Kamis, 12 Januari 2017

Jemaat Filadelfia



Ada seorang anak Tuhan yang mau pergi ke sebuah desa lain. Orang-orang disekitarnya melarang dia untuk pergi karena hari sudah gelap dan hujan gerimis. Tetapi dia tetap pergi tanpa menghiraukan nasehat orang-orang disekitarnya. Lalu dia berangkat dengan membawa obor.

Singkat cerita, di tengah perjalanan terjadi hujan angin dan obornya mati. Dalam kebingungannya dia berpikir: “Jika aku meneruskan perjalananan, ada kemungkinan aku masuk jurang. Jika aku balik pulang, jaraknya sudah terlalu jauh. Jika aku berhenti, aku akan disambar petir karena di tempat ini tidak ada pohon.” 

Akhirnya dia memutuskan untuk meneruskan perjalanannya ke desa tersebut. Tetapi di tengah perjalanan dia terpeleset, terjatuh terguling-guling. Dengan sekuat tenaga dia dapat menyambar akar pohon sambil berdoa: “Tuhan, kirimkanlah malaikat-malaikat-Mu untuk menolongku.”

Tuhan menurunkan malaikat-Nya ke bumi. Dan terjadilah dialog antara malaikat (M) dan orang tersebut (O). 

M: “Lepaskan tanganmu!” O: “Nggak bisa, bawahnya jurang! Kan kamu punya kuasa, cepatlah tolong aku!” 

M: “Ya, tetapi perintah Tuhan hanya itu.” O: “Kenapa Tuhan memerintahkan itu?”

M: “Saya nggak tahu. Kalau kamu mau selamat, turutilah perintah Tuhan, yaitu: melepaskan tanganmu.”

Orang itu tidak mau menuruti kata-kata malaikat, karena dia merasa perintah itu tidak masuk diakal. Pikirnya “aku akan menunggu sampai pagi, jika memang Tuhan tidak sanggup menolongku.” - memakai kekuatannya sendiri.

Lalu Tuhan mengirim rombongan semut yang masuk ke badannya dengan harapan dia mau melepaskan tangannya dari akar pohon. 

Tetapi dia tetap pegang erat-erat akar pohon tersebut. Tuhan kirimkan lagi dua kalajengking untuk menyengat tubuhnya, lagi-lagi dia tidak mau melepaskan tangannya dari akar pohon itu. 

Tuhan kirimkan lagi seekor ular yang melilit-lilit tubuhnya, tetapi dia menahan nafas sehingga ular itu pun pergi.

Pikirnya: “Apa pun yang terjadi, aku akan bertahan sampai fajar menyingsing.”

Akhirnya tibalah pagi, dia memanjat akar pohon itu dan ingin melihat seberapa dalamnya jurang itu. Ternyata ... jaraknya hanya satu meter dari tanah.

Kita pun seringkali berbuat tidak taat seperti orang tersebut, ketika pertolongan Tuhan tidak sesuai dengan yang kita harapkan/tidak sesuai dengan akal budi kita. 

Maka dalam menghadapi segala peristiwa, belajarlah hening dan refleksikan kehidupan. Taatlah pada perintah-Nya, karena Dia tahu semua peristiwa yang kita alami. Ingatlah, pertolongan-Nya tidak pernah terlambat.

Marilah kita belajar dari Why 3:7-13

[7] "Dan tuliskanlah kepada malaikat (1) jemaat di Filadelfia: (2) (A) Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, (B) yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.

» (1) Pada zaman diturunkannya Wahyu kepada Yohanes, Filadelfia adalah suatu kota kecil di sebelah tenggara Sardis.

(2) Yesus Kristus memperkenalkan diri 

(A) gelar-gelar Allah Bapa digunakan untuk Kristus juga (Why 6:10); yang benar berarti: perkataannya dapat dipercayai. 

(B) Rahasia untuk diberkati dalam kehidupan bukan tergantung kepada kekuatan dan bukan karena keinginan manusia tetapi tergantung Tuhan (Why 3:7 = Yes 22:22). 

Jadi, kita tinggal masuk dan tidak perlu kekuatan apa pun dari kita, cukup bagi kita untuk menuruti firman-Nya dan tidak menyangkal nama-Nya. 

[8] Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.

» Tuhan tahu kekuatan kita tidak seberapa untuk melahirkan sebuah terobosan. Maka Dia berjanji akan membuka semua pintu yang kita perlukan, jika kita taat pada firman-Nya. 

Lihatlah, betapa rendah hatinya Tuhan, bukan pelayan yang membukakan pintu tetapi Dia Yang Maha Kuasa yang membukakan pintu bagi kita. Maka hendaknya kita pun belajar pada-Nya agar segambar dan serupa dengan-Nya.

Seringkali kita tidak taat pada firman-Nya tetapi ingin mengalami terobosan besar... akhirnya kita terpental seperti bola.

[9] Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau.

» Orang-orang yang yang lebih mengikuti perasaannya di dalam kemarahannya/kebenciannya/iri hatinya/kepahitan hatinya dll., maka mereka tidak mampu mendengar suara Tuhan sehingga mereka disebut jemaat Iblis. 

Meskipun selalu direndahkan karena mempunyai kekuatan yang tidak seberapa, janganlah membalas. Karena pembalasan itu adalah hak Tuhan. 

Tuhan akan campur tangan/membuat skenario sedemikian rupa untuk kebaikan kita, Dia akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kaki kita. Dan mereka akan mengetahui bahwa Tuhan sangat mengasihi kita.

[10] Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.

» hari pencobaan artinya bujukan-bujukan si antikrist, malapetaka-malapetaka yang akan menimpa dunia, dan yang dapat menyebabkan manusia meninggalkan Allah. 

[11] Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorang pun mengambil mahkotamu.

» Jemaat Filadelfia sama seperti jemaat Kristen di dunia, harus tetap berikhtiar/berusaha kalau mau mendapat tanda kemenangan (Why 3:11 = Why 2:10). 

Kita diminta untuk bersabar dalam menghadapi penderitaan. Jadi, setialah pada pribadi Allah, bukan pada berkat-berkat-Nya. Contoh: St. Monika sepertinya pintu tertutup untuk pertobatan anaknya, ternyata Tuhan membukakan pintu tepat waktu.

[12-13] Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

» sokoguru = penopang, diam saja tidak bergerak/bergeser. Jika bergerak/bergeser, maka akan rusak semuanya. Panggilan sebagai sokoguru ini adalah panggilan yang cukup berat. Panggilan menjadi sokoguru ini adalah panggilan yang berat. 

Ciri-ciri sokoguru: tidak banyak bicara, tidak banyak berbuat apa pun, tenang, diam dan tekun, tapi dia sadar bahwa ini bagiannya. 

Dari situ orang berkata: “Wah, kalau tidak ada dia, bagian itu akan goyang semuanya.” Jadi, untuk menjadi sokoguru itu membutuhkan loyalitas yang sangat kuat dan butuh kekuatan yang hebat. 

Kalau Tuhan menjadikan kita sokoguru di dalam rumah tangga/kantor/ komunitas/gereja, itu berarti tugas kita diam saja dan akan didandani secara luar biasa oleh Tuhan.

Orang yang mempunyai daya tahan luar biasa dan ketekunan yang hebat, tetapi loyalitasnya rendah, seringkali menjadi orang yang sombong.

Jadi kalau kita sadar dipanggil sebagai sokoguru, kita harus setia dan tidak menyia-nyiakan kepercayaan itu. Itu adalah suatu kehormatan yang Tuhan berikan kepada kita.

(Sumber: Warta KPI TL No. 64/VIII/2009 » Renungan KPI TL tgl 16 Juli 2009; Warta KPI TL No. 92/XII/2011 » Renungan KPI TL tgl .3 November 2011, Dra Yovita Baskoro, MM; Wahyu Yohanes, Dr. J.J.de Heer).