Minggu, 15 Januari 2017

Ramalan nasib



Berupa takhayul yang berdalih meramalkan masa depan atau kejadian-kejadian yang akan datang, misalnya dengan bantuan kartu, garis tangan, bintang, ayat-ayat Kitab Suci dll.

Kadang-kadang peramal mengklaim hubungan khusus dengan alam gaib. Takhayul itu dilarang oleh perintah Allah yang pertama.

(Sumber: Ensiklopedi Gereja, A. Heuken SJ).

Ramalan, keisengan yang membantai iman

Banyak orang tertarik meramalkan nasibnya kepada seorang peramal. Lepas dari masalah apakah tepat atau tidak, tetap saja ramalan itu disukai.

Hal-hal yang mendorong seseorang pergi kepada peramal adalah:

Rasa ingin tahu – Setiap orang selalu mempunyai ketertarikan kepada sesuatu yang baru, semuanya itu baik bila masih dalam batas-batas normal. Tetapi di dunia ini ada yang baik, ada juga yang ingin tahu akan hal-hal yang tidak baik.

Contah: Hawa diperdaya Iblis dengan cara menggelitik rasa ingin tahunya dan Hawa mengikuti begitu saja apa yang dikatakan oleh Iblis (Kej 3:4-6).

Ingin cepat kaya – Ada orang yang ingin cepat kaya dengan menanyakan bidang usaha yang akan digeluti/sekedar mencari nama bertuah. Ada juga yang minta petunjuk bagaimana agar mendapat keuntungan yang besar (Kis 16:16).

Ketakutan – dapat membuat dan mendorong orang untuk pergi ke tukang ramal (Saul ketakutan dikepung oleh tentara Filistin – 1 Sam 28:5-7).

Putus asa – dapat membawa orang kepada peramal-peramal yang menjanjikan suatu jalan keluar, akibatnya mempercayai nasehat-nasehat yang belum tentu kebenarannya (Yes 19:3).

Alasan Tuhan melarang melakukan ramalan yaitu: meramal melibatkan suatu perhubungan dengan roh peramal atau Iblis peramal yang bekerja di balik seorang peramal yang mengakibatkan:

Kita berzinah secara rohani di hadapan Allah dan karenanya kita najis (Im 19:31).

Allah sendiri yang menjadi lawan orang yang pergi kepada peramal (Im 20:6).

Kita terikat dan bersekutu dengan roh Iblis yang akan membawa kita kepada penghukuman bersama-sama dia (Im 20:27).

Bentuk-bentuk ramalan yang terdapat dalam Alkitab: Mengocok panah/ciamsie (Yeh 21:21). Memanggil roh peramal/tenung (1 Taw 10:13). Dengan tongkat/rhabdomancy (Hos 4:12). Astrologi/perbintangan (Yes 47:13). Menilik waktu/telaah (Gal 4:10).

Alkitab dengan jelas mengungkapkan bahwa masa depan manusia tidak dapat diketahuinya semudah seperti hal orang membuka buku (Yer 10:23; Ams 27:1; Yak 4:13-14).

Hal ini tidak berarti bahwa Tuhan membuat gelap semua yang ada di hadapan seseorang sehingga dia harus meraba-raba, tetapi Tuhan mempunyai cara di dalam menuntun seseorang sehingga mencapai tujuan yang terbaik baginya.

Setiap orang mempunyai daya tangkap dan daya tahan yang berbeda-beda. Mengungkapkannya dahulu jalan hidup seseorang dapat membuat orang tersebut takabur.

Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11).

Sekalipun sering diakui hanya sekedar iseng saja, ramalan sesungguhnya menciptakan sugesti yang kuat (dapat menimbulkan gejolak batin antara percaya dan tidak - harapan-harapan dan kecemasan-kecemasan). Hanya menciptakan kenikmatan sesaat yang membantai iman.

Di hadapan Tuhan, orang-orang yang terjebak dalam kepercayaan terhadap ramalan adalah mereka yang tidak memiliki iman yang kokoh kepada Tuhan. Akibatnya cenderung menjadi fatalis dan pasrah pada nasib.

Sebagai orang Kristen, marilah kita gantungkan hidup kita hanya kepada Tuhan Yesus saja, sebab nasib manusia hanya Dialah yang tentukan.

Roh Kebenaran akan memimpin ke dalam seluruh kebenaran .. Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang (Yoh 16:13).

Jika kita menyerahkan hidup kita pada pimpinan Roh Kudus hidup kita tidak akan dikuasai oleh ramalan.

(Sumber: Warta No. 38/VI/2007; Ramalan Nasib, Crescendo No. 317 Tahun 36 – 2002).