Kamis, 12 Januari 2017

Jemaat Sardis



Hambatan besar yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sampai tuntas adalah kurang serius/pekerjaan itu tidak berharga/pekerjaan itu dianggap mainan

Sejak dalam kandungan, Simson sudah mendapat visi dari Tuhan, yaitu: menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Filistin. Simson menjadi besar, Tuhan memberkatinya dan hatinya digerakkan oleh Roh Allah (Hak 13:5, 24-25). 

Agar dapat menjalankan visi itu, Tuhan mengizinkan Simson mencari gara-gara terhadap orang Filistin

Dia mengambil seorang gadis Filistin menjadi istrinya. Dalam perjamuan di sana dia mengatakan suatu teka-teki, dan menjanjikan hadiah tiga puluh pakaian lenan dan tiga puluh pakaian kebesaran jika dapat menjawab teka-tekinya dalam waktu tujuh hari. Tetapi jika mereka tidak dapat menjawabnya, maka mereka harus membayarnya pada Simson. 

Pada hari ketiga orang Filistin tidak dapat menjawab teka-teki itu, maka mereka mengancam akan membakar istri Simson beserta seisi rumahnya jika istri Simson tidak berhasil membujuk suaminya agar memberitahu jawab teka-teki tersebut. 

Simson tidak tahan dengan rengekan istrinya, maka diberitahukan jawaban teka-teki tersebut. Pada hari yang ketujuh orang-orang Filistin dapat menjawab teka-teki tersebut. Marahlah Simson, lalu pulang, diberikanlah istrinya kepada kawannya

Beberapa waktu kemudian dia mengunjungi istrinya. Tetapi ayah perempuan itu tidak membiarkan dia masuk. Maka pergilah Simson, ditangkapnya tiga ratus anjing hutan, diambilnya obor, diikatnya ekor dengan ekor dan ditaruhnya sebuah obor di antara tiap-tiap dua ekor

Kemudian dinyalakannya obor itu dan dilepaskannya anjing-anjing hutan itu ke gandum yang belum dituai kepunyaan orang Filistin, sehingga terbakarlah tumpukan-tumpukan gandum dan gandum yang belum dituai dan kebun-kebun pohon zaitun. 

Berkatalah orang Filistin: Siapakah yang melakukan ini?” Orang menjawab: “Simson...” kemudian pergilah orang Filistin ke sana dan membakar perempuan itu beserta ayahnya

Lalu berkatalah Simson kepada mereka: “Jika kamu berbuat demikian, sesungguhnya aku takkan berhenti sebelum aku membalasnya kepadamu.” (Hak 14-15).

Pada suatu kali Simson jatuh cinta kepada Delila. Datanglah raja-raja kota orang Filistin kepada perempuan itu sambil berkata: “Cobalah bujuk dia untuk mengetahui karena apakah kekuatannya demikian besar, dan dengan apakah kamu dapat mengalahkan dia dan mengikat dia untuk menundukkannya. Maka kami masing-masing akan memberikan seribu seratus uang perak kepadamu.” 

Lalu berkatalah Delila kepada Simson: ”Ceritakanlah kiranya, karena apakah kekuatanmu demikian besar, dan dengan apakah engkau harus diikat untuk ditundukkan?” Jawab Simson kepadanya: “...” 

Berkatalah perempuan itu kepadanya: “... telah tiga kali engkau mempermainkan aku dan tidak mau menceritakan kepadaku...” Setelah berhari-hari merengek dan terus mendesak, Simson akhirnya menceritakan segala isi hatinya.

Sesudah itu dibujuknya Simson tidur dipangkuannya, lalu dipanggilnya seorang dan disuruhnya mencukur ketujuh rambut jalinnya, sehingga mulailah Simson ditundukkan oleh perempuan itu, sebab kekuatannya telah lenyap dari padanya... Tuhan telah meninggalkan dia. Orang Filistin itu menangkap dia, mencukil kedua matanya dan di bawanya ke Gaza.

Sesudah itu berkumpullah raja-raja kota orang Filistin untuk mengadakan perayaan korban sembelihan yang besar kepada allah mereka. Ketika hati mereka riang gembira, berkatalah mereka: ”Panggillah Simson untuk melawak bagi kita.”... kemudian mereka menyuruh dia berdiri di antara tiang-tiang.

Berserulah Simson kepada Tuhan, katanya: ”Ya Tuhan Allah, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah, ...” Kemudian Simson merangkul kedua tiang yang paling tengah, penyangga rumah itu, ... berkatalah Simson: ”Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini” lalu membungkuklah ia sekuat-kuatnya, maka rubuhlah rumah itu menimpa raja-raja kota itu dan seluruh orang banyak yang ada di dalamnya. Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak dari pada yang dibunuhnya pada masa hidupnya (Hak 16).

Simson diurapi Tuhan secara luar biasa, tetapi dia tidak menjaga pengurapan itu dengan baik sehingga dia dipermalukan musuhnya. Simson tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan sempurna. Tetapi di detik-detik terakhir Simson bertobat ... Tuhan memberi kesempatan kepadanya.

Marilah kita belajar dari Why 3:1-6:

[1] "Dan tuliskanlah kepada malaikat (1) jemaat di Sardis: (2) Inilah firman Dia, (A) yang memiliki ketujuh Roh Allah dan (B) ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!

» (1) Sardis adalah suatu kota yang letaknya di sebelah tenggara Efesus, dan yang termasyur karena masa lampaunya. Pernah kota itu menjadi tempat kedudukan Croesus, raja yang kaya raya dari Lydia. Tetapi dalam abad pertama sesudah Kristus arti kota ini telah menjadi kecil

Yesus Kristus memperkenalkan diri sebagai 

(A) Karena kayanya dan penuhnya karya-Nya, maka Roh Kudus disebutkan sebagai ketujuh Roh Allah; angka tujuh adalah bilangan yang suci.

(B) Ketujuh bintang = Yesus Kristus adalah penguasa alam semesta.

[2] Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.

» gambaran suatu jemaat yang sudah mati secara rohani, namun Kristus masih melihat sisa-sisa tertentu dari perasaan kerohanian, yang dapat menjadi titik tolak untuk suatu perbaikan. 

Di Sardis berlangsung kebaktian-kebaktian secara teratur; sakramen-sakramen dilayankan dan perkataan-perkataan Kristen dipergunakan. Tetapi kehidupan jemaat tidak bersesuaian dengan perbuatan dan perkataan, semuanya dilakukan karena ingin dipuji/ingin dekat dengan seseorang.

Pekerjaan jemaat di Sardis tidak memenuhi syarat jika ditimbang dengan neraca Allah (Bdk. Dan 5:27). Itulah suatu bahaya, yang selalu mengancam gereja.

[3] Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

» Yesus Kristus mengatakan bahwa jemaat Sardis harus kembali kepada titik tolak; ia harus mengingat firman Allah yang pernah ia terima dan dengar, dan berpegang padanya dan bertobat. Apabila tidak berjaga-jaga, kedatangan Yesus Kristus seperti pencuri (Mat 24:43-44).

Anugerah keselamatan diberikan kepada semua orang secara cuma-cuma, tetapi jika kita tidak menanggapinya maka anugerah itu akan hilang. Jadi janganlah hidup sembarangan, hiduplah sebagai anak-anak Tuhan. 

[4] Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.

» orang-orang setia dilukiskan sebagai orang-orang yang tidak mencemarkan pakaiannya, menjauhkan diri dari dosa-dosa.

[5-6] Barangsiapa menang(3) ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; (4) Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

(3) pakaian putih (kemuliaan sorgawi). (4) kitab kehidupan (Why 7:14; Flp 4:3; Luk 10:20 - di mana tercatat nama orang-orang yang selamat nyawanya), melainkan Aku akan mengakukan namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan malaikat-Nya (Mat 10:32; Luk 12:8).

Theresia Lisieux menjadi orang kudus karena segala sesuatunya selalu dipersembahkan untuk Yesus. Misalnya: ketika menjahit, jarumnya jatuh, dia mengambilnya untuk Yesus. Ketika teman-temannya mengganggu, katanya: “Tuhan, gangguan ini aku persembahkan padaMu.”

Meskipun hidupnya sakit-sakitan, tidak pernah pergi mewartakan, tidak pernah menulis buku, dia mendapat menjadi Pujangga Gereja.

Marilah kita menemukan visi Tuhan dan mengerjakannya dengan sempurna. Sehingga dalam menjalankan visi itu kita berani berkata seperti Theresia Lisieux: “Tuhan, jadikan aku seperti bola di dalam hidupmu. Bola yang Engkau ingin mainkan. Engkau mau tendang ke sana ke mari terserah Engkau Tuhan. Dan kalau Engkau sudah tidak suka bermain dengan bola itu. Letakkanlah bola itu di pojok sudut dari ruangan. Kemanapun Engkau ingin bawa aku, ke neraka sekalipun Engkau tempatkan aku, asalkan bersama dengan-Mu, aku mau.”

(Sumber: Warta KPI TL No. 63/VII/2009 » Renungan KPI TL 2 Juli 2009; Warta KPI TL No. 92/XII/2011 » Renungan KPI TL tgl 20 Oktober 2011, Dra Yovita Baskoro, MM; Wahyu Yohanes, Dr. J.J.de Heer).