Senin, 20 Maret 2017

22.14 -

Memahami karakter anak

Pada saat anak pertama saya berusia 2 tahun, saya jadi pengajar BIAK. Dari pengalaman mengajar di BIAK, Tuhan mendidik saya untuk memahami karakter anak-anak.

Selain sebagai pengajar BIAK, saya juga mengikuti kegiatan di KPI TL. Di komunitas ini saya belajar firman Tuhan dan mendengarkan sharing-sharing saudara seiman. Melalui pengajaran dan sharing-sharing ini, saya memperoleh pengetahuan dan kekuatan dalam menjalani kehidupan ini, dan saya juga tahu bagaimana cara mendidik anak-anak saya dengan baik dan benar sesuai karakternya.

Dalam mendidik anak, saya sangat tegas. Puji Tuhan dengan berjalannya waktu Tuhan memampukan saya untuk memahami keunikan-keunikan yang ada dalam setiap karakter anak-anak saya.

Meskipun saya sangat tegas dalam mendidik mereka, tetapi mereka merasa nyaman untuk mengungkapkan segala permasalahannya pada saya. Hal ini terjadi karena saya selalu memohon hikmat-Nya dalam memberikan solusi pada mereka.

Tuhan mengaruniakan tiga orang anak kepada saya. Karakter anak pertama, pendiam, karakter anak kedua, agak tertutup dan sistematis, karakter anak ke tiga perfeksionis.

Saya ingin mensharingkan karakter perfeksionis dari anak ke tiga (Y), terhadap dirinya sendiri dia juga perfek.

Pada waktu kuliah semester 3, dia kurang mengerti tentang "struktur bangunan", katanya: "Mami, aku sudah berdoa dan sudah belajar, mengapa aku masih tidak bisa juga? Apakah Tuhan menghendaki aku mengalami kegagalan?”

Jawab saya: "Y, kalau berdoa tidak boleh memaksa Tuhan. Letakkanlah semua permasalahanmu pada-Nya. Papimu tidak menuntut nilai yang bagus sekali. Karena kami menyadari bahwa tidak semua pelajaran dapat kita kuasai. Ingatlah! di lapangan kerja itu tidak semua ilmu dipakai. Karena stres, pikiran tegang maka kamu tidak bisa memikir dan menjawab soal ujian dengan benar. Andai kata kamu tidak tegang, pikiran akan lebih terbuka dan akan ingat semua yang telah kamu pelajari."

Sesudah hasil ujian diumumkan, Y berkata pada saya: "Tuhan itu baik luar biasa, ujianku mendapat nilai C+, meskipun IP-ku turun, tetapi masih 3,2."

Y mempunyai jiwa kepemimpinan, di hampir di setiap kesempatan dia selalu menjadi pemimpin. Jika ada anggotanya yang tidak bisa bekerja sama sesuai dengan yang sudah ditetapkan, dia tidak segan-segan untuk menegurnya.

Suatu hari Y menceritakan tentang kegelisahannya menjadi ketua panitia lomba Earthquake di Universitas Petra. Saya menasehatinya: "Kalau kamu berbicara dengan nada marah, mereka tidak akan memahami apa yang kamu maksudkan. Janganlah menyalahkan orang lain. Meskipun jumlah peserta masih 12 grup saat ini, bersyukurlah, berdoalah minta hikmat Tuhan agar mencapat 40 grup sesuai dengan target yang telah ditentukan."

Dua minggu kemudian Y dengan gembira memberi tahu bahwa jumlah peserta yang daftar sudah 55 grup.

(Sumber: Warta KPI TL No. No.143/III/2017).