20.53 -
*Manusia"
Kemuliaan bagi Tuhan
Satu-satunya Allah yang benar ini telah mencipta dalam kebaikan-Nya dan “kekuatan-Nya yang mahakuasa” – bukan untuk menambah kebahagiaan-Nya, juga bukan untuk mendapatkan [kesempurnaan], melainkan untuk mewahyukan kesempurnaan-Nya melalui segala sesuatu yang Ia berikan kepada makhluk ciptaan ... (DS 3002).
Tuhan menciptakan segala sesuatu “bukan untuk menambah kemuliaan-Nya, melainkan untuk mewartakan dan menyampaikan kemuliaan-Nya (Santo Bonaventura).
Adalah kemuliaan Allah bahwa kebaikan-Nya menunjukkan diri dan menyampaikan diri. Untuk itulah dunia ini diciptakan. “Karena kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup; tetapi kehidupan manusia adalah memandang Allah.
Apabila wahyu Allah melalui ciptaan sudah sanggup memberi kehidupan kepada semua orang yang hidup di bumi, betapa lagi pernyataan Bapa melalui Sabda harus memberikan kehidupan kepada mereka yang memandang Allah” (Ireneus, haer. 4, 20, 7).
Tujuan akhir ciptaan ialah bahwa Allah “Pencipta akhirnya menjadi ‘semua di dalam semua’ (1 Kor 15:28) dengan mengerjakan kemuliaanNya dan sekaligus kebahagiaan kita” (AG 2) (KGK 293-294).
Dunia diciptakan demi kemuliaan Allah (DS 3025)
Marilah kita belajar dari Kel 12:29-42; 13:17-14:31:
[12:29] Pada tengah malam Tuhan membunuh tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung orang tawanan, yang ada dalam liang tutupan, beserta segala anak sulung hewan.
[31-32] Pada malam itu dipanggilnyalah Musa dan Harun, kata Firaun: “Bangunlah, keluarlah dari tengah-tengah bangsaku, baik kamu maupun orang Israel: pergilah, beribadahlah kepada Tuhan, ... Dan mohonkanlah juga berkat bagiku.”
» Menjadi pelaku firman tidaklah mudah, hanya tuntunan Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk mengasihi musuh dan berdoa bagi yang menganiaya kita (Mat 5:44).
[13:17] Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan yang paling dekat; sebab firman Allah: “Jangan-jangan bangsa ini menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir.”
Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau.
[21] Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.
[14:5] Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan berkatalah mereka: “Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?”
» mereka menyesal dengan keputusannya.
[9] Adapun orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka pada waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon.
[10] Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada Tuhan dan mereka berkata kepada Musa: “...”
[13] Berkatalah Musa pada bangsa itu: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu. ... Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.”
» Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan (Mzm 145:18).
Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka Tuhan mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya (Mzm 34:18-19).
Dia dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan dan pikirkan (Ef 3:20).
[15-18] Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat.
Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering.
Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, kereta dan orangnya yang berkuda, AKU AKAN MENYATAKAN KEMULIAAN-KU.
Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda.”
[19-20] Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu.
[21-22] Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu Tuhan menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.
[23] Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka – segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda – sampai ke tengah-tengah laut.
[24] Dan pada waktu jaga pagi, Tuhan yang ada di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: “Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir.”
[26] Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda.”
[27] Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah Tuhan mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. Demikianlah pada hari itu Tuhan menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut.
[31] Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan Tuhan terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada Tuhan dan mereka percaya kepada Tuhan dan kepada Musa, hamba-Nya itu.
Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik (Rm 2:9-10)
(Sumber: Warta KPI TL No.127/XI/2014 » Renungan KPI TL Tgl 6 November 2014, Dra Yovita Baskoro, MM).