Senin, 06 Agustus 2018

17.58 -

Mrk 6:30-34

Sarapan Pagi
Agar Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Minggu, 22 Juli 2018: Hari Minggu Biasa XVI - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yer 23:1-6; Mzm 23:1-3a, 3b-4, 5, 6; Ef 2:13-18; Mrk 6:30-34

Sabtu, 9 Februari 2019: Hari Biasa IV - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Ibr 13:15-17, 20-21; Mzm 23:1-3a, 3b-4, 5, 6; Mrk 6:30-34



Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: (1) "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" 

Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. 



Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka (2) seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.


Renungan


1. Perlunya ketenangan dalam hidup

(1) Ketenangan dapat membantu manusia untuk mengendapkan segala kegiatan atau peristiwa yang telah dilakukan serta melihat persoalan yang dihadapi. Bahkan ketenangan mampu menyegarkan jasmani dan rohani yang kelelahan. Lebih dalam lagi, ketenangan membantu kita mendengarkan suara Tuhan.

Sayangnya, banyak orang menghindari ketenangan. Hal yang dicari adalah hiruk-pikuk dan keramaian yang memberi penghiburan sesaat. Maka, tidak heran kalau banyak orang yang jatuh dalam dosa, entah dosa lidah atau perbuatan  Mereka tidak lagi mampu mendengar suara Tuhan yang membimbing kepada kebenaran.


Tuhan Yesus memberkati.



2. Belas kasih menguatkan keadilan

Apa yang terjadi bila ada kelompok domba yang tak bergembala? Mereka gampang kaget, gampang dimakan binatang buas, gampang tersesat, gampang kelaparan. Singkat kata, mereka selalu ada dalam bahaya.

Orang-orang yang tidak memiliki pegangan hidup (2) disebabkan oleh banyak hal. Antara lain, mereka tidak punya keyakinan hidup, atau tidak memiliki pekerjaan tetap, atau sakit tetapi tidak memiliki biaya untuk berobat, atau kehilangan kepala keluarga yang menopang hidup keluarga, atau kehilangan kebebasan hidup karena dipenjara, dan sebab-sebab lainnya.

Apabila kita menjumpai mereka, dan kita tidak berbuat apa-apa bahkan menjauhi mereka, maka kita sudah berbuat ketidakadilan. Jadi, keadilan bukan hanya perkara sengketa tetapi juga perkara kemanusiaan.

Sebagai orang Katolik, kita memiliki figur pelaku keadilan, yaitu Yesus Kristus. Yesus berbuat adil ketika Ia memberi makan orang yang lapar, menyembuhkan orang yang sakit, membebaskan orang yang kerasukan setan, walaupun Yesus tidak mengenal asal-usul mereka sama sekali. Yesus berbuat adil bagi mereka yang menderita karena Ia tergerak oleh belas kasihan.

Dapatkah kita berlaku adil seperti yang diminta Tuhan kepada kita? (Yer 23:5). Tentu saja bisa. Apabila belas kasih kita miliki maka perbuatan adil mudah kita lakukan. Sumber belas kasih dalam hidup kita adalah belas kasih Tuhan terhadap hidup kita sendiri.

Tuhan Yesus memberkati.