Sabtu, 11 Agustus 2018

02.51 -

Mat 6:7-15

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 21 Juni 2018: PW St. Aloysius Gonzaga, Biarawan - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Sir 48:1-14; Mzm 97:1-2, 3-4, 5-6, 7; Mat 6:7-15; RUybs.


1. Doa dan pengampunan 
merupakan kebutuhan pokok manusia

Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.

Karena itu berdoalah demikian: (1) Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]

Karena (2) jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

Renungan:

Dengan berdoa kita yang papa ini datang kepada Tuhan untuk memuji nama-Nya serta “curhat” kepada Dia tentang keadaan kita yang sesungguhnya. Kita yakin bahwa Bapa mencintai kita dan senantiasa mendengarkan doa kita. Karena itu yakinlah bahwa dalam doa kita selalu mendapatkan sesuatu. 

Ketika doa kita dikabulkan, Tuhan menambah iman kita, ketika Tuhan belum mengabulkan doa kita, Dia menambah kesabaran kita, ketika Tuhan menjawab, tetapi jawaban itu tidak sesuai dengan harapan kita, sesungguhnya Dia telah memilih yang terbaik untuk kita.

(1) Inilah doa yang paling populer di hati umat Kristiani. Doa ini mengajak kita untuk berani jujur dan konsekuen dengan tindakan kita sendiri kepada Bapa dan sesama. Kita bukan hanya meminta, tetapi permintaan kita juga dilandasi oleh iman yang dalam akan kebaikan dan belas kasih Allah sebagai Bapa kita.

Di dalam doa Bapa Kami, kita diajak untuk melihat diri kita dalam hubungan dengan Bapa dan sesama. Ada tujuh permohonan, tiga permohonan pertama berupa harapan agar Bapa dimuliakan, kerajaan-Nya datang, dan kehendak-Nya terjadi. Empat permohonan selanjutnya diarahkan untuk diri sendiri, berupa mohon rejeki, mohon pengampunan, mohon agar dijauhkan dari cobaan, dan mohon agar dibebaskan dari yang jahat. 

(2) Kita juga membutuhkan pengampunan Tuhan. Ketika memohon pengampunan Tuhan, kita menegaskan dalam doa bahwa diri kita tidak bisa hidup tanpa kerahiman-Nya. Pengampunan Tuhan itu seiring-sejalan dengan pengampunan yang kita berikan kepada sesama kita. 

Dengan kesadaran diri yang mengampuni ini, kita menegaskan kenyataan diri kita yang rapuh dan mulia sekaligus. Kita menyadari bahwa hubungan kita seorang dengan yang lain mempunyai ketegangan atau resiko kegagalan yang bisa mempengaruhi produksi kasih yang tulus diantara kita. 

Kita meyakini pula bahwa manusia itu mulia karena bisa mengampuni. Artinya, bisa membangun kembali relasi yang sehat dengan sesama diatas kenyataan hidup yang ternodai.

Tuhan Yesus memberkati.