19.44 -
*Iman*
Warisan yang baik
Kakek dan nenek tidak memiliki banyak uang, tetapi mereka selalu berhasil membuat setiap Natal terasa berkesan bagi saya dan sepupu-sepupu saya.
Selalu ada banyak makanan, kegembiraan, dan kasih sayang. Selain itu sejak kecil kami belajar bahwa hanya Kristus yang membuat kami semua dapat merayakan Natal.
Kami juga ingin mewariskan hal yang sama kepada anak-anak kami. Saat berkumpul bersama keluarga pada Natal yang lalu, kami menyadari bahwa tradisi yang indah itu dirintis oleh kakek dan nenek kami.
Mereka berdua memang tidak meninggalkan warisan berupa uang, tetapi mereka dengan sungguh-sungguh menanamkan benih-benih kasih, rasa hormat, dan iman sehingga kami, cucu-cucu mereka—dapat meniru teladan mereka.
Dalam Alkitab, kita membaca tentang Nenek Lois dan Ibu Eunike yang meneruskan iman yang tulus ikhlas kepada Timotius (2 Tim. 1:5). Pengaruh mereka telah menyiapkan Timotius untuk mewartakan Kabar Baik kepada banyak orang.
Kita dapat menyiapkan warisan iman bagi orang-orang yang hidupnya kita pengaruhi dengan cara menjalani hidup dalam persekutuan yang erat dengan Allah.
Secara praktis, kita mewujudnyatakan kasih-Nya kepada orang lain ketika kita memberikan perhatian sepenuhnya kepada mereka, menunjukkan minat pada pemikiran dan tindakan mereka, dan berbagi hidup dengan mereka.
Kita bahkan dapat mengajak mereka untuk bersukacita bersama kita! Ketika hidup kita mencerminkan kasih Allah yang nyata, kita akan meneruskan warisan iman yang kekal dalam diri orang lain.
Wawasan:
Surat 2 Timotius adalah salah satu surat pribadi Paulus yang ditujukan kepada Timotius. Dalam pasal 1, Paulus sebagai seorang bapa rohani bagi Timotius, menantang anak rohaninya itu untuk mengobarkan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya.
Dalam pasal 2, sekali lagi Paulus menyemangati anak rohaninya untuk berdiri teguh di dalam iman dan bertumbuh dewasa di dalam Kristus.
Dalam pasal 3 ia memberikan peringatan tentang berbagai kesulitan yang akan datang, dan menasihati Timotius untuk terus berpegang erat pada pengajaran yang telah ia terima.
Dalam pasal penutup, Paulus menyatakan kerinduannya agar Timotius terus setia memberitakan Injil seperti dirinya. Ia mengakui adanya kekecewaan dan rasa sakit yang dideritanya akibat perbuatan beberapa orang, tetapi Tuhan telah memampukannya untuk tetap menghidupi dan meneruskan imannya kepada orang lain, sama seperti Eunike dan Lois yang setia menanamkan benih iman di dalam diri Timotius sejak kecil.
Sebagai hasilnya, Timotius, anak dan cucu mereka, kemudian menjadi seperti anak Paulus sendiri.—Bill Crowder
Bapa, kiranya aku meneruskan warisan iman yang baik bagi keluargaku ketika Engkau memakai diriku untuk menunjukkan kasih-Mu yang kekal.
Jika seseorang telah meneruskan warisan iman kepada Anda, teruskanlah warisan yang sama kepada orang lain.
(Our Daily Bread Ministries)