00.06 -
*Sakramen Ekaristi*
Ekaristi sebagai Perjamuan Kudus
Doa silih Ekaristi yang indah yang diajarkan malaikat kepada ketiga anak gembala di Fatima
O Tritunggal Maha Kudus, Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Aku menyembah Engkau dengan khitmat,
dan aku mempersembahkan kepada-Mu
Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keilahian Yesus Kristus
yang paling berharga.
Yang hadir di dalam tabernakel di seluruh dunia,
sebagai silih atas pelanggaran, sakrilegi,
dan ketidakpedulian terhadap-Nya.
Dan berkat pahala tak terbatas
dari Hati-Nya Yang Maha Kudus
dan Hati Maria Yang Tak Bernoda.
Aku mohon dari-Mu pertobatan para pendosa yang malang.
Ekaristi adalah Sakramen Cinta yang melampaui segala tutur kata, pengurbanan diri secara total, memberi pelajaran tiada tanding mengenai kerendahan hati dan penghampaan diri, sehingga menghasilkan kesabaran dan dedikasi yang tak terbatas (menyatakan cinta, menghasilkan cinta – St. Thomas Aquinas),
Cinta yang memandang mesra dalam perjumpaan-Nya dengan jiwa-jiwa yang rindu berada “di dekat kaki-Nya” (Luk 10:39), yang hidup untuk menjadi pengantara kita di hadapan Bapa (Bdk Ibr 7:25).
Ekaristi mencapai hal ini dalam diri semua orang yang murni hatinya, yang menghampiri tabernakel kudus, dan yang dengan rendah hati dan penuh cinta menyatukan diri dengan Yesus yang hadir di dalam Hosti.
Sabda Allah dan Putra Maria itu satu dan sama. Dialah yang menderita disalib, yang hadir dalam Ekaristi, Yang memerintah di surga (iman Gereja – Paus Pius XII)Perayaan Ekaristi berlangsung sesuai dengan kerangka dasar yang tetap sama sepanjang sejarah hingga saat ini. Walaupun zaman berganti dan liturgi-liturgi beraneka ragam tetapi bentuk perayaan Ekaristi tidak berubah dalam intisarinya.
Kerangka dasar Perayaan Ekaristi terbagi atas dua bagian yaitu:
1. Ibadat Sabda (bacaan-bacaan, homili dan doa umat).
2. Upacara Ekaristi (dimulai dengan persembahan roti dan anggur, Doa Syukur Agung dan Komuni).
Menampilkan dua aspek misteri yang satu dan sama (KGK 1383)
- Kurban Kristus yang berupa pengulangan Kurban Kalvari.
- Perjamuan Kudus (Tuhan sendiri mau hadir secara sakramental dan memberikan diri-Nya sebagai makanan).
Kerangka dasar Perayaan Ekaristi ini ditentukan oleh Yesus sendiri tepat pada hari kebangkitan-Nya yaitu kisah pertemuan Yesus yang bangkit dengan Kleopas dan temannya dalam perjalanan dari Yerusalem ke Emaus (bdk Luk 24:13-35), sementara mereka dalam perjalanan, Yesus menjelaskan Kitab Suci (Bdk. Luk 24:27). Para Bapa Gereja melihat ini sebagai bagian Ibadat Sabda dalam Ekaristi.
Kemudian pada saat duduk makan bersama, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka (Mat 26:26-28). Bagian ini dilihat sebagai Upacara Ekaristi (Perjamuan Kudus). Menjadi jelas bahwa Yesus sangat menekankan pentingnya Perayaan Ekaristi. Mengapa demikian?
Karena tindakan-tindakan Yesus mengenai Ekaristi dilakukan-Nya di seputar sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya. Sedangkan sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya itu merupakan momen paling penting dan utama di dalam Misi Perutusan Yesus ke dunia (sebagai inti dari pewartaan Kristiani sekaligus inti hidup kristiani kita). Sebelum sengsara-Nya, Yesus membentuk Ekaristi, kemudian tepat pada hari kebangkitan (Luk 24:13) Yesus menetapkan kerangka dasar Ekaristi.
Setiap bagian di dalam Ekaristi mengandung arti dan fungsi yang berbeda-beda, hal mana menunjukkan betapa kayanya sakramen ini. Bagian-bagiannya merupakan satu rangkaian yang mempunyai kaitan satu sama lain.
Oleh karena itu, Gereja menganjurkan supaya umat dengan hikmat dan kesadaran penuh mengikuti Perayaan Ekaristi dari awal sampai selesainya.
Jangan kita berpikir bahwa dua bagian itu terpisahkan satu sama lainnya sehingga kita hanya mau mengikuti salah satunya saja, misalnya hanya mengikuti Upacara Ekaristi saja atau Liturgi Sabda saja. Kenyataan yang sering kita saksikan adalah banyak yang sudah pulang sebelum berkat dan lagu penutup.
Apakah hidangan yang disiapkan Tuhan bagi kita dalam Perjamuan Kudus? ... Daging-Ku adalah benar-benar makanan dan Darah-Ku adalah benar-benar minumam..., barang siapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku (Yoh 6:55-56).
Apa yang dikatakan Yesus ini menyangkut sendi dasar kehidupan rohani karena santapan jiwa itu menyentuh soal hidup ilahi yang tentu saja dibutuhkan oleh setiap jiwa.
Baik roti maupun anggur menjadi Yesus Kristus yang utuh, Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keilahian-Nya. Maka orang yang menerima Komuni dalam salah satu rupa, menerima Kristus secara utuh dan seluruhnya – Kristus tetap satu tidak terbagi.
Syarat untuk menerima Komuni yang pantas:
- Orang harus dalam keadaan berahmat.
Santo Paulus mengajak kita supaya mengadakan pemeriksaan batin. Oleh karena itu, barang siapa yang berdosa besar, ia harus menerima Sakramen Tobat lebih dahulu sebelum menerima Komuni.
Kalau seseorang dalam keadaan dosa berat kemudian menyambut Komuni maka ia menambah dosa bagi dirinya sendiri (dosa sakrilegi).
- Harus dengan rendah hati mengatakan kita tidak layak, tetapi karena rahmat Allah, kita dilayakan oleh-Nya.
- Penyambut Komuni harus melaksanakan puasa sesuai aturan gereja (berpuasa dari semua makanan dan minuman kecuali air putih dan obat selama satu jam sebelum penerimaan Komuni).
- Mengikuti Misa dengan khusuk.
- Hendaklah sikap kita dalam gerak-gerik dan cara berpakaian menunjukkan penghormatan kepada Sang Tamu Ilahi itu.
Meskipun kita sudah berusaha mempersiapkan diri sesuai petunjuk-petunjuk di atas, perlu disadari bahwa kita sebagai manusia memiliki keterbatasan dan tidak luput dari cacat cela.
Maka dari itu sebelum Komuni kita mohon kepada Tuhan supaya:
- Dibebaskan dari segala yang jahat dan kemalangan, hal ini kita doakan dalam doa Bapa Kami.
- Dibebaskan dari perselisihan dan permusuhan serta memohon supaya jangan memperhitungkan dosa tapi memperhatikan iman gereja dan mohon restu supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai kehendak Allah (Doa Damai).
- Mohon pengasihan kepada Anak Domba Allah dan mohon damai dari-Nya (Anak Domba Allah).
Setiap penerimaan Komuni Kudus meningkatkan rahmat pengudus yang membuat jiwa kita kudus dan berkenan di hati Allah – memberi jiwa kita keindahan supra-alami yang melampaui keindahan alam yang paling indah (memberikan rahmat yang memampukan kita mematuhi perintah-perintah-Nya).
Tidak beda dengan zaman Yesus, sampai saat ini masih banyak orang yang tidak dapat memahami Ekaristi sebagai Tubuh dan Darah Yesus yang merupakan makanan ilahi yang setiap hari diberikan Yesus untuk menambah kekuatan iman. Bahkan masih banyak yang belum mengerti hal ini, sehingga mereka mengambil langkah dengan meninggalkan Gereja Katolik. Mungkin mereka hanya mencari Yesus yang dapat memuaskan secara jasmani/untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosionalnya/alasan lain.
Makna dan manfaat kebenaran iman yang menakjubkan ini, telah terbukti memberikan banyak makna rohani bagi kehidupan iman umat seantero dunia.
- Mujizat Ekaristi dapat memperteguh iman orang yang sering ragu-ragu dan bimbang akan hal ini, dengan itu mereka menjadi lebih percaya.
- Mendorong segenap umat beriman meningkatkan devosi dan penghormatan yang mendalam terhadap Sakramen Maha Kudus.
- Membangkitkan kesadaran akan perlunya tindakan pemulihan dan silih terhadap sikap/tindakan yang salah/kurang hormat terhadap Sakramen Maha Kudus, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja telah dilakukan selama ini.
- Sebagaimana pengalaman para kudus, demikian pun kita, melalui mujizat Ekaristi diberi kesempatan untuk menyaksikan keajaiban dan mengalami Pesona Ekaristi dalam perkembangan hidup iman kita. Hal ini merupakan salah satu kesaksian Allah kepada manusia tentang salah satu kebenaran dasar dan misteri luhur dalam Gereja Katolik. Dengan iman kita sungguh diteguhkan.
Viatikum (Komuni Kudus terakhir) adalah bekal perjalanan hidup di dunia ke alam hidup sesudah mati.
Sering, tanpa pikir, kita begitu cemas mencari dokter untuk merawat seorang sakit, baru akhirnya memanggil imam pada menit-menit terakhir ketika si sakit, barangkali, tidak mampu lagi menerima sakramen-sakramen dalam keadaan sadar, atau bahkan tidak dapat menerimanya sama sekali.
Betapa bodoh, betapa tidak bijaksana kita! Karena lupa memanggil imam pada waktunya, kita mengabaikan keselamatan orang yang menghadapi ajal, dan tidak memberi dia dukungan serta bantuan besar yang ia perlukan pada saat-saat terakhir hidupnya?
(Sumber: Warta KPI TL No. 17/IX/2005).