23.49 -
*Kelemahlembutan*
Kelemah-lembutan mendatangkan kuasa
Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23).
Banyak orang Kristiani yang telah keliru memahami definisi Alkitab dari kata kelemahlembutan. Semua orang tahu bahwa Yesus lemah lembut, dan mereka biasanya menghubungkan kelemahlembutan-Nya dengan kemampuan-Nya untuk menderita aniaya tanpa melawan atau membalas sedikit pun.
Padahal kelemahlembutan sebenarnya mempunyai tiga definisi yang jauh lebih luas daripada hanya tidak membalas.
Menurut James Strong dalam bukunya "Strong's Exchaustive Concordance of the Bible", Orang yang lemah lembut mempunyai sikap (1) penuh penguasaan diri dan tidak cepat menyerang ataupun membalas (2) mempunyai roh dan cara berpikir yang rendah hati (3) mau diajar.
Ketiga atribut inilah yang membentuk buah Roh Kelemahlembutan dalam pribadi seorang yang beriman.
Fungsi pertama dari buah Roh kelemahlembutan adalah memampukan orang-orang beriman untuk mengembangkan roh penguasaan diri sehingga tidak mudah menyerang ataupun membalas (1 Ptr 2:19-20 » karena sadar akan kehendak Allah: berbuat baik, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung).
Banyak orang Kristiani masa kini yang menganggap mereka bersikap lemah lembut jika mereka tidak tersinggung bila ditegur oleh karena kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat.
Tetapi, sebenarnya kita tidak dapat menyamakan penderitaan seseorang yang telah membuat kesalahan atau melakukan kejahatan sebagai suatu kesempatan untuk menunjukkan kelemahlembutan. Kelemahlembutan terjadi bila seseorang tidak tersinggung ketika ia harus menderita karena hidup dalam kebenaran.
Orang yang benar lemah lembut memiliki penguasaan diri tidak mengeluarkan reaksi yang negatif walaupun ia dituduh, difitnah, disakiti, atau dianiaya. Kekuatan untuk menguasai diri sementara menderita ketidakadilan dimilikinya karena ia telah memupuk buah roh kelemahlembutan.
[Bil 12:1-13] Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush.
Kata mereka: "Sungguhkah Tuhan berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada Tuhan.
Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. Lalu berfirmanlah Tuhan dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: "Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan."
Maka keluarlah mereka bertiga. Lalu turunlah Tuhan dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya.
Lalu berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, Tuhan menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku.
Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa Tuhan. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?" Sebab itu bangkitlah murka Tuhan terhadap mereka, lalu pergilah Ia.
Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!
Lalu kata Harun kepada Musa: "Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami. Janganlah kiranya dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya." Lalu berserulah Musa kepada Tuhan: "Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia."
» Kelemahlembutan memberikan kekuatan dan penguasaan diri kepada Musa untuk tidak membalas dendam, membela diri ketika difitnah tetapi membiarkan Allah membenarkan dirinya.
Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi gunakanlah peristiwa-peristiwa yang membuat sakit hati dan ingin membalas dendam sebagai kesempatan bersyafaat bagi kepentingan orang lain.
Fungsi kedua dari buah kelemahlembuatan adalah membuat orang-orang beriman mampu hidup dalam roh dan pikiran yang rendah hati.
Seorang sarjana Alkitab terkemuka W.E Vine mengartikan kelemahlembutan sebagai "kebalikan dari sikap suka menonjolkan dan mementikan diri sendiri; sama sekali tidak memusatkan perhatian kepada diri sendiri." (Flp 2:3-4 » rendah hati: menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri, memperhatikan kepentingan orang lain juga).
Orang Kristiani yang mengembangkan buah Roh kelemahlembutan di dalam dirinya akan mendapatkan bahwa Ia mempunyai sikap baru, yakni kesejahteraan orang lain menjadi lebih penting daripada kesejahteraan dirinya.
Pada saat hal ini terjadi, orang Kristiani ini akan mendapatkan bahwa suatu rintangan besar yang sebelumnya membuat ia tidak bisa maju dalam kehidupannya telah hancur.
Sebagai contoh, jika ia menghadapi suatu pencobaan, umpamanya menderita suatu penyakit, ia tidak hanya akan mendoakan dirinya melainkan juga mendoakan orang lain yang sedang menghadapi cobaan yang sama.
Hanya kelemahlembutan bisa membuat seorang beriman memiliki pikiran yang rendah hati untuk mendahulukan kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain daripada kesejahteraan dan kebahagiaan dirinya sendiri.
[Kel 32:30-32] Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap Tuhan, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu."
Lalu kembalilah Musa menghadap Tuhan dan berkata: "Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis."
» Bagi Musa, keselamatan umat Allah sangat berharga sehingga ia rela mengorbankan keselamatannya sendiri.
Ditengah-tengah masyarakat saat ini yang selalu mementingkan diri sendiri, kita sangat perlu mengembangkan sikap kelemahlembutan ini.
Rasul Paulus menasihatkan “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” (Gal 6:1).
[Bil 20:7-12] Tuhan berfirman kepada Musa: "Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya."
Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan Tuhan, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya.
Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?"
Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.
Tetapi Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka."
Paulus menjelaskan sikap dan perlakuan yang Tuhan ingin kita lakukan terhadap orang-orang semacam itu adalah memimpin (= memperbaiki, menegur dan menasehati secara terus menerus dengan penuh kesabaran dan ketekunan) orang tersebut, meskipun telah berlangsung lama dan belum menunjukkan respon yang positif, tetapi tetap dengan kelemahlembutan, memimpinnya ke jalan yang benar.
Fungsi ketiga dari buah Roh kelemahlembutan adalah membuat orang-orang Kristiani mau menerima pengajaran Firman.
Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.’ (Yak 1:21).
Firman hanya dapat tertanam dalam hati kita bila kita lemah lembut. Penerimaan terhadap Firman "yang tertanam dalam hati" akan membuahkan "keselamatan jiwa"; yakni kemampuan untuk bertahan sampai pada akhirnya, berkemenangan, tidak dapat dikalahkan iblis. Kemampuan ini hanya dapat diperoleh jika kita memiliki roh yang mau diajar.
Pengajaran, kotbah, teguran maupun nasihat Firman Tuhan akan memperbarui pikiran kita.
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Tim 3:16).
Penghalang terbesar yang dihadapi orang Kristiani yang mau mengembangkan sikap roh yang mau diajar adalah adat istiadat manusia.
Suka atau tidak, ada hal-hal dalam adat istiadat yang sudah temurun diajarkan oleh orang tua kita harus dikikis agar kebenaran firman Tuhan dapat kita terima secara utuh. Ketika kita menuruti Roh kelemahlembutan maka hal ini bukanlah permasalahan yang sulit karena kuasa Tuhan lah yang membantu menjalani keputusan yang menurut kita berat tersebut.
Setelah kita mengerti akan fungsi dari Roh kelemahlembutan terus bertumbuh dalam hidup kita, maka pertanyaan selanjutnya yang harus dijawab adalah, "bagaimana cara menumbuhkannya?"
Setidaknya ada 3 cara, yakni pertama dengan melakukan puasa. Dengan berpuasa maka sebenarnya Anda sedang belajar untuk mengorbankan hal-hal yang penting dalam hidup Anda, dalam hal ini yang Anda korbankan adalah nafsu makan Anda.
Ketika Anda berhasil melaksanakannya sebenarnya itu dapat menjadi tolok ukur kemungkinan besar akan bersedia juga mengorbankan hal-hal lain yang dimilikinya bagi orang tersebut bila dianggapnya perlu.
Ingat, bahwa salah satu unsur dari Roh kelemah lembutan adalah penyangkalan diri, yang mencakup antara lain berpuasa atau tidak makan.
Cara kedua adalah dengan mengambil manfaat dari pengalaman padang gurun kehidupan.
Kehidupan Musa adalah contoh yang menunjukkan betapa Allah menunjukkan pengalaman-pengalaman padang gurun untuk mengembangkan kelemahlembutan dalam diri anak-anak-Nya.
Dan cara ketiga atau terakhir adalah melakukan penyangkalan diri. Kelemahlembutan merupakan kebalikan dari sikap mementingkan diri sendiri. Yesus ketika hidup sebagai manusia pun melakukan hal ini (Filipi 2:5-8).
Dia mengosongkan diri-Nya agar kehendak Allah tergenapi di bumi. Yesus menyangkal diri-Nya sendiri dan mau taat akan tugas yang diberikan Allah kepada-Nya. Hasilnya adalah saat ini hubungan antara manusia dengan Allah pun kembali tersambung.
Memiliki Roh kelemahlembutan di dalam diri seseorang adalah sebuah hal yang luar biasa. Dengan terus menerus mengembangkan buah kelemahlembutan maka orang tersebut sebenarnya akan semakin rendah hati terhadap setiap ajaran firman Tuhan.
Begitupun dengan Anda saat ini. Ketika Anda mau belajar mengembangkan buah kelemahlembutan, firman Tuhan yang Anda dengar dan baca akan membakar hati Anda untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan.
Miliki dan kembangan buah Roh kelemahlembutan itu sekarang dan jadilah orang yang menjadi pembawa kabar injil keselamatan itu kepada setiap orang yang Anda temui.
(Sumber: www.jawaban.com)