Jumat, 03 Maret 2017

05.17 -

Tindakan kecil dalam iman mampu mengubah sebuah bangsa



Sejak kecil kehidupan keluarga kami serba sulit. Pada suatu ketika kami mendapat kabar baik karena ada seorang wanita yang baik hati meminjamkan salah satu standnya di Pasar Turi secara gratis untuk ayah saya, bahkan beliau juga memberikan baju-baju konveksi sebagai modalnya. 

Sejak saat itu kehidupan kami mulai membaik, ibu saya menjaga stand di pasar Turi, ayah saya berkeliling ke luar kota untuk menjajakan dagangan. Ibu saya sangat berbahagia mempunyai toko, karena beliau mempunyai impian, yaitu dapat menyekolahkan anak-anaknya sehingga tidak buta huruf seperti dirinya.

Tetapi pada suatu hari kami mendapat kabar buruk, Pasar Turi terbakar, termasuk stand yang dipinjamkan itu. Bon-bon luar kota yang tersimpan di toko itu juga terbakar, ayah saya berusaha menagihnya tanpa bon, tetapi para pelanggan tidak ada yang mau membayarnya. 

Menghadapi hal ini, ayah saya stress berat sehingga beliau harus masuk rumah sakit. Beberapa hari kemudian, kakak sulung saya juga masuk rumah sakit karena sakit lever. Kehidupan kami benar-benar jatuh dan tertimpa tangga. 

Segala-galanya yang menimpa dirimu terimalah sajadan hendaklah sabar dalam segala perubahan kehidupanmu. Sebab emas diuji di dalam api, tetapi orang yang kepadanya Tuhan berkenan dalam kancah penghinaan (Sir 2:4-5).

Singkat cerita, dengan doa dan bekerja keras, akhirnya Tuhan membuka pintu dan mengangkat saya menjadi kepala pimpinan sebuah bank devisa (Lih. [Luk 1:26-38] Teladan Maria) pada usia yang muda (24 tahun). Pada usia 27 tahun saya sudah mempunyai rumah, ruko, dan deposito, bahkan bisa mencicil sebuah villa.

Saya menyadari bahwa tidak ada seorangpun yang tertarik menjadi pasangan saya. Tiba-tiba Tuhan memberikan hikmat kepada saya untuk mengubah karakter saya

Dengan pertolongan-Nya, saya dimampukan untuk berkata-kata bijaksana dan berkata-kata yang membangun, selalu mengalah dan melakukan perbuatan baik selama ada kesempatan

Perubahan hidup dan sikap hati inilah yang menjadikan banyak pria tertarik pada saya, padahal sebelumnya tidak ada satupun pria yang mendekati saya. 

Akhirnya saya menemukan pasangan hidup yang sesuai dengan harapan saya, yaitu yang mengerti listrik. Calon suami saya mengikuti katekumen selama setahun, akhirnya dia dibaptis secara Katolik. Saya sungguh-sungguh merasa bahagia karena mempunyai pasangan yang saya idam-idamkan. 

Tetapi sehari sebelum resepsi pernikahan, kami mendapat kabar buruk, bisnis calon suami saya yang berada di Jayapura mengalami kebangkrutan karena ditipu. Meskipun mendapat kabar buruk ini, kami tetap melangsungkan resepsi pernikahan walaupun dengan hati galau.

Rumah mertua saya hendak disita oleh bank sehingga mertua dan suami saya mengalami stress berat. Menghadapi masalah ini suami saya tidak minta pertolongan saya, tetapi dia hanya mengandalkan doa saja kepada Tuhan

Saya juga berpikir: “Masalah ini bukan tanggung jawab saya, tetapi tanggung jawab suami saya dan keluarganya.” 

Saya bersyukur mempunyai kakak perempuan yang bijaksana. Pada waktu saya minta saran atas pergumulan saya, katanya: “Dik, bantulah mertuamu, tetapi jangan semua uang yang kamu miliki, karena perjalanan hidupmu masih panjang. Selain itu mami juga masih membutuhkan biaya untuk kesehatannya.” Demikian pula ibu saya, memberikan saran yang sama kepada saya.

Tiba-tiba saya teringat akan janji perkawinan (untung dan malang, sehat dan sakit). Lalu saya berlutut di hadapan Tuhan: “Tuhan, apa yang harus aku lakukan!” 

Saya mendengar suatu teguran yang sangat jelas di hati saya: “Ini adalah sebuah kesempatan yang baik untuk menjadi ‘penolong’. Suamimu lebih berharga dari semua uang/harta yang kaumiliki, bahkan suamimu lebih berharga dari uang yang akan kau cari nanti!” 

Teguran ini benar-benar menyadarkan saya dari kesalahan saya, yaitu keterikatan dengan uang yang selama ini membelenggu hidup saya, karena masa kecil saya yang tidak menyenangkan. 

Akhirnya hati saya tergerak untuk menjadi penolongnya, dengan sukacita saya rela untuk menjual ruko yang saya miliki, saya serahkan modal kerja saya, bahkan uang pesangon yang demikian besar jumlahnya dari Bank saat saya berhenti bekerja. 

Semua uang yang ada pada saya, saya serahkan suami saya, saya benar-benar mau menjadi penolong baginya, karena dia benar-benar sangat berharga bagi saya

Meskipun saya sudah merelakan segala hal yang saya miliki, ternyata untuk menebus rumah mertua masih kurang Rp 50 juta. Tiba-tiba Tuhan juga menggerakkan hati kakak saya untuk memberi bantuan sebesar Rp 50 juta

Untuk memulai usaha saya, maka saya menjual simpanan emas saya. Akhirnya, dalam waktu singkat Tuhan memberkati pekerjaan saya sehingga saya mempunyai modal lagi, bahkan saya berencana untuk membawa mertua saya ke Hongkong untuk bertemu dengan kakaknya yang terpisah sejak tahun 1965.

Saya sangat bangga dengan suami saya, dulu dia bagaikan seekor anak ayam, sekarang dia bagaikan seekor rajawali yang mampu terbang tinggi berkat permasalahan yang dihadapinya. 

Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapatkan kekuatan barumereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesumereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes 40:31).

Suatu hari saya mendengar kotbah tentang “Pemulihan, yaitu dimulai dari berdamai dengan diri sendiri”. 

Ketika mendengar kotbah itu, hati saya ditegur oleh-Nya untuk mau melepaskan semua keterikatan saya dengan cara mengampuni semua orang yang menyakiti hati saya

Saya berpikir “hanya orang-orang yang baru saja menyakiti hati saya”, ternyata bukan. Kata-Nya: “Sejak berusia tiga tahun, kamu sudah mengerti. Saat itulah mulai adanya dosa pikiran yang berasal dari perkataan yang menyakitkan hati.” 

Setelah mendengar teguran itu, saya membuat daftar nama orang-orang yang saya kenal, mulai dari sejak kecil, TK, SD, teman-teman, tetangga, dan keluarga yang menyakiti hati saya. 

Setelah saya doakan, namanya saya beri tandaKetika bertemu dengannya, saya belajar untuk melihat reaksi sikap hati saya, apakah saya masih membencinya

Jika saya sudah bisa mengampuni dengan tulus, hati saya terasa nyaman ketika berjumpa dengannya, selain itu saya juga bisa tersenyum dengan tulus kepadanya, serta di hati saya ada perasaan belas kasihan karena dia mempunyai karakter buruk akibat dari latar belakang keluarganya, masih terbelenggu dengan masa lalunya

Jika hati saya belum merasa nyaman ketika berjumpa dengannya maka saya mohon rahmat agar dimampukan untuk mengampuninya

Setelah saya mengalami pemulihan, saya memohon rahmat-Nya agar selalu dapat berkomunikasi dengan-Nya dalam setiap kegiatan yang saya lakukan. Sejak saat itu saya mengalami kehidupan Kristiani yang seimbang, artinya saya bisa mendengar suara-Nya.

Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (Yoh 10:14).

Marilah kita belajar dari 2 Raj 5:1-15

[1] Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia Tuhan telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta

» Naaman sebagai orang yang terpandang dan sangat disayangi raja Aram, dia pasti diperhatikan seluruh kebutuhannya, termasuk mendapatkan pengobatan yang terbaik di negeri itu, tetapi pengobatannya belum berhasil. 

[2-3] Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada istri Naaman

Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.”

» Anak perempuan ini adalah pelayan yang tidak punya status sehingga dia tidak mungkin dapat bertemu langsung dengan Naaman, panglima tentara yang terpandang. Maka dia bersaksi melalui istri Naaman

[4-7] Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya, katanya: “Begini-begitulah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu.” 

Maka jawab raja Aram: “Baik, pergilah dan Aku akan mengirim surat kepada raja Israel.” 

Lalu pergilah Naaman dan membawa sebagai persembahan sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian. 

Ia menyampaikan surat itu kepada raja Israel, yang berbunyi: “Sesampainya surat ini kepadamu, maklumlah kiranya, bahwa aku menyuruh kepadamu Naaman, pegawaiku, supaya engkau menyembuhkan dari penyakit kustanya.” 

Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta berkata: “Allahkah aku ini yang dapat mematikan dan menghidupkan, sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? 

Tetapi sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku.” 

» Raja Israel sangat marah (mengoyakkan pakaian), dan dia membuat kesimpulan yang salah, dikiranya raja Aram mengajaknya berperang. Karena tidak mampu mendengar pesan Tuhan, maka pesan yang baik melalui anak perempuan ini akhirnya terjadi salah paham

[8] Segera sesudah didengar Elisa, abdi Allah itu, bahwa raja Israel mengoyakkan pakaiannya, dikirimnyalah pesan kepada raja, bunyinya: “Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel.” 

» Elisa berani menegur rajanya dan dia mampu melihat rencana Tuhan, sehingga orang tahu kebesaran Tuhan. 

[9-12] Kemudian datanglah Naaman dengan kudanya dan keretanya, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa. 

Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.” 

Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata: “Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku. Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?” Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati 

» Naaman datang dengan segala atribut kesombongannya, dengan apa yang telah dicapainya dalam hidupnya. Tuhan mau mencurahkan berkat-Nya melalui Nabi Elisa, melalui orang suruhan Elisa, tetapi dia tidak mau bersikap seperti anak kecil yang pasrah sehingga dia tidak mampu menangkap pesan itu, dia hanya memakai logikanya, dia mencelanya. 

[13-14] Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya: “Bapak, seandainya nabi itu menyuruh pekara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.” 

Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir 

» Ketika ditegur pegawai-pegawainya, Naaman menyadari kekeliruannya. Dia melakukan hikmat itu sehingga dia mengalami pemulihan secara sempurna. Jadi, hikmat dapat datang melalui siapa saja, tidak melihat status (Mat 11:25).

[15] Kemudian kembalilah ia dengan seluruh pasukannya kepada abdi Allah itu. Setelah sampai, tampillah ia ke depan dan berkata: “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!” 

» Naaman memberikan pengakuan bahwa “tidak ada Allah kecuali di Israel” sehingga seluruh negeri Aram percaya bahwa tidak ada Allah kecuali di Israel.

(Sumber: Warta KPI TL No.118/II/2014 » Renungan KPI TL tgl 5 Septemberi 2013, Ibu Kusuma)