampakkan diri dalam rupa Kanak-kanak, yang dengan penuh kasih sayang membelai Laurentius. 

Kain altar menjadi basah oleh air mata Laurentius lalu dipakai untuk menyeka orang sakit dan mereka pun sembuh. Peristiwa ini tidak berbeda dengan Rasul Paulus yang telah menyembuhkan orang sakit dengan sapu tangan. 

Pater Laurentius diangkat menjadi pimpinan almusenir (pastor tentara) atas pasukan besar dari Pangeran Agung Matthias, yang bergerak pergi ke Hungaria pada 1601 untuk berperang melawan Turki. 

Dia mengendarai kudanya dan dengan salib di tangan dan memacunya di depan pasukan menuju ke medan perang. Pasukan musuh sangat ketakutan melihat keberanian Laurentius. Padahal, posisi mereka sangat baik dengan jumlah yang jauh lebih banyak. Seharusnya, opsir yang paling pemberani sekali pun menjadi tidak merasa punya harapan untuk menang. 

Tetapi dalam nama Tuhan, Laurentius menerima semangat dan keberanian yang berkobar-kobar. Di dalam nama Yesus, musuh pun takluk karena sudah diawali oleh ketakutan dan kekaguman melihat keberanian Laurentius. 

Usia perang, Laurentius ke Italia dan sekali lagi berharap dapat melayani Tuhan dalam keheningan. Tetapi kapitel umum Ordo memilihnya menjadi salah seorang pimpinan. Dalam ketaatan dia menerima beban yang berat itu. 

Dalam tugasnya, dia seorang gembala yang penuh kemurahan hati dan perhatian bagi para saudaranya. Ketika masa pelayanannya berakhir, lagi-lagi Sri Paus mengutusnya ke Jerman dan kali ini sebagai juru damai bagi Pangeran Agung Matthias dengan saudaranya, yang menjadi kaisar dan berhasil menjalankan tugas itu. 

Sekembalinya di Italia, kerajaan Napoli, tempat kelahirannya, memerlukan pelayanannya. Kerajaan yang waktu itu menjadi milik Phillip III dari Spanyol, diperintah oleh seorang raja muda yang menekan rakyatnya dengan kejam. Satu-satunya harapan adalah membeberkan penderitaan rakyatnya itu kepada raja melalui Laurentius. Dia lalu pergi ke Spanyol. Tetapi, si raja muda sedang berada di Portugal. Dia lalu pergi ke Lisabon dan di sana dia mengajukan pembelaan masalah rakyatnya itu.

Kepekaan Laurentius terhadap kebutuhan orang-orang — sifat karakter yang mungkin tak terduga dalam diri seorang sarjana berbakat — semakin menampakkan diri. 

Ia terpilih sebagai atasan utama provinsi Capuchin Fransiskan di Tuscany pada usia 31 tahun. Ia memiliki kombinasi kecerdasan, belas kasih manusia, dan keterampilan administratif yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. 

Dalam pergantian yang cepat ia dipromosikan oleh saudara-saudaranya dan terpilih sebagai Superior Jenderal Kapusin pada tahun 1602. 

Setelah kematiannya, pada tahun 1956, Kapusin akhirnya menyelesaikan edisi 15 jilid tulisan-tulisan Laurentius. Sebelas dari 15 ini berisi kotbah-kotbahnya, yang masing-masing sangat bergantung pada kutipan tulisan suci untuk mengilustrasikan ajarannya. 

Pengabdiannya yang terus-menerus kepada Tuhan, ditambah dengan kepekaan yang besar terhadap kebutuhan orang, menghadirkan gaya hidup yang menarik. 

Laurentius memiliki keseimbangan dalam hidupnya yang memadukan disiplin diri dengan penghargaan yang tajam akan kebutuhan orang-orang yang dipanggil untuk melayani. 

Julius Caesar Rossi yang dilahirkan di Brindisi Italia pada tahun 1559, pada usia enam belas tahun masuk biara Fransiskan Kapusin dan mengambil nama biara: Laurentius. Ia kemudian diutus ke Universitas Padua untuk belajar teologi. 

Laurentius sering disanjung, tetapi tidak berbangga diri atas keberhasilannya. Ia menyerahkan segalanya pada Tuhan dan memanjatkan pujian kemuliaan bagi-Nya.

Pater Laurentius sama sekali tidak diombang-ambingkan oleh kecenderungan-kecenderungan duniawi, melainkan dengan tetap teguh mengikuti bimbingan Roh Kudus. Dia selalu teringat akan pesanTuhan yang bersabda: “Sungguh, roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat 26:41). 

Menurut bakatnya, dia cenderung menjalani hidup tersembunyi, tetapi di tengah situasi pada waktu itu, Roh Kudus dan perintah-perintah atasan-atasannya memanggil dia terlibat dalam kehidupan bermasyakarat. 

Rasul Paulus dari pengalaman imannya berkata: “Roh membantu kita dalam kelemahan kita” (Rm 8:26). Berkat yang terdapat dalam semua kegiatannya itu merupakan bukti bahwa Roh Tuhan yang selama ini membimbing dia sebab Tuhan sudah berjanji: “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya" (Luk 11:13). 

Sebagai hamba Tuhan yang taat, dia sadar butuh bimbingan Roh Kudus. Laurentius dipenuhi dengan Roh Nasehat yang memampukan dia siap bertindak. Dia sama sekali tidak ragu akan tindakan yang dibisikkan-Nya. 

Marilah kita semua berdoa: Siapa gerangan sampai mengenal kehendak-Mu, kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan, dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kau utus?” (Keb 9:17) atau daraskan doa Veni Creator (Datanglah ya Roh Kudus) dengan khusuk. 

Dalam tugas perutusan belas kasih ini meminta hidup Laurentius. Dia jatuh sakit di Lisabon ketika dirinya menjalankan tugas dari Bapa Paus. Dirinya tahu bahwa akhir hidupnya telah mendekat dan hal ini dikatakan kepada para pendampingnya. Setelah sakramen terakhir diterimanya dengan penuh kesalehan, dia terasuk dalam ekstase dan selama ekstase itu dia jatuh dalam pelukan manis Tuhan kita pada pesta Santa Maria Magdalena, 22 Juli 1619. 

Laurentius yang lahir pada 22 Juli 1559 ini meninggal tepat 60 tahun kemudian pada hari ulang tahunnya. Bapa Paus Pius VI memberinya gelas Beato pada 1783 dan pada 8 Desember 1881 Bapa Paus Leo XIII memberi gelar santo kepadanya. Pada bulan Desember 1958, Bapa Paus Yohanes XXIII menandatangani sebuah keputusan yang menyatakan Santo Laurentius sebagai Pujangga Gereja. 

Marilah kita berdoa: “Ya Allah, Engkau yang telah menganugerahi Santo Laurentius, Pengaku Iman-Mu, Roh Nasehat dan Roh Kekuatan, yang memampukan dia terlibat dalam usaha-usaha yang sulit demi kemuliaan nama-Mu dan demi keselamatan jiwa-jiwa. Berikanlah berkat Roh yang sama agar kami boleh memulai apa yang sepatutnya kami perbuat dan berkat pengantaraan-Nya dalam menyelesaikan apa yang telah kami mulai. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.”

(Sumber: https://ofm.or.id/santo-laurentius-dari-brindisi/)