Rabu, 25 Januari 2017

17.13 -

Bejana yang penuh sesak



Seringkali kita berilusi bahwa kita adalah bejana emas (aku tidak butuh siapa-siapa, aku punya semuanya). Artinya tanpa sadar kita mengisi bejana kita dengan nafsu dan ego kita sendiri yang berupa reputasi, citra diri super, kesuksesan, kepopuleran, dst. Akhirnya tidak ada tempat tersisa bagi Yesus. 

Tuhan berkata,”Bagaimana kita dapat berjalan dengan bergandengan tangan ketika di dalam tanganmu penuh dengan harta fana dan terbatas ini? Jika kamu menginginkan harta yang berharga, buanglah semua harta yang tidak berharga, biarkan bejanamu kosong dan Aku akan mengisinya."


Itulah sebabnya mengapa untuk menerima Kristus kita harus “kenoo” (mengosongkan diri) ... dipaksa menentukan apa yang paling berharga bagi kita, apakah Kristus itu atau hal hal lainnya.

Kisah nyata pada saat Cina dikuasai oleh Komunis

Pada suatu hari ada segerombolan tentara mengetuk pintu dan memberitahu sebuah keluarga misionaris, katanya: "Bapak harus segera meninggalkan Cina. Kami memberi waktu hanya dua jam untuk berkemas-kemas. Kami mengizinkan bapak membawa barang hanya seberat dua ratus pound. Sesudah dua jam dari sekarang, bapak akan saya antar ke stasiun kereta api."

Setelah mendengar penjelasan itu, maka keluarga misionaris itu segera mengumpulkan buku-buku, benda-benda sejarah keluarga, pakaian, mainan-mainan berdasarkan kriteria. Ini adalah suatu pergumulan yang sangat sulit untuk diputuskan dalam waktu yang singkat.

Setelah berakhirnya waktu yang telah ditentukan, tentara tersebut kembali ke rumah sang misionaris, tanyanya: "Apakah kamu sudah siap berangkat ke stasiun? Sudahkah kamu menimbang barang-barang yang akan dibawa?" 

Jawab sang misionaris: "Ya, kami sudah menimbangnya dua ratus pound." Tanya tentara itu sekali lagi: "Apakah dua ratus pound itu sudah termasuk berat anak-anakmu?" Jawab sang misionaris: "Tentu saja tidak." 

Akhirnya sang misionaris lebih memilih membawa anak-anaknya daripada membawa barang-barang yang telah dipersiapkan sebelumnya. Berat anak pertamanya 90 pound, anak kedua 75 pound, anak ketiga 35 pound.

Marilah kita merefleksikan hidup kita. Apakah kita sudah bijaksana dalam memilih antara kebutuhan utama atau sekunder? Ataukan kita harus dipaksa untuk menentukan apa yang paling berharga bagi kita?

Kebenaran serupa disampaikan kepada kita dalam Injil Mat 13:44-46 (Perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga).

Alkitab mengajarkan pengosongan adalah "demi untuk diisi oleh Yesus" sehingga Yesus dapat menjadi segalanya dalam hidup kita. 

Orientasi kekosongan dalam iman Kristiani bukan pada pengosongan tetapi justru kepada pengisian

Jadi, Nothingness atau emptiness dalam kekristenan berbeda dengan ajaran agama Timur tertentu yang mengejar kekosongan sebagai tujuan, di dalam kekosongan itulah terletak kebahagiaan. 

Tuhan tidak meminta kita melepaskan harta benda kita, pekerjaan, keluarga, dan mundur dari dunia. Yang Tuhan inginkan adalah "bergesernya titik berat dalam hati kita".

Kelekatan kita di dunia ini seringkali membuat kekosongan diri kita untuk diisi Kristus tidak terjadi dengan sukarela. Itulah sebabnya kita menjumpai orang-orang yang mendapatkan Tuhan secara berlimpah justru di saat mereka berada di tengah-tengah kebangkrutan, sakit yang tak tersembuhkan, atau kehilangan anggota keluarga yang sangat dicintainya.

Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan (2 Kor 8:2).

Marilah kita belajar dari 

* Paulus - Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus ... (Flp 3:7-9).

* Musa - Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir (Ibr 11:26).

* Asaf - Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya (Mzm 73:25-26).

* Daud - Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku, selain Engkau! (Mzm 16:2).

Jiwa itu elastis seperti balon, setiap kehilangan memperbesar jiwa kita dengan meningkatkan ruang kosong yang dapat diisi dengan kehadiran Tuhan yang semakin besar, sehingga dengan demikian kita semakin mengalami kepenuhan.

(Sumber: Warta KPI TL No.101/IX/2012 » Renungan KPI TL tgl 26 Juli 2012, Dra Yovita Baskoro, MM)